Jokowi dan Harapan dari Daerah

khozanahhidayatiOleh :
Khozanah Hidayati
Anggota DPRD Provinsi Jatim

Permasalahan negeri ini datang silih berganti bagaikan benang kusut sehingga sulit diurai. Pada saat reformasi digulirkan pada 1998 dahulu seolah ada harapan baru bahwa bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar yang disegani oleh bangsa-bangsa lain. Namun kenyataannya berbagai persoalan yang menghantui negeri ini untuk maju justru semakin bertumpuk, negeri ini masih saja jalan di tempat dan masih bergumul dengan persoalan-persoalan seperti korupsi, pengangguran, kemiskinan, birokrasi yang panjang dan korup serta permasalahan ekonomi yang masih saja berkutat di level itu-itu saja tanpa bergerak kearah perbaikan yang siknifikan serta persoalan-persoalan sosial lainnya. Empat presiden sejak era Orde Baru runtuh, namun persoalan itu masih ada dan sepertinya semakin ruwet.
Setiap presiden selesai memimpin negeri ini lebih banyak memapatkan keberhasilan versi mereka sendiri bukan versi masyarakat. Bahkan menteri yang membantu kinerja presiden pun setali tiga uang, hanya membanggakan keberhasilan versi masing-masing.
Otonomi di daerah yang diagung-agungkan akan membantu menyelesaikan persoalan di negeri ini justru tampaknya masih jauh dari harapan. Partai politik sebagai organisasi resmi dan merupakan salah satu motor penyumbang kader-kader pemimpin bangsa ini pun belum menjadi solusi atas persoalan. Bahkan saat ini keruwetan politik seolah sedang menjadi tren, seperti di DPR perebutan pimpinan antara KMP (Koalisi Merah Putih) dan KIH (Koalisi Indonesia Hebat) yang belum juga selesai sehingga mereka belum bisa bekerja secara normal akibat dualisme ini.
Di tubuh parpolpun juga demikian, kini PPP pecah begitu juga Partai Golkar. Bahkan, mereka para politisi memunculkan persoalan-persoalan baru bagi bangsa ini dan membuat rakyat semakin pesimistis. Hingga sekarang memang belum ada sosok pemimpin yang mampu memberikan harapan bagi rakyat bahwa bangsa ini akan terbebas dari persoalannya. Mereka bukanya melahirkan pemimpin baru yang bisa diharapkan namun justru memberi contoh kepada masyarakat perihal pertentangan karena suatu perbedaan yang mestinya bisa dimusyawarahkan.
Selama 16 tahun, negeri ini masih merindukan pemimpin-pemimpin yang mampu memberikan harapan yang bisa memajukan bangsa. Para tokoh nasional yang sebelumnya mengaku reformis dan mengaku mampu membawa perubahan kearah lebih baik justru menampilkan wajah yang berbeda, anti demokrasi, tidak bisa lapangvdada dan tidak bisa menerima kekalahan serta berpikiran set back kebelakang.
Para tokoh nasional yang duduk menjadi wakil rakyat di parlemen pun justru menampilkan wajah yang lain dan jauh dari harapan rakyat. Beberapa survei menyatakan bahwa kepercayaan mereka terhadap parpol dan anggota parlemen sangat rendah sekali.
Namun, jika kita mencermati ke daerah-daerah justru tokoh-tokoh daerah banyak yang menampilkan harapan baru bagi masyarakat. Mereka adalah sekelas bupati, wali kota mauoun gubernur. Mereka mampu memberikan harapan bagi rakyat. Bukan hanya harapan bagi rakyat di wilayah yang mereka pimpin, namun mampu memberikan harapan bagi rakyat di luar wilayah yang mereka pimpin.
Nama-nama seperti Nurdin Abdullah Bupati Bantaeng di Sulawesi Selatan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Jawa Timur, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Jokowi (sekarang Presiden), dan beberapa pemimpin daerah lainnya mampu mencuri perhatian rakyat Indonesia. Uniknya sebagian besar mereka bukan kader murni partai politik.
Mayoritas dari mereka tersebut berangkat dari profesional atau birokrasi. Mereka mampu memberikan harapan bagi bangsa ini. Apa yang telah mereka lakukan telah memberikan teladan bagi kita semua bagaimana cara memimpin dengan kerja keras dan penuh paison.
Apa yang mereka lakukan benar-benar berdampak positif bagi masyarakat. Apa yang sudah mereka kerjakan memberikan solusi bagi persoalan di wilayah mereka. Para bupati, wali kota dan gubernur ini bukanlah figur atau tokoh nasional, tetapi berangkat dari sebuah wilayah kecil dari negeri ini.
Namun, apa yang telah mereka berikan mampu mengungguli apa yang telah tokoh nasional lakukan. Tokoh-tokoh daerah ini adalah kader bangsa Indonesia. Meski apa yang mereka lakukan hanya berskala daerah namun mampu memberikan harapan Indonesia.
Sosok-sosok seperti itulah yang dibutuhkan untuk membangun negeri ini. Sosok-sosok dari daerah yang semestinya diberikan tempat ataupun pintu terbuka untuk ikut mengatasi persoalan bangsa ini.
Bahkan tokoh daerah kita yang satu ini telah naik menjadi tokoh nasional dan bahkan internasional, yakni presiden Jokowi. Karir politiknya dimulai saat menjadi walikota Surakarta di tahun 2005 dan terpilih kembali pada tahun 2010. Dua tahun kemudian (2012) Jokowi naik tingkat saat memenangi pilkada gubernur DKI. Kemudian karena kerja keras, kerja ihlasnya yang penuh integritas akhirnya rakyat Indonesia ‘mendaulatnya’ menjadi presiden ke-7 Republik indonesia.
Karena Jokowi diberi panggung oleh partainya yakni PDIP maka kepemimpinannya terasah dan tereksplor sehingga bisa mengembam amanah sebagai presiden. Kita berharap tokoh-tokoh daerah lainya bisa menjadi Jokowi-Jokowi baru lainya, sehingga nantinya akan memberikan harapan baru bagi bangsa ini.
Partai politik yang saat ini menjadi pengusung mereka ( para kepala daerah yang di bahas di atas) mestinya menjadi gerbang utama untuk mengantar mereka ke tingkat nasional dan membuka lebar pintunya, janganlah para elit parpol merasa takut kalah persaingan dengan mereka. Justru Parpol harus mampu menangkap peluang ini bahwa tokoh-tokoh daerah ini yang notabene mereka orbitkan mampu memberikan harapan bagi rakyat Indonesia serta harapan bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Harapan dari daerah ini haruslah disemai dan dipupuk serta diberikan panggung agar mampu memberikan harapan bagi rakyat, bangsa dan negara tercinta ini.
Negeri ini membutuhkan pemimpin-pemimpin yang berintegritas yang benar-benar mau bekerja keras dengan penuh passion. Jika tokoh-tokoh daerah tersebut diberi panggung nasional, bukan
tidak mungkin negeri ini akan segera bisa melepaskan diri dari persoalan yang menjeratnya. (KH, 9 Januari 2015).

                                                 ——————— *** ———————

Rate this article!
Tags: