JLCC Untag, Suka Budaya Jepang dan Cinta Budaya Nusantara

Peserta Festival Budaya Jepang memukul Taiko (gendang Jepang)

Peserta Festival Budaya Jepang memukul Taiko (gendang Jepang)

Surabaya,Bhirawa
Meski menyukai budaya Jepang, Komunitas Japan Language and Culture (JLCC) Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) tetap tidak melupakan budaya sendiri. Karenanya, ketika membuat acara bertemakan Jepang, komunitas ini tetap menyuguhkan pertunjukan musik dan tari tradisional Indonesia.
“Banyak acara tentang budaya Jepang, tapi kebanyakan hanya mengangkat budaya Jepangnya saja. Kami ingin sesuatu yang berbeda, acara budaya Jepang kami kolaburasikan juga dengan budaya Nusantara,” kata Cherly Putri Leuwilyana (22), Ketua Panitia Japan Mix Indonesian Culture (J-MIC) Untag, Sabtu (19/4).
Cherly memang tidak asal bicara. Saat sesi acara tari-tarian, Tari Soran Bushi dan Tari Jampi Gugat tampil selang-seling. “Tadinya ingin kami gabungkan tariannya. Tapi karena musik dan temponya berbeda tampilnya gentian,” sambungnya.
Komunitas JLCC sendiri merupakan kumpulan mahasiswa Untag yang menyukai budaya Jepang.
Meski baru berumur satu tahun, anggota komunitas ini juga tetap menjaga identitasnya sebagai orang Indonesia.
“Kami memang suka dengan hal-hal yang berbau Jepang, tapi tidak melupakan budaya sendiri,” ujarnya.
Acara J-MIC ini merupakan acara pertama yang diadakan JLCC Untag. Selain suguhan budaya dua bangsa, acara ini juga menggelar lomba dance, desain karakter manga, cosplay, dan bazaar.
“Anggota kami baru ada 23 orang dan dari Untag semua. Tapi kalau ada yang mau gabung, kami membuka pintu selama suka dengan budaya Jepang dan tetap cinta dengan budaya Indonesia,” ucapnya.
Kepala Bagian Kerjasama Internasional Untag, Erni Putri, menambahkan mengapresiasi langkah Komunitas JLCC Untag yang menyuguhkan acara dua budaya ini.
Menurut Erni, sudah saatnya anak-anak muda Indonesia memiliki tanggung jawab melestarikan budaya bangsa, sekaligus tetap terbuka dan menghargai kebudayaan asing yang masuk.
“Suka cerita Naruto boleh saja. Tapi jangan lupakan Ande-Adne Lumut dan cerita rakyat Nusantara lainnya,” tandas Erni. [tam]

Tags: