Akhir Tahun, Kota Batu Larang Pesta Datangkan Artis Ibu Kota

Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko (tengah).

Kota Batu, Bhirawa
Pemkot Batu terus fokus melakukan mitigasi bencana seiring terjadinya fenomena la nina yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi. Di sisi lain, bencana non alam pandemi covid-19 yang belum usai juga menjadi perhatian serius.
Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko mengatakan, penanganan bencana pasca banjir bandang 4 November lalu masih terus berjalan. Pihaknya memastikan, tidak ada tempat wisata yang terdampak dari peristiwa bencana tersebut. Kendati demikian, Dewanti juga mewanti-wanti para pengusaha sektor pariwisata agar tidak mendatangkan wisatawan di luar kapasitas yang tersedia. Khususnya menghadapi momentum Natal dan tahun baru (Nataru).
“Akhir tahun memang sudah diwarning oleh satgas Covid-19. Bahwa mulai tanggal 24 Desember sampai 22 Januari akan diperketat dengan PPKM level 3. Kalau vaksinnya tidak mencapai target yang ditentukan maka level empat,” tutur Dewanti di sela pertemuannya dengan Pokja Wartawan Pemprov Jatim dan Biro Administrasi Pimpinan Setdaprov Jatim di Balai Kota Among Tani, Batu, Sabtu (20/11).
Dewanti mengaku, capaian vaksin dosisi pertama di Kota Batu sudah 100 persen dan vaksin dosis kedua lebih dari 70 persen. Namun demikian, tetap ada pembatasan kuota yang telah disosialisasikan kepada PHRI maupun tempat wisata agar tidak menyiapkan acara yang berlebihan. “Tidak boleh ada acara gebyar atau euforia seperti memanggil artis dari Jakarta atau musik. Yang boleh hanya menginap dan makan (Kuliner),” tegas Dewanti.
Perkembangan kasus Covid-19 di Kota Batu diakuinya cukup terkendali. Bahkan saat ini sebenarnya sedang nol kasus aktif Covid-19. Kecuali ada satu kasus aktif warga Batu yang sedang berkunjung di Sumatera Selatan dan sedang dirawat disana. “Bencana memang berdampak luar biasa terhadap sektor pariwisata. Baik Covid-19 maupun bencana alam banjir bandang. Dengan viralnya video banjir bandang saja, sejumlah travel membatalkan kunjungannya ke Batu. Seolah-olah seluruh Kota Batu ini porak poranda,” tutur dia.
Terkait hal itu, Dewanti mengajak seluruh pihak dapat saling memahami. Sebab, jika terjadi lonjakan kasus Covid-19 lagi maka dampaknya akan lebih serius bagi pariwisata. “Pihak PHRI dan pariwisata bisa menerima kebijakan pembatasan saat Nataru tersebut. Mereka memahami, lebih baik dilakukan pembatasan selama dua minggu dari pada penutupan dalam waktu yang lebih lama karena lonjakan Covid-19,” ujar Dewanti.
Lebih lanjut Dewanti mengungkapkan, akibat Pandemi Covid-19 pertumbuhan ekonomi yang semula 6,5 persen terkoreksi hingga minus 10 persen. Angka kemiskinan dari 3,38 persen menjadi 3,89 persen dan tingkat pengangguran terbuka meningkat dari 2,48 menjadi 5,98 persen.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setdaprov Jatim Ali Kuncoro mengatakan, bencana pandemi yang belum usai dan bencana alam yang mengancam seiring datangnya musim hujan tiba membutuhkan mitigasi dan sinergi yang kuat. Kota Batu menjadi salah satu contoh bagaimana sebuah daerah mampu survive dengan bencana yang telah dihadapi. “Kami yakin, setiap ada kontraksi akan lahir sesuatu yang besar. Begitupun dengan Kota Batu yang saat ini tengah menghadapi dua ujian bencana sekaligus,” tutur Ali Koncuro.
Kedatangannya bersama 40 awak media di Balai Kota Among Tani dijelaskannya bertujuan untuk menggali informasi yang sebenarnya tentang Kota Batu pasca menghadapi bencana banjir bandang. “Media menjadi bagian dari upaya mencerdaskan bangsa. Dan media dihadapkan pada tantangan yang besar berupa hoaks dan akitifitas buzzer maupun influenzer,” pungkas Ali Kuncoro. [tam]

Tags: