Inflasi Tetap Terjaga, Bank Indonesia Dampingi Petani Bawang Merah

Kepala BI Malang Azka Subhan Aminurrido dan Kepala Badan Pengkajian Teknologi Pertanian, (BPTP) Jawa Timur, Dr. Ir. Chendy Tafakresnanto, saat melakukan panen perdana Klaster Bawang merah di Purworejo Kecamatan Ngatang, Kabupaten Malang Senin [4/11] kemarin.

Kota Malang, Bhirawa
Upaya untuk menekan terjadinya inflasi harus dilakukan secara maksimal, dari berbagai sektor. Karena itu Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang mendampingi petani bawang merah di Purworejo Kecamatan Ngatang, Kabupaten Malang. Agar petani mampu menanam bawang merah dengan hasil yang maksimal.
Kepala BI Malang, Azka Subhan Aminurrido, disela-sela panen perdana , disela-sela penen perdana klaster bawang merah, Senin 4/11 kemarin, kepada wartawan mengutarakan, sentra penghasil bawang merah di Provinsi Jawa Timur salah satunya berada Purworejo Ngantang.
Karena itu, menurutnya para petaninya harus didorong untuk terus maju dan berkembang, tidak saja pada sektor hasil pertaniannya, tetapi pada asepek permodalan harus dia dapatakan dengan mudah.
Azka menambahkan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang telah melakukan pengembangan klaster bawang merah di Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang sejak tahun 2016. Dalam upaya meningkatkan produktivitas bawang merah pada tahun 2019 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang menginisiasi budidaya bawang merah melalui metode true shallot seed (TSS) bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur.
Apalagi Bawang merah merupakan salah satu komoditas strategis penyumbang inflasi nasional. Harga bawang merah yang berfluktuatif salah satunya disebabkan terbatasnya umbi benih bawang merah yang berkualitas.
Selama ini, kata dia, penanaman yang lazim dilakukan petani adalah menggunakan umbi bawang merah yang diseleksi dari hasil panen. Bawang merah umumnya diproduksi dengan menggunakan umbi sebagai bahan tanam atau sumber benih.
Penanaman bawang merah melalui metode TSS dilakukan pada lahan Demplot Kelompok tani Karya Bhakti I Desa Purworejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang dengan luas lahan 1500 m2. Varietas bawang merah yang ditanam yaitu varietas Trisula dan Bima Brebes.
Kepala Badan Pengkajian Teknologi Pertanian, (BPTP) Jawa Timur, Dr. Ir. Chendy Tafakresnanto, mengutarakan, penggunaan dengan metode TSS mempunyai beberapa keunggulan, jika dibandingkan dengan metode tradisional.
“Yang membedakan antara lain kebutuhan benih lebih efisien sekitar 7,5 kg per Ha, dibanding dengan umbi yaitu sekitar 1,5 ton, setiap Ha, selain itu, menghasilkan tanaman yang lebih sehat, serta tingkat produktiivitas yang lebih tinggi dibanding benih umbi,”ujar Chendy.
Dalam rangka pengembangan bawang merah di Kelompok Karya Bhakti I dengan metode TSS akan diproduksi umbi bawang merah yang bisa digunakan untuk konsumsi dan produksi umbi mini sebagai model perbenihan bawang merah. Hasil dari panen bawang merah dari lahan demplot diperkirakan yaitu 3,5 ton untuk luas lahan demplot 1.500m2 yang terdiri dari 10 petak lahan setara dengan 24,5 ton per hektare.
Penyediaan benih bawang merah yang bermutu secara kuantitas sangat terbatas setiap tahunnya, yaitu sekitar 15–16%/tahun. Untuk mendapatkan benih dengan hasil tinggi semakin banyak petani yang menggunakan benih umbi dari bawang konsumsi asal impor yang harganya relatif mahal.
Selain itu penggunaan umbi secara terus menerus oleh petani juga dapat menyebabkan semakin menurunnya mutu umbi karena akumulasi penyakit tular benih yang berakibat menurunnya produktivitas bawang merah. Salah satu cara untuk memecahkan masalah ketersediaan bibit berkualitas adalah melalui inovasi teknologi budidaya bawang merah dengan menggunakan biji botani atau TSS. [mut]

Tags: