Ketergantungan Indonesia pada Impor Daging

foto ilustrasi

Belakangan ini, daging sapi di Tanah Air tengah menjadi sorotan karena harganya yang merangkak naik, bahkan memicu aksi mogok para pedagang. Melihat realitas yang demikian, logis adanya jika pemerintah pun dituntut mengambil langkah atasi masalah mahalnya daging sapi tersebut. Langkah impor daging pun seringkali menjadi alternatif solusi dalam memenuhi kebutuhan daging, baik bentuk sapi hidup dan daging beku.

Langkah impor memang tidak bisa dipungkiri dalam menjaga stabilisasi harga dan kecukupan ketersediaan daging. Kenyataan itu, bisa dilihat dari potensi produksi daging sapi dan kerbau dalam negeri di bulan Januari sebanyak 28,79 ribu ton. Sementara, kebutuhan konsumsi kurang lebih sebanyak 56,72 ribu ton. Kondisi defisit ini akan dipenuhi dari stok daging sapi dan kerbau impor dan sapi bakalan. Selanjutnya, demi menjaga stabilisasi harga dan kecukupan ketersediaan sapi siap potong, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan akan melakukan pemberian izin kepada para importer, untuk melakukan impor sapi dari negara Meksiko dan sapi slaugther dari Australia, (Kompas, 24/1/2021)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sejak 2016, Indonesia semakin ketergantungan pada daging impor. Pada 2016, Indonesia melakukan impor daging sejenis lembu hingga 146 ribu ton, lalu meningkat pada 2017, menjadi 160,19 ribu ton daging. Meningkat lagi menjadi 207,42 ribu ton pada 2018. Semakin melonjak lagi di 2019 menjadi 262,25 ribu ton. Sedangkan, data 2020 baru sampai bulan Juni, totalnya telah mencapai 84,4 ribu ton daging. Dilanjutkan tahun ini, jumlah daging impor yang masuk RI diperkirakan bakal lebih besar lagi hingga mencapai 298 ribu ton.

Itu artinya, Indonesia masih bergantung pada daging impor. Pemerintah belum berhasil berswasembada daging sapi. Namun kendati demikian, arah swasembada harus terus diusahakan dan teknisnya ada di Kementerian Pertanian dan kementerian terkait lainnya untuk bersinergi membuat rumusan kebijakan pengembangan sapi nasional untuk memenuhi tujuan swasembada daging sapi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Harun Rasyid
Dosen FPP Universitas Muhmammadiyah Malang.

Tags: