Lahan Tambak Garam di Probolinggo Menyusut

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Probolinggo, Bhirawa
Tambak garam di Kabupaten Probolinggo tahun 2016 luasnya 359,815 hektar (Ha) sama dengan data tahun 2015. Jika dibandingkan luas tambak garam pada 2014 silam yang mencapai 382,235 Ha, luas tambak garam pada dua tahun terakhir itu berkurang 22,42 Ha. Petani mendapatkan pelatihan peningkatan produksi garam beryodium. Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Kabupaten Probolinggo Dedy Isfandi, Kamis 11/8.
Penyempitan tambak garam itu karena beralih fungsi menjadi tambak intensif budidaya udang. “Jumlah kelompok petambak garam yang ada sebanyak 60 kelompok dengan jumlah anggota 508 petambak garam,” katanya.
Menurut Dedy, produksi garam di Kabupaten Probolinggo tahun 2015 lalu mencapai 26.211,274 ton terdiri dari KW 1 sebanyak 3.356,378 ton, KW 2 sebanyak 20.064,2 ton dan KW 3 sebanyak 2.790,696 ton.  “Apabila dibandingkan dengan tahun 2014 , terjadi kenaikan sebesar 1.062,475 ton dari produksi garam tahun 2014 sebesar 25.148,817 ton,” jelasnya.
Dedy menerangkan, kebijakan Pemerintah Kabupaten Probolinggo pada tahun 2016 diarahkan kepada peningkatan kualitas garam rakyat melalui berbagai cara mulai dari proses produksi di lahan hingga penanganan pengolahan garam.
“Dalam hal produksi, metode Teknologi Ulir Filter (TUF) dan penggunaan geoisolator akan kita kembangkan di lahan tambak di Kabupaten Probolinggo dengan tujuan untuk meningkatkan produksi dan kualitas garam,” terangnya.
Tahun 2015, kata Dedy, penggunaan geoisolator telah diimplementasikan di lahan tambak garam di 8 desa potensi. Yakni, Desa Randutatah Kecamatan Paiton, Desa Kebonagung, Sidopekso dan Asembagus Kecamatan Kraksaan, Desa Penambangan dan Sukokerto Kecamatan Pajarakan, Desa Klaseman, Pajurangan dan Curahsawo Kecamatan Gending.
“Hasil penerapan pemasangan geoisolator dapat meningkatkan produksi garam dari 50 ton/Ha menjadi 75 ton/hektare atau peningkatannya mencapai 50% dibandingkan dengan menggunakan lahan tradisional,” tandasnya.
Untuk itulah sedikitnya 40 petani garam dari Kecamatan Gending, Pajarakan, Kraksaan dan Paiton mendapatkan pelatihan peningkatan produksi garam beryodium dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Probolinggo.
Sentra produksi garam rakyat di Kabupaten Probolinggo berada di 7 (tujuh) kecamatan. Yakni, Kecamatan Paiton, Kraksaan, Pajarakan, Gending, Dringu, Sumberasih dan Tongas. Tetapi yang paling berkembang adalah Kecamatan Kraksaan dan Gending, ungkapnya.
Selama ini masyarakat banyak menjual produksi garamnya dalam bentuk krosok dari pada kemasan beryodium. Padahal garam krosok itu harganya sangat murah. Hal ini dikarenakan garam krosok itu pemasarannya sangat mudah dan gampang.
Sedangkan Kasi Sarana dan Prasarana Disperindag Kabupaten Probolinggo Sugeng Romadon mengungkapkan, kegiatan ini bertujuan supaya para petani garam mampu meningkatkan produksinya untuk memenuhi garam konsumsi dan perusahaan.
“Setelah kegiatan ini setidaknya petani garam bisa berupaya bagaimana mampu memproduksi garam beryodium yang aman dan sehat dikonsumsi oleh manusia dan hewan,” jelasnya.
Diharapkan agar produksi garam beryodium meningkat sehingga masyarakat sadar tentang pentingnya mengkonsumsi garam beryodium untuk mencegah penyakit gondok. “Selain itu tumbuh IKM-IKM baru yang memproduksi garam beryodium untuk memenuhi garam konsumsi masyarakat Kabupaten Probolinggo,” tambahnya. [Wap]

Tags: