Mahasiswa ITS Ajak Siswa SD Kenali Burung Migran

Mahasiswa ITS yang sedang mengarahkan siswa SD untuk melihat langsung burung migran melalui teropong.

Mahasiswa ITS yang sedang mengarahkan siswa SD untuk melihat langsung burung migran melalui teropong.

Surabaya, Bhirawa
Puluhan siswa SD/Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu nampak antusias ketika 23 mahasiswa Kelompok Studi Burung Liar (KSBL) ‘Pecuk’ dan UKM Pecinta Lingkungan Hidup ‘Siklus’ Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. dengan mengusung tema And when the skies falling silent? Stop illegal killing, taking, and trade migratory bird sebagai wujud World Migratory Bird Day.
Mahasiswa tersebut mengajak mereka keliling di Taman Pendidikan Mangrove di desa setempat sambil diperkenalkan beragam jenis burung migran, Minggu (22/5/2016). “Setelah diajak berkeliling, kami lantas menggelar lomba mewarnai burung,” kata Ketua KSBL Pecuk ITS, Albi Hamdani yang juga mahasiswa semester akhir Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan IPA ITS Surabaya itu.
Adapun jenis burung migran itu yakni burung Gajahan Pengala (Whimbrel Numenius/Phaeopus), Cerek (Plover, Charadrius SP), dan Trinil Kaki Merah (Common Redshank/Tringa Totanus).  Selain itu, burung pantai seperti Trinil Pantai (Common Sandpiper/Actytis Hypoleucos), burung air seperti Cangak Merah (Purple Heron/Ardea Purpurea), dan Kuntul Kecil  (Litle Egret/Egretta Garzetta) yang singgah sejak Desember 2014.
Sementara itu, Syahril (50), warga desa setempat mengatakan, penembakan terhadap burung lokal maupun burung migran kerap dilakukan warga sekitar maupun warga dari luar Desa Labuhan. “Berangsur menurun aksi penembakan. Bahkan sekarang sudah tidak ada lagi setelah di sini menjadi Taman Pendidikan Mangrove oleh pertamina (Pertamina Hulu Energy West Madura Offshor/PHE WMO),” jelas pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Poktan Mangrove itu.
Dihubungi terpisah, East Area HR/Ops and Kondev Tim Leader Ulika Trijoga mengapresiasi langkah Kelompok Studi Burung Liar (KSBL) ‘Pecuk’ dan UKM Pecinta Lingkungan Hidup ‘Siklus’ Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dalam mengedukasi pelajar di sekitar  Taman Pendidikan Mangrove di Desa Labuhan.
Ia menjelaskan, PHE WMO mulai mendorong pemberdayaan masyarakat yang dikaitkan dengan pelestarian di Desa Labuhan dengan penanaman 10.000 mangrove pada tahun 2013. “Program pengembangan Taman Pendidikan Mangrove ditargetkan pada tahun 2018 sudah bisa membangun kemandirian masyarakat,” jelasnya.
Ulika memaparkan, konsep pengembangan Taman Pendidikan Mangrove menitikberatkan pada konservasi mangrove dan perlindungan wilayah pesisir, menangkap peluang ekonomi bagi masyarakat lokal, perlindungan sumber daya alam dan nilai budaya, serta peningkatan kualitas hidup dari kegiatan konservasi mangrove ini.
Saat ini, lanjut Ulika, Taman Pendidikan Mangrove telah menjadi destinasi akademik seperti yang dilakukan Mahasiswa Pasca Sarjana sebuah universitas swasta di Surabaya. Semangat masyarakat itu juga telah mendoromng hadirnya pengunjung lainnya, misalnya dari UGM, Universitas Ciputra, Universitas Trunojoyo Madura.
Ia menambahkan, Program Taman Pendidikan Mangrove Labuhan yang mengusung konsep community-based conservation dengan mengintegrasikan aspek lingkungan dan pemberdayaan masyarakat ini dikembangkan PHE WMO dengan poktan mangrove Cemara Sejahtera, Pemerintah, dan masyarakat desa setempat, serta lembaga mitra, untuk mewujudkan sebuah kawasan konservasi dan pendidikan lingkungan.
Sementara itu, staf  Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemkot Surabaya, Dwi Rahayu S yang ikut menjadi peserta mengaku baru tahu di kawasan ini terdapat potensi Sumber Daya Alam (SDA) dengan keanekaragaman hayati tinggi. “Kebetulan pekerjaan saya ada hubungan dengan keanekaragaman hayati. Pesisir ini bernilai penting untuk kawasan konservasi,” ujarnya.
Alumnus ITS itu menambahkan,  masyarakat ataupun pemerintah sudah seharusnya mengetahui daerah-daerah dengan spot-spot seperti ini untuk dijaga dan dilestarikan. “Tidak semua kawasan pesisir di Indonesia menjadi tempat singgah burung-burung dari negara lain dengan tujuan mencari suhu yang lebih hangat,” pungkasnya.  [rac]

Tags: