Kuatirkan Kualitas Vaksin di Jatim Buruk

Kepala Dinkes Jatim, dr HarsonoPemprov Jatim,Bhirawa
Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim mengkhawatirkan penyebaran penyakit menular menyusul tidak meratanya standadrisasi penyimpanan vaksin pada layanan kesehatan.
“Para ahli ini sudah mengkhawatirkan, kalau vaksinasi ini tidak baik, maka akan terjadi peningkatan penyakit menular, jadi perlu adanya standarisasi, perlu dijaga ketatat, ini memerlukan managemen vaksin yang baik,” ungkap Kepala Dinkes Jatim dr Harsono.
Menurut Harsono selama ini standardisasi penyimpanan vaksin antar layanan kesehatan berbeda, padahal kesempurnaan vaksin itu dibutuhkan untuk kekebalan tubuh.
“Mungkin ada beberapa tempat, yang saat itu juga mengalami kekurangan, contohnya saja kulkas yang tidak standard, mangkanya Jatim sepakat, bahwa penyimpanan vaksin ini cold chain (Barang-barang yang memerlukan penanganan dengan suhu yang diatur dibawah suhu ruangan, red) harus standard, tidak ada alasan lagi kalau Puskesmas misalnya tidak mempunyai kulkas atau cold chain yang standrard,” terang Harsono.
Penyimpanan vaksin membutuhkan suatu perhatian khusus karena vaksin merupakan sediaan biologis yang rentan terhadap perubahan temperatur lingkungan. Pada setiap tahapan rantai dingin maka transportasi vaksin dilakukan pada temperature 0°C sampai 8°C.
Vaksin polio boleh mencair dan membeku tanpa membahayakan potensi vaksin. Vaksin DPT, DT, dT, hepatitis-B dan Hib akan rusak bila membeku pada temperature 0° (vaksin hepatitis-B akan membeku sekitar -0,5°C).
Menurut Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi, Depkes RI, 1992, sarana penyimpanan vaksin di setiap tingkat administrasi berbeda. Di tingkat pusat, sarana penyimpan vaksin adalah kamar dingin/cold room. Ruangan ini seluruh dindingnya diisolasi untuk menghindarkan panas masuk ke dalam ruangan. Ada 2 kamar dingin yaitu dengan suhu +2o C sampai +8o C dan suhu -20o C sampai -25o C. Sarana ini dilengkapi dengan generator cadangan untuk mengatasi putusnya aliran listrik. Di tingkat provinsi vaksin disimpan pada kamar dingin dengan suhu -20o C sampai -25o C, di tingkat kabupaten sarana penyimpanan vaksin menggunakan lemari es dan freezer.
Dasar yang menjadi pertimbangan dalam memilih cold chain antara lain meliputi jumlah sasaran, volume vaksin yang akan dimuat, sumber energi yang ada, sifat, fungsi serta stabilitas suhu sarana penyimpanan, suku cadang dan anjuran WHO atau hasil penelitian atau uji coba yang pernah dilakukan. Sarana cold chain di tingkat Puskesmas merupakan sarana penyimpanan vaksin terakhir sebelum mencapai sasaran. Tingginya frekuensi pengeluaran dan pengambilan vaksin dapat menyebabkan potensi vaksin cepat menurun. [dna]

Teks foto: Harsono

Tags: