Kemacetan Lalin Terus Hantui Kota Malang

Foto Ilustrasi.

Kota Malang, Bhirawa
Ada persoalan besar yang dihadapi oleh Pemkot Malang, di Ulang Tahun yang ke 103 ini. Persoalan besar itu berupa,  kemacetan yang hampir merata diseluruh sudut Kota Malang yang belum juga diurai.
Kondisi ini, menuai protes dari masyarakat Kota Malang.  Secara khusus, Pemerintah Kota Malang, meminta maaf atas  kenyataan ini, serta mengajak masyarakat turut melakukan pembenahan.
Wakil Wali Kota Malang, Sutiaji, kepada sejumlah wartawan Selasa (28/3) kemarin, mengutarakan,  jika permasalahan kemacetan harus dibahas secara bersama, mulai dari instansi pemerintah hingga para akademisi. Tidak bisa dipungkiri, sebagai kota pendidikan, perguruan tinggi merupakan salah satu penyumbang kemacetan.
“Yang harus dicoba saat ini adalah menerapkan kebijakan tanpa membuat infrastruktur baru, tetapi melakukan rekayasa lalu lintas,” kata Sutiaji.
Ia menambahkan,  kebijakan tanpa membuat infrastruktur itu, adalah melalui penerapan jam sekolah. Pasalnya, kemacetan sering terjadi di pagi dan sore hari, tepat aktivitas berangkat dan pulang bagi pelajar maupun karyawan.
“Memang ada penumpukan di jam-jam tertentu. Sampai saat ini Pemerintah memang belum konsentrasi penuh dengan kebijakan tersebut. Sebab selama ini, problem keterbatasan ruang juga masih menjadi PR besar. Sehingga, jam belajar, terutama dari mahasiswa pun berlaku mulai dari pagi hingga sore,”tutur Sutiaji.
Dari situlah, lanjut dia,  perlu ada sinergi antar kampus dan berbagai elemen seperti Dishub dan lainnya untuk berdiskusi bersama, mencari solusi soal kemacetan di Kota Malang. Meski begitu, lanjutnya, saat ini Pemerintah Kota Malang, juga telah menerapkan beragam program. Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi inframerah pada lampu merah di beberapa titik kota. Sehingga kepadatan pada beberapa jalur dapat teratasi.
“Tapi memang masih perlu ada pembenahan di sini, dan kami harapkan ada kerja sama dengan pemerintah kabupaten nantinya. Agar bisa terkoneksi dengan baik. Karena kita kan juga terkoneksi dengan jalur Kabupaten, Provinsi, dan beberapa kawasan lainya,” jelas pria yang juga seorang ustadz ini. Tak hanya itu, Sutiaji juga menyampaikan agar masyarakat juga mulai lebih meningkatkan kesadarannya dalam menggunakan jalan. Seperti tidak menyalahi aturan dan mematuhi setiap rambu-rambu jalan.
Diakui dia,  secara global,  banyak pembenahan yang harus dilakukan. Berbagai evaluasi, setiap tahun selalu dilakukan dan  harus secara terus-menerus dilakukan perbaikan, untuk Kota Malang.
“Tapi saya juga menekankan, pembenahan tidak hanya serta merta dari pemerintah, tapi juga masyarakat. Karena Kota Malang ini milik kita bersama,” imbuhnya.
Sutiaji, menambahkan, semua persoalan harus di urai agar bisa tuntas. Pertama terkait polemik pasar, yang mengakibatkan beberapa  muara ekonomi tak berjalan lancar bahkan mandek. Dicontohkan, Pasar Induk Gadang, Pasar Blimbing dan Pasar Dinoyo.
Problem kedua, lanjutnya, berkaitan dengan banjir atau genangan air di berbagai titik Kota Malang. Sebab ada beberapa wilayah yang ternyata memang sempat mengalami kerusakan akibat adanya genangan tersebut. Seperti di wilayah Pandanwangi dan Sumbersari yang terjadi beberapa saat lalu.
Selanjutnya berkaitan dengan sistem pendidikan dan sistem kesehatan. Menurutnya, ada beberapa pembenahan yang dilakukan untuk proses pendidikan Kota Malang, salah satunya berkaitan dengan rayonisasi yang juga berimbas pada kemacetan.
“Begitu juga dengan layanan publik kepada masyarakat, yang juga harus kami benahi,” bebernya. [mut]

Tags: