Investasi Modal di Probolinggo Capai Rp60 Triliun

PLTU Paiton peasok infestasi terbesar kabupaten Probolinggo. [wap]

Probolinggo, Bhirawa
Investasi modal di Kabupaten Probolinggo tahun 2017 menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Sesuai data yang dirilis oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kabupaten Probolinggo, hingga akhir Semester I total investasi mencapai Rp 60.639.644.673.011.
Menurut  Kepala Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Probolinggo Hadi Prayitno,  jumlah investasi ini terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 60.059.722.644.000 dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp 579.922.029.011.
“Alhamdulillah, dari tahun ke tahun jumlah investasi di Kabupaten Probolinggo semakin meningkat. Artinya sudah banyak investor yang mau menjalankan usaha dan menanamkan modalnya di Kabupaten Probolinggo,” kata Hadi Prayitno, Senin (9/10).
Meningkatnya jumlah investasi ini tidak terlepas dari banyaknya peningkatan infrastruktur di Kabupaten Probolinggo. Seperti adanya pembangunan jalan tol Paspro (Pasuruan-Probolinggo), jalan tol Probowangi (Probolinggo-Banyuwangi) dan tersedianya pelabuhan peti kemas yang ada di Pelabuhan Tanjung Tembaga Kota Probolinggo.” Terpenting lagi, adanya revisi RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) yang dilakukan oleh Pemkab Probolinggo,” jelasnya.
Untuk PMA terbesar di Kabupaten Probolinggo masih dipegang oleh perusahaan PLTU Paiton. Seperti PT Jawa Power sebesar Rp 38 triliun, PT Paiton Energy sebesar Rp 21 triliun, PT POMI sebesar Rp 93 miliar dan PT YTL sebesar Rp 62 miliar, ungkapnya.
“Sementara untuk PMDN disumbangkan oleh 149 perusahaan. Terbesar adalah 3 (tiga) Pabrik Gula (PG) yang mencapai Rp 92 miliar. Disusul oleh PT Surya Abadi Perkasa sebesar Rp 28 miliar,” terangnya.
Ke depan pihaknya akan mengurangi volume keikutsertaan dalam pameran. Upaya ini akan diganti dengan membuat buku profil potensi Kabupaten Probolinggo mulai dari wisata, pertanian, ekonomi, transportasi dan lain sebagainya. Nantinya potensi ini akan dijual kepada para investor baik yang berasal dari dalam maupun luar Indonesia.
“Dengan meminta fasilitasi dari Badan Penanaman Modal dan PTSP Provinsi Jawa Timur, kami akan melakukan pertemuan dengan para pengusaha yang ada di dalam maupun luar Indonesia. Disini kami akan menjelaskan beberapa potensi yang bisa dikembangkan di Kabupaten Probolinggo,” paparnya.
Berharap dengan kegiatan bertajuk ekspose ke luar ini, nantinya mampu mewujudkan ketertarikan para investor untuk menanamkan modal investasinya di Kabupaten Probolinggo. “Harapan akhirnya tentu nilai investasi semakin meningkat. Dengan demikian kesejahteraan masyarakat akan semakin lebih baik,” harapnya.
Lebih lanjut dikatakannya, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton 3 yang berlokasi di Desa Binor, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, saat ini merupakan PLTU berkapasitas terbesar di Indonesia, yakni 815 MW. Investasi PLTU Paiton 3 sebesar US$1,5 miliar atau sekitar Rp 13,5 triliun dan secara efektif telah beroperasi tanggal 18 Maret 2012. PLTU Paiton 3 milik PT Paiton Energy. Beroperasinya PLTU Paiton 3 ini semakin memperkuat sistem kelistrikanJawa-Bali menjadi29.231 MW, sementara beban puncak 19.700 MW, sehingga surplus9.531 MW.
PLTU Paiton 3 menggunakan batu bara. Kebutuhanbatu bara untuk PLTU Paiton 3 sebanyak 3,5 juta ton/tahun, dan bila dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar minyak (BBM)akan menghemat sekitarRp 7,4 triliun/tahun.
Di kawasan yang sama telah dibangun pula PLTU Paiton 9 milik PT PLN yang berkapasitas 660 MW dan merupakan bagian dari program Proyek Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik 10.000 Megawatt (MW) Tahap 1. PLTUinimerupakan bagian dalam upayamenunjang penghematan dan pengembangan energi untuk pembangkit tenaga listrik ke BBM dengan memanfaatkan batubara yang cadangannya tersedia melimpah di tanah air.
Nilai investasi PLTU Paiton 9 sekitar Rp 4 triliun, dan saat ini masih dalam tahap uji coba, serta direncanakan beroperasi Agustus 2012.Adapun kebutuhan batu bara untuk PLTU Paiton 9 ini sebanyak2,7 juta ton/tahunatau menghemat sekitar Rp 3,6 triliun bila dibandingkan dengan menggunakan BBM, tambahnya. [wap]

Tags: