Harga Cabai di Kabupaten Bondowoso Naik Melonjak Drastis

Muhammad Andi Lukmanto, salah satu pedagang cabai yang berjualan di Pasar Induk Bondowoso saat melayani pembeli.(Ihsan Kholil/Bhirawa)

Bondowoso, Bhirawa
Sejak dua minggu terakhir, harga komoditas cabai di Kabupaten Bondowoso kian naik melonjak drastis. Hal ini di ungkapkan salah seorang pedagang, Muhammad Andi Lukmanto saat di temui Pasar Induk Bondowoso.
Dia mengaku, bahwa harga awal cabai merah Rp 40 ribu, yang saat ini cabai tersebut mencapai Rp 60 ribu per kilogram. Sedangkan cabai kuning kini Rp 30 ribu, yang sebelumnya hanya Rp 12 ribu per kilogramnya.
“Kenaikan harga ini sudah dirasakan para pedagang dua minggu yang lalu, berdasarkan informasi dari pedagang besar, kabarnya sih kenaikan harga tersebut terjadi karena banyak tanaman cabai petani yang mati akibat cuaca,” terang pedagang yang berasal dari Tegalampel ini, Selasa (21/1).
Dilanjutkannya, harga cabai rawit hijau yang sebelumnya berkisar Rp 25 ribu, kini kian mencapai kisaran Rp 30 ribu per kilogram. Bahkan, harga cabai rawit merah saat ini bisa mencapai sekitar Rp 50 ribu per kilogram.
Tak hanya itu, hal senada juga diungkapkan oleh salah satu pedagang, yakni Misrani. Kata dia, para pedagang ada juga yang mematok harga eceran untuk cabai merah hingga Rp 70 ribu per kilogramnya.
“Pembeli semakin mengurang dikarenakan harga cabai yang mahal, akibatnya cabai para pedagang banyak yang membusuk dan menegering dengan sendiri, yang berakibat juga pada kerugian,” ujar pedangan asal Curahdami itu.
Menurutnya, dari kenaikan harga cabai tersebut, membuat para konsumen mengurangi jumlah pembelian. Yang biasanya membeli satu hingga lima kilogram, kini pembeli hanya membeli setengah kilogram saja, bahkan kurang. Namun sebagai antisipasi, para pedangan mengaku mengurangi stok barang agar tidak mengalami kerugian.
“Konsumen ada tapi pembeliannya menjadi berkurang, mereka banyak yang mengeluh, bagaimana lagi jadi tetap harus sabar,” ujarnya.
Akan hal itu para pedangan berharap, agar harga cabai ini kembali stabil, sehingga konsumen bisa membeli kembali seperti biasanya.
Sementara itu, Kasi Usaha Perdagangan dan Pengembangan Ekspor Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag), Ida Kurnia Theolita mengungkapkan, bahwa kenaikan tersebut terjadi sejak tanggal 9 Januari. Kenaikannya hingga 20 %, lalu kemudian naik lagi di minggu ketiga hingga sekarang mencapai Rp.60 ribu per kilogram. Namun tidak seperti di daerah lain yang naik hingga di atas Rp 65 ribu.
Menurutnya, kenaikan harga ini dipicu oleh turunnya hasil produksi cabe. Selain itu, musim hujan menghambat pasokan dan mempengaruhi hasil panen. Karena proses pematangan cabe tidak maksimal sehingga menimbulkan jamur dan bakteri saat musim panen.
Tidak hanya itu, salah satu penyebab naiknya harga cabe di Bondowoso adalah permintaan dari Jakarta yang terhambat akibat diterjang banjir besar beberapa waktu lalu.
” Sehingga dari Jawa Timur juga memasok kesana jadi terbagi. Biasanya disana ada stok tersendiri akhirnya dengan kondisi cuaca yang tidak mendukung, akhirnya mereka membagi dengan kebutuhan ke arah barat,” jelasnya.
Menyikapi kondisi ini, Diskoperindag Kabupaten Bondowoso terus memantau harga dengan Kabupaten lain dan berkoordinasi dengan Disperindag Provinsi Jawa Timur.
” Karena kalau musim hujan kan sudah dari faktor cuaca. Jadi harapannya pasokannya segera teratasi,” sambungnya.
Namun diprediksikan harga cabai akan kembali normal seiiring dengan berkurangnya intensitas hujan yang diperkirakan terjadi pada februari. Ia menambahkan, pihaknya terus melakukan koordinasi pemantauan harga cabai dengan Disperindag Jawa Timur.
“Kita juga berkordinasi dengan Provinsi untuk penanggulangan. Di Provinsi ternyata sama kendalanya,” terangnya.
Ida Kurnia Theolita mengaku, tak hanya cabe, komoditas lain yang mengalami kenaikan adalah wortel meski tidak signifikan. Dari harga awal Rp. 10 ribu naik menjadi Rp.12 ribu di pasar induk Bondowoso.
“Kalau di pasar Maesan dari Rp.8 ribu naik menjadi Rp.10 ribu. Jadi rata-rata kenaikannya Rp.2 ribu,” akunya.
Namun masyarakat Bondowoso masih bisa bernafas lega, pasalnya harga gula dan beras yang menjadi salah satu komoditi penting masih stabil. Karena kata Ida, ketersediaan beras dan gula masih tercukupi.
“Beras dan gula kan bisa diantisipasi dengan dikemas. Tapi kalau cabe kan mudah busuk. Makanya kenapa kendaraan pengangkut cabe itu ngebut karena takut busuk,” paparnya.
Meski demikian, kenaikan beberapa komoditas tersebut tidak perlu digelar operasi pasar. Karena kata dia, sampai saat ini pihaknya belum ada informasi dari Pemprov Jatim. Karena kenaikan harga tersebut disebabkan oleh cuaca ekstrim.
“Masih bisa ditelolir karena faktor curah hujan. Kalau curah hujannya berkurang mungkin bisa teratasi,” pungkasnya. [san]

Tags: