Kematian Sapi di Tulungagung Bukan Disebabkan Antraks

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Sedikitnya enam ekor sapi di wilayah Desa Pinggirsari Kecamatan Ngantru Kabupaten Tulungagung dikabarkan mati mendadak. Kematian sapi-sapi tersebut diduga terkena penyakit antraks.
Ketika dilakukan pengecekan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur ternyata kematian sapi tersebut tidak dikarenakan penyakit antraks. Melainkan sakit biasa dan berujung pada kematian karena tidak segera diobati oleh pemilik ternak.
Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jatim Ir Rohayati MM mengatakan, kalau kematian sapi di Tulungagung tidak secara bersamaan, melainkan bertahap dari waktu ke waktu.
“Ditotal memang ada enam ekor sapi yang mati. Tapi kenyataannya kematian sapi itu sudah ada yang mati beberapa bulan lalu, satu atau dua ekor, dan hingga Januari ini terhitung ada enam ekor yang mati. Kematian sapi itu dari evaluasi yang kami lakukan di lapangan juga bukan karena antraks,” katanya, Selasa (24/1).
Ketika mendengar kabar tersebut, Kadisnak Jatim juga langsung mendapatkan laporan dari Kadisnak Tulungagung saat melangsungkan rapat bersama terkait dengan program inseminasi buatan di kantornya.
“Kami juga telah menurunkan tiga timĀ  ke beberapa lokasi seperti di Blitar, Tulungagung, dan Pacitan dan juga di wilayah perbatasan seperti di Magetan dan Ngawi. Untuk di Blitar, Tulungagung, dan Pacitan diberikan vaksinasi, sedangkan wilayah perbatasan diberikan surveillance active di antaranya vitamin,” katanya.
Sebelumnya, Jatim terus memperketat dan mewaspadai adanya penyakit antraks menyusul ditemukannya kasus antraks di Kabupaten Kulon Progo Jogjakarta. Belasan warga Purwosari Kecamatan Girimulyo di kabupaten tersebut terserang penyakit antraks karena mengonsumsi daging sapi yang diduga terserang antraks.
Salah satunya dengan memperketat pengawasan melalui active surveillance yang dilakukan sebagai early warning. “Kami berharap jangan sampai kasus antraks menular ke Jatim,” katanya.
Dikatakannya, sejak akhir 2016 lalu Dinas Peternakan Jatim sudah melayangkan surat edaran ke seluruh daerah yang ada di Jatim untuk meningkatkan kewaspadaan pada penyakit hewan.
“Pada tahun ini juga sudah kami berikan surat edaran juga,” katanya.
Selain itu, 970 petugas iSIKHNAS yang telah diberikan pelatihan juga diminta aktif menyampaikan informasi yang ada di daerahnya. iSIKHNAS adalah sistem informasi kesehatan hewan Indonesia yang mutakhir. “Kami ada tiga laboratorium salah satunya di Pacitan, demikian pula dari sisi penanganan, ada 102 puskeswan yang juga turut mengamankan Jatim,” katanya.
Dikatakannya, untuk tata niaga pihaknya juga memperkuat cek point yang ada di perbatasan terutama di Jateng. “Tim kita sudah lebih ketat lagi sebelum ada kasus yang terjadi di kawasan itu. Kembali lagi pengawasan juga didukung dengan petugas iSIKHNAS yang ada di Pemkab/kota dan 350 pelapor desa,” katanya.
Dinas Peternakan Jatim juga melakukan imbauan kepada peternak agar tetap menjaga kebersihan kandang, dan membeli ternak dengan asal usul yang jelas. Sedangkan bagi masyarakat diharapkan tetap tenang dan diminta memasak daging sapi dengan benar atau sampai matang dan mencuci tangan sebelum makan. “Jika ada hewan ternak yang sakit harus dilaporkan untuk bisa diketahui dan ditangani,” katanya. [rac]

Panduan Mencegah Penularan Antraks
” Jangan memotong dan mengonsumsi daging hewan yang sakit
” Belilah daging dari rumah pemotongan hewan bersertifikat
” Jangan membeli dan mengonsumsi daging hewan pemamah biak (contoh sapi, kambing, kerbau, kuda) yang berwarna gelap dan berlendir
” Gunakan sarung tangan plastik atau karet dan masker pada saat mengolah daging
” Masak daging dengan sempurna hingga matang dengan suhu di atas 100 derajat Celcius selama waktu 5-10 menit

Tags: