Kemenristek Dikti-Polije Dorong IKM Kab.Jember Ber SNI

Ketua Program IpPE Polije Dr. Budi Hariono, Msi (kedua dari kiri) didampingi Wakil Direktur Bidang Akademik Polije Ir Abi Bakri, MSi (kiri) dan UPT. Makan dan Minuman Polije M. Fathonin SP, M (kanan) usai menyerahkan bantuan peralatan kepada Nanang Harianto UD Ananda Lumajang (kedua dari kanan) kemarin.

Kab.Jember, Bhirawa
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) dan Politeknik Negeri Jember (Polije) mendorong Industri Kecil Menangah (IKM) yang berada di Kabupaten Jember dan Lumajang ber Standar Nasional Indonesia (SNI).
Melalui program Iptek bagi Produk Ekspor (IpPE), lembaga tersebut memberikan bantuan peralatan bertekhnologi tinggi kepada UD. Dua Dewi (Industri kripik nangka) di Dusun Lengkong Desa Wonosari Kec. Puger Jember dan UD.Ananda (Industri kripik aneka buah-buahan) yang berada Desa Pulo Kec. Tempeh Lumajang, kamarin.
Ketua pelaksana program IpPE Polije Dr Budi Hariono, Msi mengungkapkan, program pendampingan terhadap kedua IKM tersebut sudah menginjak tahun kedua. Pada tahun pertama (2016), Kemenristek Dikti melalui Polije memberkan bantuan alat penggorengan (vacuum frying) kapasitas besar.
“Vacuum fraying ini mampu mengoreng  30 kg per hari. Selain itu, peralatan ini (vacuum frying) dilengkapi pendingin sistem kolam dengan pompa hight vacuum. Dengan peralatan ini, yang biasanya menggunakan 2 pompa dengan kekuatan 1000 watt setiap pompa sekali produksi, kini hanya menggunakan 1 pompa dan tidak panas. Artinya bisa hemat listrik 1000 watt setiap produksi,” ujar Budi Hariono yang didampingi Ir Abi Bakri, MSi Wakil Sirektur Bidang Akademik Polije kemarin.
Ditahun kedua (2017),  kedua IKM ini menerima peralatan perbaikan kemasan produk ekapor berbasis vacuum frying dan perbaikan tempat dan sarana produksi bagi UD. Dua Dewi. Sedang UD. Ananda menerima alat peralatan perbaikan kemasan berbasis vacuum frying  dan alat pengahancur (extractor) bumbu. Untuk tahun yang akan datang (tahun ke tiga), Kemenristek Dikti dan Polije rencananya akan melakukan perbaikan sanitasi dan sistem management.
“Ini  melengkapi persyaratan untuk memperoleh sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI). Karena syarat untuk eksport harus ber SNI,” ulas Budi Hariono yang juga Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Polije.
Sementara, Nuril Anwar pemilik UD. Dua Dewi mengaku, dengan perlatan vacuum frying sangat membantu meningkatkan produksinya. Dengan peralatan ini, Nuril mengaku bisa memproduksi kripik nangka 1 ton per bulannya.
“Alhamdullah kami bisa produksi 1 ton setiap bulannya. Selain itu, dengan sistem pendingin kolam, kami bisa menghemat 1000 watt setiap kali produksi,” ujar Nuril kepada Bhirawa kemarin.
Nuril juga berharap, dengan program pendampingan secara intens yang dilakukan oleh Kemenristek Dikti dan Polije, usaha yang dirintisnya bisa segera ber SNI.” Karena syarat utama ekspor harus ber SNI. Selama ini, untuk memenuhi permintaan negara Malaysia, Singapura dan beberapa Negara di Eropa, melalui jaringan kami di Malang,” ungkapnya pula.
Hal senada juga disampaikan oleh Nanang Harianto pemilik UD.Ananda yang berada di Desa Gesang Kec.Tempe Lumajang. Meskipun produksi olahan berupa kripik buah-buahan belum mendunia, ia mengaku kewalahan memenuhi permintaan dalam negeri. Dengan peralatan berteknologi ini sangat membantu produksi usahanya.
“Sangat terbantu sekali, karena dapat meningkatkan produksi. Sedang  pangsa pasar usaha olahan kami di beberapa kota di Jawa, Sumatra dan Kalimantan,” ujar Nanang kemarin. Pria yang selama ini berprofesi sebagai pendidik ini mengaku  akan mengembankan usahanya dengan adanya alat penghancur (extraktor) bumbu yang telah diterimanya. Ia akan membuat kripik sayur aneka rasa.
“Permintaan cukup banyak, sedang bahan bakunya cukup tersedia di Kab. Lumajang,” tandasnya singkat. [efi]

Tags: