Kab.ProbolinggoTarget 2019 Bebas Krisis Air

Bupati-Tantri-Dengan-Mobil-Tangki-Air-Bersih.

Bupati-Tantri-Dengan-Mobil-Tangki-Air-Bersih.

Kab.Probolinggo, Bhirawa.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo menargetkan, 2019 mendatang bebas krisis air bersih. Sehingga masyarakat Kabupaten Probolinggo tidak akan kesulitan air bersih lagi, seperti yang terjadi sekarang ini. Hal ini disampaikan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo Dwijoko Nurjayadi, Senin 19/10.
Untuk mewujudkan target tersebut, butuh dukungan kerja sama dan sinergi dari semua pihak di Kabupaten Probolinggo, ujarnya.
Menurut Dwijoko, upaya tersebut bisa dilakukan dengan memperbanyak sumur bor dan pipanisasi oleh DPU Cipta Karya, menyiapkan pemetaan daerah krisis air bersih oleh BPBD, memperluas jaringan pelanggan terutama ke daerah krisis air bersih oleh PDAM, memperbanyak program sumur bor oleh Dinas Pertanian serta pembangunan embung dan sumur bor oleh DPU Pengairan.
Untuk sementara kita menggunakan hasil pemetaan krisis air bersih. Tahun depan akan kita kaji ulang. Ditambah dengan program-program yang sudah dilakukan Pemkab Probolinggo, termasuk memberikan pembinaan kepada HIPPAM (Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum), katanya.
Sasaran awalnya adalah 40 desa di 11 kecamatan yang saat ini masuk dalam kategori kering kritis. Tetapi tahun depan akan direvisi agar jumlah daerah yang mengalami kekeringan bisa berkurang.
Nanti PU akan membuat grand design penanganan air bersih. Jadi nanti ketemu di dusun dan desa mana yang mengalami krisis air bersih dan satker mana yang menanganinya. Jadi ada sinergi, sebab selama ini ada program tapi sasarannya tidak terarah. Telah disepakati, data yang dipakai adalah data yang dimiliki oleh BPBD, ungkaprnya
Sebanyak 40 desa berpotensi mengalami krisis air bersih dan puluhan desa tersebut tersebar di 11 kecamatan yakni Kecamatan Sukapura, Sumber, Kuripan, Bantaran, Leces, Banyuanyar, Krucil, Wonomerto, Plumbang, Tongas dan Sumberasih.
Dengan target Kabupaten Probolinggo bebas krisis air bersih, lanjutnya, diharapkan masyarakat tidak lagi kesulitan mendapatkan air bersih selama musim kemarau tiba, tandasnya.
Lebih lanjut dikatakannya, memasuki musim kemarau, embung Curah Bindo di Desa Gunung Tugel, Kecamatan Bantaran, Kabupaten Probolinggo mengering. Embung yang berfungsi menampung air saat musim hujan dan digunakan saat musim kemarau itu, kini tidak bisa dimanfaatkan oleh warga.
Saat awal dibangun pada tahun 2010, warga desa sekitar biasa memanfaatkan embung itu untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Termasuk untuk mengairi sawah. Namun, saat ini kondisinya memperihatinkan. Embung kering  ke rontang.
Di tengah embung, ada gundukan lumpur yang di tumbuhi  tanamanan liar. Membuat ke dalaman embung berkurang. Latifa, 44, warga Desa Gunung  Tugel mengatakan, embung itu sudah mengering sejak tiga tahun lalu. Saat musim hujan kata dia, biasanya embung terisi air.
Lalu, saat kemarau air di embung mengering. Namun, sejak tahun ini, kondisi embung selalu kering. Bahkan, saat musim penghujan sekalipun. Air yang ada di embung langsung terserap ke tanah. “Akhirnya, warga di sini harus mengambil air di tempat penampungan lain, kalau butuh air.
Warga sudah coba menggali sumur.  Namun, sampai kedalaman  40 meter sumber mata air belum ada,” ujarnya. Tidak hanya itu. Lahan pertanian di beberapa lokasi di Desa Gunung Tugel, terancam gagal panen. Penyebabnya, karena tidak ada  lagi aliran air dari embung, tambah Latifa.(Wap)
Gambar foto: Bupati Tantri dengan mobil tangkia airnya.(wap)

Tags: