Khofifah “Tancap Gas”

Karikatur Ilustrasi

Hari pertama, Khofifah Indarparawansa, masuk kantor sebagai Gubernur Jawa Timur. Setelah dilantik hari Rabu (Wage) 13 Pebruari 2019, Gubernur baru langsung “tancap gas.” Ini gubernur ke-15. Tetapi menjadi perempuan (aktifis) pertama yang memimpin Jawa Timur. Dari sisi perekonomian, provinsi ini berkontribusi sebesar 15% terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) nasional. Sekaligus penyangga pangan nasional. Banyak tugas sudah menantang, juga tersedia potensi ke-ekonomi-an besar.
Gubernur Khofifah, harus “tancap gas.” Karena saat ini APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja) daerah “masih” sekitar Rp 33 triliunan. Kekuatan APBD terasa sangat kurang untuk mengurus hajat hidup masyarakat Jawa Timur yang mencapai 41 juta jiwa. Masih banyak potensi ke-ekonomi-an yang belum tergarap. Banyak kawasan kaya sumber daya alam, tetapi bagai belum tersentuh. Misalnya, kepulauan Kangean, di ujung timur Jawa Timur. Kaya, tetapi belum ber-listrik.
Sektor infrastruktur patut menjadi perhatian. Banyak jalan (milik negara maupun milik provinsi) masih menjadi olok-olok lalulintas trans-Jawa. Yakni, kalau perjalanan terasa tidak enak, banyak lubang dan bergelombang, berarti sudah memasuki Jawa Timur. Diperlukan gubernur yang berani mendesak pemerintah pusat untuk segera memperbaiki jalan (negara) yang rusak. Bentang jalan milik negara sepanjang 1.679 kilometer. Sedang jalan milik propinsi sepanjang 1.421 kilometer.
Jawa Timur juga memiliki garis pantai terpanjang di Indonesia. Sebagian telah memiliki pelabuhan memadai. Selain Tanjung Perak (di Surabaya), juga terdapat pelabuhan di beberapa daerah. Antara lain di Probolinggo, Banyuwangi, Lamongan, Tuban, dan Madura. Serta puluhan dermaga dibangun secara swadaya oleh masyarakat. Sebagian hanya sebagai tambatan perahu nelayan, sekadar dibangun pasar ikan.
Namun sesungguhnya pelabuhan di Jawa Timur, bagai kekayaan yang tersembunyi. Dapat diandalkan sebagai penghasil perekonomian daerah. Misalnya, pelabuhan Probolinggo, kini terbuksi menjadi “pesaing” Tanjung Perak. Biaya tambat (dan bongkar muat) lebih murah. Kedalaman perairan terasa bagai tol laut. Kini Pelabuhan Probolinggo sudah dikunjungi 58 kapal per-bulan, dengan catatan bongkar muat mencapai 200 ribu ton per-bulan.
Di perairan “tapal kuda,” juga terdapat banyak pelabuhan potensial, mulai ramai dilabuhi kapal. Antara lain, pelabuhan Jangkar (Situbondo), serta Tanjung Wangi, dan Boom (di Banyuwangi). Begitu pula di sekeliling pulau Madura, terdapat pelabuhan Gilimandangin (di Sampang) Giliraja (Sumenep). Di pantura (pantai utara) Jawa Timur tak kalah potensi. Terdapat pelabuhan multipurpose Paciran dan Brondong (Lamongan), serta dermaga pulau Bawean (Gresik).
Pada sektor Perhubungan, pemerintah propinsi Jawa Timur juga memiliki potensi PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang bersumber dari operasional terminal tipe B. Berdasar UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, telah dilimpahkan terminal tipe B sebanyak 26 unit. Selain itu, pada sektor Perkereta-apian, pemerintah propinsi berpeluang membangun jaringan keretaapi propinsi.
Infrastruktur perhubungan (darat, perairan, dan udara) akan menjadi membuka keter-isolasi-an kawasan, sekaligus pengungkit perekonomian daerah. Tetapi infrastruktur yang lain juga patut perhatian. Termasuk infrastruktur ke-pertani-an. Terutama penambahan waduk, jaringan irigasi, dan embung, sebagai cadangan peta jalan ketahanan pangan.
Gubernur Khofifah, juga harus tancap gas mengurangi kemiskinan. Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur, ditaksir masih sebesar 11% (sekitar 4,5 juta jiwa). Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan Kartu Indonesia Sehat (KIS), masih perlu ditebar. Serta ditambah program beasiswa khusus keluarga miskin, berupa modal kerja peternakan ringan.
Tancap gas, berarti gubernur seyogianya mulai berani menaikkan belanja daerah bukan sekadar sesuai kemampuan. Melainkan belanja sesuai kebutuhan. Defisit APBD ditanggulangi dengan berbagai cara.

——— 000 ———

Rate this article!
Khofifah “Tancap Gas”,5 / 5 ( 1votes )
Tags: