Kerja Sama BRIN-Ubhara Surabaya Bangun IPAL PLTS di Sentra Industri Batik

Ketua Tim pelaksana Program Produk Teknologi yang Didesiminasikan ke Masyarakat (PTDM) LPPM Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya Dr Amirullah didampingi anggota tim Achmad Yulianto, Tri Wardoyo dan Anis Fitriani saat berfoto bersama dengan Pemilik UMKM Zulpah Batik Madura Alim Hafidz, Sabtu (20/11) .

Perajin Batik Tak Lagi Khawatirkan Buangan Limbah dan Listrik Padam
Surabaya, Bhirawa
Terganggunya proses produksi akibat seringnya pemadaman listrik dan ancaman buangan limbah cair kini sudah ada jalan keluarnya. Dibangunnya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Batik Tulis Tenaga Surya, hasil kerja bareng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Bhayangkara (LPPM – Ubhara) Surabaya berhasil menjawab kedua persoalan laten perajin industri batik tulis di Dusun Kramat, Desa Paseseh, Tanjung Bumi, Bangkalan.
Salah satu dampak negatif proses produksi batik tulis adalah buangan limbah cair, yang merupakan hasil residu dari produksi batik. Limbah cair ini umumnya berasal dari proses pewarnaan, pencucian dan pelepasan malam atau lilin (pelorodan).
“Limbah tersebut umumnya mengandung zat-zat pencemar yang kadarnya melebihi baku mutu,” kata Ketua Tim pelaksana Program Produk Teknologi yang Didesiminasikan ke Masyarakat (PTDM) LPPM Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya Dr Amirullah kepada Bhirawa di sela-sela persiapan uji coba alat di UMKM Zulpah Batik Madura, Sabtu (20/11).
Menurut Amirullah, kondisi di lapangan menunjukkan hampir semua UMKM batik tulis di Desa Paseseh Kecamatan Tanjung Bumi, Bangkalan tidak mempunyai instalasi pengolahan limbah.
“Perajin biasanya langsung membuang air limbah begitu saja ke selokan atau sungai terdekat. Padahal pembuangan limbah batik langsung ke lingkungan tanpa proses pengolahan limbah terlebih dahulu, dapat mencemari lingkungan sekitarnya yaitu air dan tanah,” jelas Amirullah yang juga dosen Program Studi (Prodi) Teknik Elektro Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya ini.
Kondisi lain yang menjadi perhatian tim yang beranggotakan Tri Wardoyo, MT dan Achmad Yulianto, MT dari Prodi Teknik Sipil ini adalah wilayah Desa Paseseh khususnya dan Kecamatan Tanjung Bumi umumnya seringkali mangalami pemadaman listrik. Frekuensi pemadaman semakin meningkat pada musim penghujan seperti sekarang ini. Pemadaman listrik tersebut jelas Amirullah jelas akan mengganggu produksi UMKM Batik.
“Bagi yang mampu biasanya akan menggunakan genset dengan bahan bakar solar. Pemakaian genset ini selain membuat bising juga menghasilkan pencemaran udara dari pembakaran solarnya,” jelas Amirullah.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, lanjut Amirullah, LPPM Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya didukung Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melaksanakan Program Produk Teknologi yang Didesiminasikan ke Masyarakat (PTDM) pada Tahun 2021.
Melalui dukungan dana hibah BRIN, kegiatan ini berbentuk penerapan produk teknologi instalasi pengolah air limbah (IPAL) untuk proses produksi batik tulis berbasis Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) kepada dua mitra UMKM di Dusun Kramat Desa Paseseh Kecamatan Tanjung Bumi Bangkalan.
Lebih lanjut menurut Amirullah persaingan dalam mendapatkan hibah pembiayaan dari BRIN ini sangat ketat. Dari ribuan proposal yang diajukan dari PTN/PTS se Indonesia, hanya 100 yang disetujui.
“Rata-rata dari PTN/PTS yang lolos 1-2 judul. Ini semacam program bantuan dari BRIN melalui LPPM untuk UMKM atau kelompok masyarakat terdampak pendemi Covid-19 untuk meningkatkan kinerja mereka dari sisi penguatan teknologi, produksi, manajemen, dan akhirnya bermuara pada peningkatan pemasaran produk yang mereka hasilkan,” jelas Amirullah lagi. Kegiatan PTDM lanjut Amirullah, secara efektif dimulai Agustus 2021 hingga Desember 2021 mendatang.
“Pembangunan IPAL dan PLTS dimulai sejak bulan September dan selesai Sabtu (22/11) kemarin sekaligus acara pelatihan dan uji coba alat di UMKM Zulpah Batik Madura,” jelas Amirullah lagi.
Ketua Paguyupan Perajin Batik Tanjung Bumi yang juga pemilik UMKM Zulpah Batik Madura Alim Hafidz mengaku sangat terbantu dengan dibangunnya IPAL tenaga surya. Menurut Alim, dengan adanya perhatian dari pemerintah lewat BRIN yang menggandeng LPPM Ubhara Surabaya, membuat pelaku industri batik tulis di Tanjung Bumi merasa tidak sendirian.
“Sejujurnya kami sangat membutuhkan teknologi semacam ini. Kami tidak mungkin sendirian untuk memikirkan masalah limbah ini. Alih alih mikir limbah memikirkan nasib industri di tengah pandemi ini saja sudah berat,” jelas Alim. Dengan keberadaan IPAL Tenaga Surya tersebut, bukan hanya masalah limbah yang terselesaikan, namun juga air yang selesai melalui IPAL tersebut bisa dimanfaatkan untuk kepentingan yang lain seperti mencuci, menyiram tanaman dan bahkan aman untuk budidaya ikan lele.
Keberadaan IPAL tenaga surya juga berhasil menjawab persoalan laten di wilayah itu berupa pemadaman listrik bergiliran yang bahkan bisa sampai 3-4 kali pemadaman dalam seminggu.
“Pembatik tidak bisa membatik karena mereka mayoritas pakai canting elektrik pompa IPAL juga tidak bisa beroperasi dan tidak bisa membatik di malam hari karena lampu padam,” jelas Alim Hafid. Anggota tim yang lain Tri Wardoyo menambahkan teknologi yang diterapkan adalah IPAL batik tulis ramah lingkungan dengan cara menangkap cahaya matahari sebagai sumber energi listrik melalui Pembangkit Photovoltaic (PV) atau PLTS di Mitra UMKM Batik Zulpah Madura.
Menurut Tri –panggilan akrab Tri Wardoyo–, PLTS mempunyai panel surya dengan daya total 900 Watt, Inverter Hibrid 1000 Watt, dan empat buat batere masing-masing berkapasitas 100 Ah dengan tegangan 12 Volt, dipakai untuk mengerakkan pompa yang berfungsi menaikkan air limbah dari bak pengendap menuju bak koagulasi IPAL. Total ada delapan bak IPAL batik tulis yang dibangun antara-lain: tiga buah bak pengendap dan perata aliran limbah, satu buah bak koagulasi, tiga buah bak absorbsi karbon aktif, dan satu buah bak kontrol akhir.
Lebih lanjut menurut Tri ada dua mode operasi PLTS yang dipasang di Mitra. Mode pertama bersifat mandiri (standalone) pada siang hari cuaca cerah, kapasitas batere penuh, dan beban listrik sesuai dengn kapasitas PV, sehingga PLTS mampu lepas (off-grid) dari jaringan listrik PLN 220 Volt. Mode kedua bersifat on-grid pada siang hari cuaca mendung atau malam hari, sehingga panel PV tidak mampu mengisi batere secara penuh dan sebagian energi beban disuplai oleh sumber listrik PLN melalui inverter hibrid.
Secara khusus Tri juga menjelaskan selain kegiatan utama, ada tiga kegiatan penunjang PTDM, yakni pelatihan desain motif batik-tulis baru motif kontemporer, dan motif ukiran khas Tanjung Bumi. Pelatihan desain pola jahit desain baru terhadap baju berbahan kain batik tulis Tanjung-Bumi. Terakhir adalah pelatihan promosi penjualan kain batik tulis secara online.
“Kegiatan ini juga menggandeng mitra dari kelompok pembatik rumahan, pemasok bahan, dan penjahit di Dusun Kramat Desa Paseseh,” jelas Tri mengakhiri pembicaraan dengan Bhirawa. [Wahyu Kuncoro SN]

Tags: