Kiprah Alumni UPT RSBD Dinsos Provinsi Jatim

Sri Gunarsih, disabilitas daksa asal Magetan yang berprofesi sebagai guru dan mendirikan yayasan Wira Daksa Utama. [Rachmat Caesar]

Awalnya Minder, Kini Mampu Berdayakan Disabilitas dan Dirikan Yayasan
Kota Surabaya, Bhirawa
Menjadi penyandang disabilitas bukan menjadi halangan untuk terus berkiprah. Terbukti salah satu alumni UPT Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Dinas Sosial (RSBD Dinsos) Provinsi Jatim di Pasuruan ini mampu mendirikan yayasan untuk memberdayakan sebanyak 150 disabilitas di Kabupaten Magetan.
Alumni UPT RSBD Dinsos Provinsi Jatim tersebut adalah Sri Gunarsih, disabilitas daksa asal Magetan yang berprofesi sebagai guru dan mendirikan yayasan Wira Daksa Utama pada tahun 2018 di Desa Ngadirejo, Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan.
Sri menceritakan berdirinya yayasan yang dirintisnya berawal dari keinginannya untuk memberdayakan teman-temannya sesama penyandang disabilitas. Ia merangkul para disabilitas, mewadahi, dan mendorong mereka untuk berkarya.
Sebelumnya, Sri dan suami, Samidi, aktif menjadi pengurus National Paralympic Committee (NPC) atau Komite Paralimpiade Nasional Indonesia Kabupaten Magetan, organisasi pembina atlet penyandang disabilitas. “Akan tetapi, organisasi ini tidak bisa memberdayakan semua teman-teman disabilitas karena hanya menangani kegiatan olahraga saja,” katanya.
Akhirnya, bersama suami yang memiliki visi yang sama, Sri memberanikan diri untuk mendirikan yayasan Wira Daksa Utama. Saat ini dia menjabat sebagai ketua yayasan, sementara suaminya menjabat sebagai pengawas yayasan.
Terkait dengan alasan di balik penamaan yayasan tersebut, Sri mengatakan, kalau nama yayasan sengaja tidak menyertakan kata ‘disabilitas’. Hal ini lebih dikarenakan ingin setara dengan lainnya atau inklusi. Sebagai ciri khas, dipilihlah istilah daksa.
“Meskipun kami memiliki cacat tubuh daksa, tapi semangat kami seperti seorang perwira. Seperti itu makna nama yayasan kami,” ujar Sri yang sehari-hari mengajar di Madrasah Aliyah Miftahul Ulum Kedung Panji Kec. Lembeyan, Magetan. .
Memasuki tahun kedua, Sri aktif menjalin hubungan baik dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kab. Magetan. Kerja sama dengan OPD dilaksanakan dalam bentuk program, pelatihan keterampilan, pemberian bantuan, dan sebagainya.
Yayasan Wira Daksa Utama juga bekerja sama dengan Lembaga Manajemen Infaq (LMI) untuk kegiatan mengaji dan kegiatan lain. Selain itu, yayasan juga memiliki hubungan baik dengan Ikatan Jurnalis Magetan (IJM) untuk publikasi kegiatan yayasan.
Sri memaparkan, yayasan memiliki berbagai kegiatan untuk para anggota. Antara lain, arisan setiap bulan, mengaji seminggu sekali untuk para anggota yang belum bisa mengaji, dan berbagai pelatihan. “Kami pernah mengikuti berbagai pelatihan yang diberikan dinas. Nanti tanggal 20 dan 27 Maret ini ada pelatihan batik ecoprint dari dinas,” ucapnya.
Dari berbagai pelatihan yang diikuti, para anggota bisa membuat tas anyaman, keripik, handycraft, kopi, dan lain-lain. “Lebih dari 50 persen anggota kami menjalankan usaha jahit. Ada juga yang budidaya cacing dan jadi pegawai mebel,” lanjut ibu dari Ahlan Zulvikri ini.
Sementara, sebenarnya juga di balik semua pencapaian yang diraih Sri. Siapa sangka ternyata dulu Sri bukanlah orang yang memiliki keberanian dan kepercayaan diri. Mengalami cacat tubuh setelah terkena polio pada umur dua tahun, Ia merasa minder ketika harus bersosialisasi dengan orang lain.
Apalagi, Sri sudah yatim piatu sejak SMP dan berasal dari keluarga yang kurang beruntung. Titik balik dalam hidupnya terjadi ketika dia masuk UPT RSBD Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur di Pasuruan pada tahun 2000.
“Saya dulu minder dan merasa kalau saya orang yang paling tidak beruntung. Tetapi, setelah masuk RSBD saya merasa tidak sendiri dan semakin menambah rasa syukur saya,” ungkap Sri.
Selama di RSBD, Sri mempelajari keterampilan bordir. Di sana, dirinya juga dilatih untuk mandiri dan bersosialisasi. Lulus dari UPT milik Dinsos Jatim ini, Sri mengambil kursus menjahit. Selanjutnya, dia mendapat tawaran mengajar di lembaga kursus tersebut, memberikan pelatihan bordir di yayasan Dharmais, dan mengajar ekstrakurikuler menjahit di MA Miftahul Ulum.
“Pada tahun 2010 saya didorong sekolah untuk berkuliah. Saat ini saya menjadi guru Bahasa Indonesia sekaligus mengajar ekstrakurikuler menjahit,” terangnya.
Sri menuturkan, ada dua hal yang menjadi pegangan hidupnya dan membuatnya termotivasi. Pertama, petuah dari almarhum ayahnya untuk mengatasi keterbatasan fisik dengan menjadi orang yang pintar. “Karena saya memiliki kekurangan secara fisik, bapak saya ingin agar saya jadi anak pintar sehingga tidak diremehkan orang,” ungkapnya.
Kedua, perkataan dari ibu tirinya yang pernah mengatakan bahwa Sri tidak akan bisa bekerja karena kekurangannya. “Itu saya ingat terus dan menjadi cambuk motivasi untuk membuktikan bahwa saya bisa. Alhamdulillah sekarang saya dan ibu tiri berhubungan baik,” tambahnya.
Ke depan, Sri berharap bisa mengembangkan yayasan dan memiliki sekretariat sendiri. “Saat ini sekretariat masih berada di rumah bendahara. Saya ingin yayasan punya sekretariat sendiri yang bisa jadi pusat pelatihan dan memamerkan produk atau karya kami,” harap Sri.
Dia juga berharap suatu saat nanti bisa berpartisipasi dalam rapat pembuatan Perda. “Saya ingin memberi masukan agar Kab. Magetan jadi kabupaten inklusi dan ramah disabilitas,” pungkas Sri.
Kiprah Sri Gunarsih mendapat sambutan hangat dari Kepala UPT RSBD Pasuruan Yusmanu. Menurutnya, Sri Gunarsih menjadi role model Dinsos Provinsi Jatim saat melakukan pembinaan kepada klien dan eks klien.
“Ini sebagai contoh untuk kabupaten/kota lain untuk mengkoordinir disabilitas. Pemberdayaan yang dilakukan tidak temporer, tetapi konsisten dan berkelanjutan. Pemantauannya juga lebih mudah,” kata Yusmanu mengapresiasi.
Dia mempersilahkan para eks klien untuk berlomba-lomba melakukan pembinaan disabilitas. Dengan melakukan pembinaan seperti yang dilakukan Sri Gunarsih, lanjutnya, akan memiliki dampak yang bagus dalam silaturahmi dan mengembangkan usaha.
“Carilah komunitas bersama, kembangkan bersama, tumbuh bersama, dan berhasil bersama. Sehingga nanti akan memberikan pemahaman pada masyarakat bahwa disabilitas itu bisa berkarya tanpa batas,” kata Yusmanu. [Rachmat Caesar]

Tags: