Kemenristek-Dikti Yakinkan Kebutuhan Perawat Masih Tinggi

Dirjen Sumberdaya Iptek Kemenristek-Dikti Prof Ali Ghufron dalam Internasional Nursing Workshop And Conference (INC) bertema Professional Nursing Practice In Free Trade Era: Threat & Challenge yang digelar Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Rabu (7/12). [ adit hananta utama/bhirawa]

Dirjen Sumberdaya Iptek Kemenristek-Dikti Prof Ali Ghufron dalam Internasional Nursing Workshop And Conference (INC) bertema Professional Nursing Practice In Free Trade Era: Threat & Challenge yang digelar Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Rabu (7/12). [ adit hananta utama/bhirawa]

(Moratorium Prodi Kesehatan Tak Kaku)
Surabaya, Bhirawa.
Penghentian sementara program studi (Prodi) keperawatan oleh Kemenriatek-Dikti tidak akan diterapkan secara kaku. Sebab, kebutuhan terhadap tenaga perawat masih cukup tinggi. Baik di tingkat nasional maupun internasional.
Dirjen Sumberdaya Iptek Kemenristek-Dikti Prof Ali Ghufron menuturkan, moratorium terhadap prodi kesahatan memang ada. Namun hal itu diutamakan pada prodi kebidanan yang junlahnya telah lebih dari 300 prodi. Di samping itu, jumlah lulusannya sudah terlampau tinggi.
“Kalau bidan kan tidak bisa kita ekspor. Tapi perawat masih bisa,” tutur Ali Ghufron di sela Internasional Nursing Workshop And Conference (INC) bertema Professional Nursing Practice In Free Trade Era: Threat & Challenge yang digelar Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Rabu (7/12).
Menurut Ali Ghufron, prodi keperawatan justru akan dikembangkan. Meski pada beberapa perguruan tinggi juga akan dievaluasi. Baik dari kualitas maupun sarana prasarana penunjangnya. “Kita akan kerjasama dengan BNP2TKI untuk mengekspor perawat,” kata dia.
Distribusi lulusan keperawatan ini akan dibagi dalam tiga wilayah. Yakni wilayah Asia Timur, Timur Tengah dan Barat (Eropa, Amerika). Para lulusan, lanjut dia, akan disertifikasi sesuai dengan standar yang berlaku di masing-masing wilayah.
Untuk peningkatan kualitas perawat, menurutnya tenaga pengajar juga harus dimaksimalkan. Salah satunya dengan memberikan pendidikan lanjutan pada perawat hingga s3 baik di dalam ataupun di luar negeri.
“Jumlah pendidik keperawatan berlatar belakang pendidikan S2 dan S3 di Indonesia juga masih minim dibanding besarnya jumlah penduduk. Di sisi lain jumlah lembaga pendidikan keperawatan besar,”tegasnya. Kebijakan lain mempercepat ketersediaan perawat adalah dengan menambah jumlah Politeknik Kesehatan.
Sekjen DPD Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Timur Misutarno lulusan perawat sebelum terjun ke dunia kerja, tidak sekadar diharuskan mengikuti uji kompetensi. Mereka juga diwajibkan mengikuti pelatihan-pelatihan melalui kologium sebagaimana amanat Undang-Undang 38/2014 tentang Keperawatan. Ada enam koligium, di antaranya medical bedah, anak, kegawatdaruratan, jiwa dan lainnya. [tam]

Tags: