Ingatkan Ancaman Lahirnya Generasi Bodoh

Dr Andryanto, SH MKes

Dr Andryanto, SH MKes
Jawa Timur adalah Provinsi dengan banyak penduduk miskin (meskipun prosentase kecil, akan tetapi karena penduduknya besar maka nilai absolutnya juga besar), dan masalah gizi akan senantiasa menjadi problema utama.
“Kekurangwaspadaan dalam pembangunan gizi akan mengakibatkan tingginya kematian bayi dan balita yang pada gilirannya kita akan menghadapi the lost generation 20 tahun mendatang,” kata Direktur Akademi Gizi Surabaya Dr Andryanto, SH MKes saat ditemui Bhirawa sebelum memberi materi pada Pembinaan Bina Keluarga Balita (BKB) beberapa waktu lalu. Menurut Andryanto lahirnya generasi bodoh karena kurang gizi akan mengakibatkan bangsa ini tetap berkubang dalam kemiskinan.
Menurut Andry, kegagalan pemerintah mengatasi stunting barangkali disebabkan karena program pencegahan dan pengobatan terhadap kasus gizi kurang tidak didasarkan pada fakor risikonya. Mengingat masalah stunting semakin sulit diatasi dengan semakin bertambahnya umur, maka stunting harus diatasi pada usia sedini mungkin.
“Oleh karena itu pembangunan SDM harus dimulai sejak bayi dalam kandungan sampai dengan usia dua tahun,” jelas Andry.
Status gizi dan kesehatan ibu dan anak sebagai penentu kualitas sumber daya manusia, semakin jelas dengan adanya bukti bahwa status gizi dan kesehatan ibu pada masa pra-hamil, saat kehamilannya dan saat menyusui merupakan periode yang sangat kritis.
Lebih lanjut menurut Andry, periode seribu hari pertama kehidupan, merupakan periode sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Dampak tersebut tidak hanya pada pertumbuhan fisik, tetapi juga pada perkembangan mental dan kecerdasannya, yang pada usia dewasa terlihat dari ukuran fisik yang tidak optimal serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.
Banyak yang berpendapat bahwa ukuran fisik, termasuk tubuh pendek, disebabkan terutama oleh faktor genetik. Anggapan demikian menjadikan tidak banyak yang dapat dilakukan untuk memperbaiki atau mengubahnya. Namun berbagai bukti ilmiah dari banyak penelitian dari lembaga riset gizi dan kesehatan terbaik di dunia telah mengubah paradigma tersebut. Ternyata tubuh pendek, faktor penyebab terpenting adalah lingkungan hidup dan komsumsi makanan sejak kehamilan sampai anak usia 2 tahun yang dapat diubah dan diperbaiki.
“Investasi gizi untuk kelompok ini harus dipandang sebagai bagian investasi untuk menanggulangi kemiskinan melalui peningkatan pendidikan dan kesehatan,” jelas Andry. Perbaikan gizi pada kelompok 1000 HPK akan menunjang proses tumbuh kembang janin, bayi dan anak sampai usia 2 tahun, sehingga siap dengan baik memasuki dunia pendidikan. Selanjutnya perbaikan gizi tidak saja meningkatkan pendapatan keluarga tetapi juga pendapatan nasional.
“Mari kita, sepakat, turunkan angka kejadian pendek pada anak-anak kita, guna meningkatkan kualitas SDM kita,” tegas Andryanto lagi. [why]

Tags: