Kadinkes Jatim Panggil RSUD dr Soetomo

Kepala Dinkes Provinsi Jatim, Dr dr Kohar Hari Santoso SpAn KIC KAP

Terkait Dugaan Pelecehan Pasien
Dinkes Jatim, Bhirawa
Terkait dugaan pelecehan seksual oleh oknum rumah sakit terhadap pasien yang sempat viral, Dinas Kesehatan Provinsi Jatim akan memanggil pihak RSUD dr Soetomo Surabaya untuk dimintai keterangan. Pemanggilan itu dinilai penting untuk mengetahui duduk masalah apakah yang dilakukan sudah sesuai tindakan medis.
“Kami mulai dari pimpinan rumah sakit setelah itu pada dokternya, karena biasanya dari pimpinan rumah sakit sudah mengklarifikasi kepada yang bersangkutan terlebih dahulu,” kata Kepala Dinkes Provinsi Jatim, Dr dr Kohar Hari Santoso SpAn KIC KAP, Rabu (31/10).
Namun begitu, Kohar mengatakan dirinya belum mendapatkan laporan secara detail atas dugaan kasus tersebut. Hal ini dikarenakan RSUD dr Soetomo sendiri pada, Senin (29/10) lalu, sedang ada penilaian akreditasi internasional.
Terkait dugaan kasus pelecehan sendiri, Kohar enggan berkomentar banyak. “Tapi secara prinsip memang harus diperiksa head to toe (pemeriksaan fisik dari kepala hingga ujung kaki), nah sekarang juga sama bagaimana mau,” lanjutnya.
Untuk melakukan penanganan terhadap manusia, kata Kohar ada unsur etika medis yang harus dilakukan. Namun, kadang-kadang bisa timbul missinterpretasi dan salah pengertian. “Kalau secara prosedural ya dibuka, misalnya untuk stetoskop kalau terhalang baju kan juga tidak bagus,” lanjutnya.
Kohar lalu mencontohkan bagaimana dokter obgyn (spesialis kandungan dan kebidanan) memeriksa pasiennya hingga ke jalan lahir. “Pasti harus dibuka, tapi etikanya itu yang harus dipastikan, nah ini yang saya belum tahu sampai sejauh mana dan belum klarifikasi,” pungkasnya.
Sebelumnya, tenaga medis di RSUD dr Soetomo Surabaya dilaporkan pasiennya ke Polrestabes Surabaya karena diduga melakukan pelecehan. Namun pihak rumah sakit milik Pemprov Jawa Timur itu menyangkal bahwa tindakan salah satu dokter jaganya itu adalah tindakan pelecehan.
Hal ini diungkapkan Wakil Direktur RSUD dr Soetomo, dr Hendrian saat ditemui Bhirawa, Selasa (30/10) kemarin. Menurutnya, masih perlu dilakukan indentifikasi lebih dalam untuk membuktikan tuduhan tersebut.
“Pasien tidak menolak di foto, pasien tidak menolak. Itu hasil dari hasil informasi kita karena bagian dari pemeriksaan. Itu adalah prosedur dari medis dan yang kita lakukan justru kita menyelamatkan terutama yang multi trauma dengan kecelakaan yang cukup berat,” ungkapnya.
Sekali lagi, Hendrian menegaskan, bahwa rumah sakit memiliki SOP dalam menangani semua pasiennya. “Kami punya cara-cara yang menyangkut medis, istilahnya pendekatan diagnosa,” tegasnya.
Tetapi, lanjut dia, yang perlu digarisbawahi, kadang dokter itu dipersepsikan beda oleh banyak pihak. “Kami (para dokter) disumpah dengan didik yang luhur, itu yang mendasari. Kami dilatih, disumpah untuk bermoral,” tambahnya. [geh]

Tags: