Launching Buku ‘Pagi Segala Musim’ terkendala Meletusnya Kelud

Surabaya, Bhirawa
Perjalanan hidup tidak selalu berjalan mulus dan tidak jarang manusia dihadapkan pada kekecewaan, kemarahan, maupun perasaan terluka, dan menjadikannya sebagai upaya untuk enjadi bahagia. Sebuah pemaknaan hidup yang dituangkan oleh Arik S. Wartono, seorang seniman asal Gresik, dalam karya Poetry Photography dengan judul ‘Pagi Segala Musim’ yang dipamerkan mulai tanggal 14 Februari kemarin dan hari ini (16/02) dialog bukunya di Galeri Art House of Sampoerna Surabaya.
Buku ‘Pagi Segala Musim’ dicetak 1000 exemplar dalam dua hari sudah laku terjual 700 buku, dalam seminggu sudah terjual habis. Dan rencana akan di launching keliling Jawa Timur tetapi jadwal keliling ini saya rubah karena Kendala meletusnya Gunung Kelud di Kediri beberapa hari yang lalu.
“agenda Launching buku ‘Pagi Segala Musim’ keliling Jatim ini saya rubah, karena ada kendala meletusnya Kelud di Kediri, otomatis jadwal keseluruhan saya rubah, hingga kondisi di Jatim sudah mulai membaik,” tambahnya di sela-sela coffe break.
Dalam acara dialog buku di Galeri Art HoS ‘Pagi Segala Musim’ yang dihadiri sastrawan-sastrawan Surabaya dan komunitas Fotografi di Surabaya. Arik S. Wartono mengatakan, proses kelahiran buku ini kebanyakan iseng dan memanfaatkan moment-moment yang penting. Kita membuat karya dan menyajikan karya itu berbeda.
“proses kelahiran buku Pagi Segala Musim ini saya tulis agak ngawur dan kebanyakan iseng, dan berpuisi itu untuk semua orang, berpuisi non kata yaitu dengan karya foto”, ungkap Arik saat dialog bukunya.
Arik yang juga pendiri Padepokan Seni DAUN ini menjelaskan proses penerbitan buku mulai dari layout, penggabungan foto dengan puisi mengkonsepnya sendiri,” mulai dari penggabungan puisi dan foto, mendesain buku sama covernya saya kerjakan sendiri,” tambah arik.
Antusias tamu undangan sangat responsive, karena acara ini sangat menggugah penggemar fotografi dan sastrawan-sastrawan muda untuk menggabungkan antara foto dengan puisi, “sangat menarik dan jarang sekali seorang fotographer bisa berpuisi, dalam acara dialog dan workshop Fotografi Puisi ini, saya berharap bisa menuangkan dalam pekerjaan nantinya,” ungkap Mia salah satu peserta dari Universitas Ubaya. [geh. hel]