Langkah Gercep Pemprov Jatim Sambut Warga Penyintas Sudan

Petugas dari BPBD Provinsi Jatim saat menyambut kedatangan penyintas konflik Sudan.

Jadi Provinsi Pertama yang Mengirimkan Tim dan Mendirikan Posko

Pemprov Jatim, Bhirawa
Gerak cepat (gercep) Pamprov Jatim dalam penanganan warga penyintas konflik Sudan patut diacungi jempol. Tak hanya memberikan segala fasilitas yang dibutuhkan penyintas Sudan, Pemprov Jatim juga menunjukkan keseriusannya dalam percepatan penanganan penyintas Sudan yang merupakan warga Jatim.

Fase lepas dari zona konflik di Sudah merupakan momen yang berharga bagi warga Indonesia. Terlebih support maupun penyambutan warga Jatim penyintas Sudan oleh Pemprov Jatim melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim ini mampu menciptakan senyum bahagia bagi para penyintas.

Sekitar 300 orang penyintas Sudan dari seluruh Indonesia dikumpulkan ke Asrama Haji Pondok Gede. Uniknya, Provinsi Jatim merupakan provinsi pertama yang mengirimkan tim penjemputan warga Jatim penyintas Sudan. Bahkan tim dari BPBD Jatim yang digawangi Sub Koordinator Sub Substansi Logistik, Bige Agus Wahjuono berani jemput bola menanyakan satu persatu penyintas dari berbagai wilayah di Indonesia yang merupakan warga Jatim.

“Alhamdulillah, Provinsi Jatim merupakan Provinsi pertama yang mengirimkan tim pertama terkait penanganan pemulangan penyintas konflik Sudan. Kami jemput bola dengan menanyai satu persatu dari 300 orang, mana yang merupakan warga Jatim,” ungkap Bige Agus Wahjuono.

Memilah satu persatu warga Jatim dari 300 orang dari wilayah Indonesia bukanlah perkara yang mudah. Meskipun ada manifest, tetapi validasi datanya selalu berubah. Sehingga cara memilahnya adalah dengan mendatangi satu persatu orang ini dan kita data.

Cara memilah ini, sambung Bige, dilakukannya dengan berani tampil ke depan ketika para penyintas ini dikumpulkan. Pihaknya hanya menanyakan yang berasal dari Jawa Timur mana saja. Dan jemput bola ini menjadi suatu kejutan bagi Provinsi lainnya.

Dari situlah, kemudian hari pertama ada 37 orang warga Jatim. Sedangkan Provinsi lain belum berbuat apa-apa, sementara kita sudah melakukan gerakan-gerakan dalam penyintas Sudan. Langkah gercep Provinsi Jatim direspon dan dibantu oleh kementerian-kementerian yang mengetahui Provinsi Jatim yang paling pertama saat datang.

“Kami pun menggenakan atribut oranye atau baju BPBD Jatim agar terlihat mencolok dan mempermudah kita dalam melakukan pemilahan warga Jatim,” ucapnya.

Dari sanalah kemudian dilaksanakan assessment dari Kemenses, Kemensos serta melakukan trauma healing. Setelah assessment selesai, dilaksanakan juga tes antigen. Bahkan kalau ada yang belum vaksin akan dibooster. Selanjutnya ada pembagian tempat tinggal di blok mana dan dihandle oleh Kemensos.

Terkait dengan paspor yang menanggani dari Imigrasi dan Kementerian PMK. Dari situ ada daftar dan isian formulir yang kita siapkan. Hebatnya Jatim, lanjut Bige, langsung melakukan fotocopy form dan besoknya bagikan kepada warga Jatim untuk percepatan pengeluaran paspor dengan menggunakan bukti form ini.

“Alhamdulillah, setiap datang kita paling cepat. Artinya upaya kita dihari pertama memang berusaha memasuki kamar per kamar. Kita lakukan pengecekan dan foto KTP, foto yang bersangkutan. Sehingga pemberian bantuan dalam hal ini sembako maupun santuan dari Provinsi tidak salah, dan sesuai pelaksanaannya,” tegasnya.

Dalam pelaksanaannya, Bige mengaku, ada beberapa penyintas dari Jatim yang melaksanakan pulang secara mandiri. Yaitu tanpa melalui atau ikut rombongan yang sudah disiapkan oleh Pemprov Jatim. Sesuai arahan Kalaksa BPBD Jatim, pihaknya pun tetap memfasilitasi dan mengizinkan.

Tetapi pelaksanaan pemberian bantuan tetap dilaksanakan di Jakarta, karena sebagian ada yang tidak ke Surabaya. Semua yang dilakukan ini harus sesuau dengan SOP yang ada. Dimana mereka harus semalam diinapkan untuk istirahat.

Setelah semalam, Bige menambahkan, BPBD dan personel kantor penghubung yang ada di Jakarta mengumpulkan mereka dan dibawa ke kantor penghubung. Disana kita sajikan masakan-masakan yang membuat mereka jadi rindu akan suasana dan nuansa Jawa Timuran.

“Para penyintas dari Jatim kami sajikan masakan khas Jawa Timuran, seperti soto dan rawon. Rupanya makanan ini menjadi surprise bagi mereka, sehingga mereka senang,” terangnya.

Dengan begitu, pihkanya pun merasakan kedatangan tim dari Jatim dan upaya-upaya yang kita lakukan, secara psikologis sangat membantu penyintas. Bahkan para penyintas ini merasa didukung, dijemput dan diperhatikan Pemerintah Provinsi Jatim.

“Apa yang kami lalukan sesuai dengan arahan Ibu Gubernur Jatim untuk memberikan fasilitas, dari mulai penjemputan, uang saku dan bingkisan, kita sudah siapkan semua. Sehingga semua warga Jatim penyintas Sudan bisa kembali ke daerah asal dengan aman dan selamat,” pungkasnya. [Abed Nego]

Tags: