“Jadi Wartawan Dulu Sebelum Menjadi juru Bicara Presiden”

Pembina ektrakulikuler jurnalistik SMA Negeri 21 Surabaya Sri Andajani memberikan cindera mata ke wartawan senior Harian Bhirawa Bambang WN , Rabu (26/4) kemarin. [Gegeh Bagus Setiadi/bhirawa]

(Pemantapan Ilmu Jurnalistik SMAN 21 Surabaya ke Harian Bhirawa)
Surabaya, Bhirawa
Benak Sofia Hamida (16) dalam menggapai cita-citanya terbilang tinggi. Tak tanggung-tanggung, siswi kelas X SMA Negeri 21 Surabaya ini memilih ingin jadi staf khusus bidang komunikasi Juru Bicara (Jubir) Presiden. Karena inginnya menjadi Jubir orang nomor satu di Indonesia inilah, ia menggeluti ekstrakulikuler jurnalistik di sekolahnya.
Gegeh Bagus Setiadi, Kota Surabaya
Rabu (26/4) kemarin, puluhan siswa-siswi SMA Negeri 21 Surabaya melurug Kantor Surat Kabar Harian Bhirawa yang terletak di Jalan Indragiri 73. Kedatangan generasi bangsa ini langsung disambut hangat oleh Koordinator liputan Wawan Triyanto di lantai tiga. mereka pun juga mendapatkan secuil ilmu jurnalistik yang diberikan wartawan senior Bambang WN dan Anangsyah Isfianto.
Pandangan seluruh siswa terpanah disaat Bambang WN memberikan trik-trik dalam menulis sebuah berita. Bukan hanya berpegang pada teknik penulisan 5W+1H saja. Melainkan, seorang wartawan juga diharuskan kreatif dan luwes dalam menggali sebuah informasi untuk dijadikan karya tulisan.
Sebanyak kurang lebih 21 siswa yang didampingi gurunya ini memang tergabung dalam ekstrakulikuler jurnalistik yang berdiri sejak tahun 1992 silam. Mereka pun seakan haus informasi tentang apa itu jurnalistik. Hal itu terlihat saat mereka berebut tanya kepada wartawan Harian Bhirawa.
“Untuk mengawali menulis itu gimana ya pak? langkahnya seperti apa, khususnya dalam penulisan majalah. Apa bedanya koran dengan majalah sekolah,” tanya salah satu siswa.
Sontak Bambang WN menjelaskan, bahwa koran dengan majalah sekolah berbeda dalam pengambilan bahasanya. Kalau media cetak atau koran menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
“Kalau bahasa majalah sekolah itu menggunakan bahasa-bahasa gaul agar pembaca lebih menikmati setiap tulisan-tulisannya. Jadi, pengambilan kalimat juga harus diperhatikan,” jawabnya.
Dari kunjungan ke Kantor Harian Bhirawa, ada hal yang menarik diinginkan salah satu siswi. Ia adalah Sofia Hamida (16). Meski masih berusia belasan ini, cita-citanya cukuplah tinggi. Perempuan kelahiran Surabaya 5 April 2001 ini ingin sekali menjadi Juru Bicara Presiden.
“Memilih ektrakulikuler ini karena besok ingin menjadi Juru Bicara Presiden. Nah, kenapa saat ini fokus dengan dunia jurnalistik, ya karena memang seorang jurnalis di didik untuk cakap berkomunikasi kepada semua orang dengan baik,” kata perempuan berjilbab ini.
Sofia yang kini menjadi Wakil Pimpinan Redaksi di ekstrakulikuler jurnalistik ini berharap, dengan dirinya menjadi jurnalis di sekolahnya berkeyakinan menjadi bekal disaat ia lulus dari sekolahnya.
“Selain menambah PD (percaya diri) juga bisa tahu gimana sih rasanya jadi wartawan, meski di lingkup sekolah,” serunya.
Keinginannya menjadi Juru Bicara Presiden memang diangan-angankan sejak Sofia duduk di Bangku SMP. Hal ini dikarenakan untuk bekal menjadi Juru Bicara Presiden ini harus menjadi wartawan agar tidak gugup saat didatangi pemburu berita. “Kan, kalau diwawancarai sama wartawan tidak gugup. Karena sudah pernah menjadi wartawan,” kata Sofia seraya tersenyum.
Sofia yang tinggal di Margorukun III Gang III ini setelah berkunjung di Kantor Harian Bhirawa bakal menerapkan kepada seluruh anggota ekstrakulikuler jurnalistik berjumlah 30 siswa ini. Ia bakal menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapatnya. “Secepatnya kami bersama tim akan menyelesaikan majalah ‘Makets’. Karena deadline harus selesai pada 10 Mei besok, saat ini fokus pada layout majalah,” harapnya.
Sementara, Pembina ektrakulikuler jurnalistik SMA Negeri 21 Surabaya Sri Andajani mengatakan, maksud dan tujuan kunjungannya ke Kantor Harian Bhirawa adalah agar para siswa-siswi tahu proses penerbitan sebuah surat kabar.
“Semoga setelah dari sini (Harian Bhirawa) majalah bisa berjalan. Selain itu, mereka punya semangat untuk menulis,” katanya.
Sri Andajani yang juga guru Bahasa Indonesia ini berharap agar supaya anak didiknya semakin giat menulis dan menjadi kebanggaan sekolah kedepannya. “Karena dengan menjadi jurnalis sekolah, menumbuhkan anak-anak untuk berpikir kritis dan menghasilkan sebuah karya tulis yang bagus,” tandasnya. (geh)

Tags: