Lembaga Dakwah Islam Indonesia Prihatin Kondisi Bangsa

KH Muntholib alias kera sakti saat menyampaikan ceramah halal bihalal LDII di Sidoarjo. [siti sulistiani/bhirawa]

(Gelar Halalbihalal)
Sidoarjo, Bhirawa
Melihat keprihatinan bangsa yang tercabik-cabik, dimana umat Islam saling diadu membuat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) merasa prihatin. Karenanya dalam acara halal bihalal yang diselenggarakan dengan mengundang 1.200 orang dari sejumlah Ormas NU dan Muhammdaiyah, serta Muslimat dan Aisyiah diharapkan mampu meredam kondisi ini.
Wakil Ketua DPW LDII Jatim, H Hasan Yuswadi SH menegaskan, jika LDII sering dituduh sebagai faham agama yang salah, diantaranya terkait pelaku teroris atau radikalisme. Padahal dalam daftar kreteria agama sesat yang dikeluarkan MUI Pusat, LDII tidak termasuk.
”Karenanya dengan halal bihalal ini, kami akan menunjukan ke masyarakat jika tuduhan itu tidak benar dan LDII sangat menghormati organisasi Islam lainnya, termasuk NU dan Muhammadiyah. Juga soal tuduhan kalau ada orang luar yang salat di Masjid LDII akan disiram air dan tidak mau berjabat tangan saya jlentrehkan disana, dan mereka memahami semuanya,” tegas mantan birokrat di Pemprov Jatim ini, Selasa malam (18/7).
Hasan mencontohkan beberapa waktu lalu, masjid NU yang ada di Waru sedang dibangun dan LDII memberikan bantuan 300 lonjoran besi. Hal ini sebagai bentuk kepedulian LDII terhadap ormas Islam yang notabene sama-sama ingin masyarakat khususnya umat Islam tentram dalam menjalankan ibadah.
Begitupula dalam acara halal bihalal yang melibatkan LDII PC Waru Sidoarjo sebagai penceramah mendatangkan KH Muntholib atau yang dikenal dengan ”Kera Sakti”. Dimana banyak masyarakat disana yang suka dengan ceramahnya KH Muntholib ini. ”Ini sebagai bentuk kepedulian LDII terhadap keinginan masyarakat Kec Waru,” lanjutnya.
Terlepas dari itu, Hasan sangat mendukung penuh acara mudakaroh yang digagas MUI. Dimana disana seluruh elemen masyarakat khususnya ormas Islam tanpa terkecuali dikumpulkan untuk saling mengingatkan dan kumpul-kumpul para ulama. ”Dari sini kita dapat mendengar Curhat mereka dan saling mengingatkan. Kami berharap ini dapat dilakukan di tingkat kecamatan. Dengan begitu perpecahan antar umat Islam dapat dihindari sekecil mungkin. Dan bila ada permasalahan yang ada di lapangan untuk segera diselesaikan dengan jalan musyawarah,” harapnya. [cty]

Tags: