Kementan Dukung Pengembangan Sorgum di Kabupaten Situbondo

Kepala DPKH Kabupaten Situbondo drh MH Riwansia bersama petani saat meninjau perkembangan tanaman sorgum di Desa Ketowan Kecamatan Arjasa Situbondo. [sawawi/bhirawa]

Situbondo, Bhirawa
Ancaman krisis pangan ditengah pandemi virus corona atau Covid-19 kian menghantui dunia, termasuk Indonesia. Untuk mencegah itu tidak terjadi, Kabupaten Situbondo mulai serus mengembangkan tanaman sorgum yang tersebar di 17 Kecamatan se-Situbondo.

Langkah taktis yang ditempuh Kabupaten Situbondo dengan mengembangkan tanaman sorgum ini, mendapatkan apresiasi sekaligus dukungan penuh dari Kementerian Pertanian (Kementan) RI. Selain dapat mengamankan stock pangan alternatif, pengembangan tanaman sorgum juga akan meningkatkan stock pangan untuk hewan di Situbondo.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Situbondo, drh MH Riwansia mengatakan, hingga saat ini (pertengahan Juni 2020), pengembangan tanaman sorgum sudah terealisasi dilahan 68 hektar. Kata Udin-panggilan akrab drh Mohammad Hasanuddin Riwansia, target secara keseluruhan tanaman sorgum pada awal di Situbondo berkisar 150 hektar lahan. ‘Program menanam sorgum ini pertama muncul, setelah ada jenis tanaman yang dikenal sebagai sumber pangan yang melimpah. Kala itu masih sebagai sumber bahan pakan ternak,” aku Udin.

Masih kata Udin, sorgum memiliki lima fungsi utama yakni satu diantaranya ketika virus Covid-19 mendunia, sorgum menjadi jawaban dari ancaman krisis pangan. Disamping itu, kupasnya, sorgum juga menghasilkan bahan pangan, dimana beras dan tepungnya dengan memakai variates Kementan bisa memproduksi 9 ton/hektarnya. Nah, kemudian batangnya, sambung Udin, sorgum memiliki potensi menghasilkan 45 ton tiap hektarnya.

“Itu mulai pangkal hingga ujung batang setelah diambil bulirnya bisa menghasilkan 45 ton per hektarnya. Ini menjadi potensi besar untuk pakan ternak di Situbondo,” urai Udin.

Sebelum dijadikan pakan ternak, tegas Udin, sorgum dalam satu batangnya memiliki potensi melebihi dari tanaman tebu, jika diolah menjadi gula. Kemudian setelah melalui pemerasan, ujar udin, jika sorgum diambil niranya dan diolah lebih lanjut menjadi potensi lain, bisa juga dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan bernama bio ethanol serta menjadi bahan mentah bernama bio solar.

“Selanjutnya jika sorgum dilanjutkan dengan penyulingan akan menjadi premium yang oktannya lebih tinggi dari premium yang sekarang beredar pasaran,” tutur Udin.

Yang membanggakan lagi, tanaman sorgum ternyata mampu bertahan disaat musim kering tiba. Padahal, kata Udin, BMKG memprediksi akibat adanya Covid-19 yang semakin meluas dan mewabah akan mengancam krisis pangan di dunia. Nah, tegas Udin, dengan adanya tanaman hebat bernama sorgum ini yang dikenal sangat cocok dengan segala cuaca yang terjadi di Tanah Air, menjadi pilihan yang terbaik untuk dikembangkan.

“Padahal tanaman selain sorgum akan tidak mampu untuk tumbuh dan produksi dikala musim kering. Sebaliknya sorgum untuk kelas pangan sangat cocok tumbuh disaat kondisi cuaca yang kering,” ungkap Udin.

Lebih jauh Udin menambahkan, jika sorgum terus dikembangkan dijamin tidak akan mengurangi luas lahan yang selama ini menjadi lahan produksi pangan di Situbondo. Meskipun hanya menggunakan lahan tegalan dan lahan tadah hujan yang relatif anomali dengan iklim kering, sorgum diprediksi akan tetap eksis berproduksi meski air tanah debitnya sedikit. Dengan banyaknya nilai plus dalam tanaman sorgum, ujar udin, Kementan juga mengakui dalam kondisi saat ini bisa berproduksi dengan baik.

“Saat ini harga sorgum sebelum diselep atau masih berbentuk gabah berkisar 5 ribu/kgnya. Ini bisa dibayangkan jika menanam dilahan tidak poduktif bisa menghasilkan 9 ton/hektarnya. Selain itu sorgum biaya perawatannya murah jika dibandingkan dengan tanaman lain seperti jagung,” terang udin seraya mengakui Situbondo mendapatkan bantuan bibit sebanyak 250 kg dari Kementan RI.

Momen emas ini, menurut Udin, merupakan kesempatan terbaik para petani Situbondo untuk serius mengembangkan tanaman sorgum dengan lahan seluas-luasnya. Udin juga menegaskan, sampai saat ini masih tersedia stock bibit sorgum cukup banyak yang disimpan di Kantor DPKH Kabupaten Situbondo.

“Kami menunggu warga atau petani Situbondo apa bibitnya mau kami drouping atau mau diambil sendiri. Jika beberapa saat kedepan ada hujan kami akan mengawali penanaman sorgum. Tetapi jika pun tidak ada hujan sama sekali kami akan tetap menanam sorgum,” pungkas mantan Sekretaris DPKH Kabupaten Situbondo itu. [awi]

Tags: