Manfaatkan Fruit Pulp Pare sebagai Terapi Penderita Diabetes

Dua mahasiswa UKWMS Felicya Tjokroaminjaya (kanan) dan Adytya Dewanti (kiri) uji coba pemberian Fruit Pulp Pare pada hewan kelinci, selasa (17/4).

Surabaya, Bhirawa
Jika kita mendengar kata Pare, mungkin yang ada dalam benak kita adalah kata ‘pahit’. Tidak sedikit orang yang enggan mengkonsumsi pare sebagai pendukung olahan makanan sehari-hari. Namun, dibalik rasa pahit yang dimiliki Pare, tanaman ini memiliki khasiat bagi penderita diabetes sebagai obat anti-diabetes.
Seperti yang ditunjukkan dua mahasiswa asal Universitas Katholik Widya Mandala Surabaya (UKWMS, yaitu Felicya Tjokroaminjaya dan Adytya Dewanti yang mengemas olahan pare menjadi fruit pulp (sejenis bubur) untuk penderita diabetes. Dijelaskan, Felicya Tjokroaminjaya bahwa pihaknya tertarik untuk mengolah pare menjadi fruit pulp. Menurutnya jika pare diolah menjadi lebih pekat, maka kandungan yang dihasilkan dari fruit pulp pare akan mampu menurunkan kadar gula pada darah, karena konsentrat yang dimiliki fruit pulp. Selain itu. fruit pulp sendiri tidak membutuhkan air.
“Kita mendapat ide dengan cara yang lebih pekat dari olahan pare, artinya kandungan fruit pulp lebih konsentrat dan efeknya mampu menurunkan kadar gula pada darah” Jelas mahasiswa jurusan Farmasi UKWMS ini.
Namun, lanjut dia, dalam mengkonsumsi fruit pulp harus dibarengi dengan konsumsi obat diabetes. “Kenapa di minum barengan? Karena fungsi fruit pulp sendiri untuk mengimbangi stabilisasi kadar gula dalam darah” imbuhnya. Artinya, pengkonsumsian fruit pulp dan obat sintetik secara bersamaan akan memberikan efek terapi yang lebih baik pada penderita diabetes. Namun, lanjut dia, jika konsumsi fruit pulp berlebihan akan berdampak pada masalah hypoglikemi (penurunan gula darah berlebihan)
Diakui nya, meskipun buah pare memiliki efek anti-diabetes, namun belum banyak yang memfungsikannya sebagai pendamping obat-obatan sintetik. “Kami ingin meniliti bagaiamana buah pare ini, pengaruhnya terhadap bahan aktif sintetik anti-diabetes” ulasnya. Sehingga dari hasil uji coba yang dilakukan pihaknya, mereka dapat menyimpulkan bahwa penurunan kadar gula bisa di maintenance. Efektifitas obat lebih baik dibanding pengkonsumsian obat yang di berikan secara tunggal tanpa pendampingan fruit pulp.
Mahasiswa berusia 23 tahun ini menuturkan jika dalam pembuatan fruit pulp pihaknya hanya membutuhkan satu biji buah pare muda utuh dengan jenis pare hijau varietas pare ayam dengan usia 15-20 hari terhitung ketika baru tumbuh. Pare jenis ini (pare hijau, red) dipilih karena memiliki kadar air yang rendah dan tingkat kepahitan yang rendah.
“kami hanya menggunakan seperempat buah pare dari satu biji buah pare muda utuh namun tergantung usia dan ukuran besar pare. Bahkan kadang, dari seperempat itu ada yang dibagi lagi” Paparnya.
Ukuran seperempat itulah, tambah dia, yang nantinya akan di konversikan dengan perhitungan secara farmakokinetik. “Perhitungan itu yang nantinya akan masuk dalam hewan coba kelinci” Imbuhnya.
Dalam proses uji coba pada kelinci, tambah dia, pihaknya menggunakan metode cross over desain. Di mana kelinci bisa mengontrol dirinya sendiri. Sehingga diakuinya, pihaknya bisa mengamati efek perkembangan yg terjadi setelah konsumsi fruit pulp.
Felicya juga menegaskan bahwa pare yang nantinya akan digunakan sebagai fruit pulp, haruslah berwarna hijau. Jika pare mempunyai corak kekuningan atau merah maka pare tidak bisa digunakan lagi.
“Lebih baik menggunakan sayuran, jika pare berubah warna kuning atau merah karena kita tidak bisa menggunakan pare seperti itu,” ujarnya.
Sementara itu, dalam segi metodologi pembuatan fruit pulp Adytya Dewanti menjelaskan bahwa setelah melalui proses blender, pare akan melalui tahap oven untuk dilakukan standarisasi.
“Standardisasi dilakukan untuk menjaga kualitas fruit pulp,” ujar mahasiswa berjilbab ini. Dalam proses standarisasi fruit pulp parameter yang ditentukan meliputi kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut dalam asam, standarisasi spesifik, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol dan pemeriksaan sifat fisik (pH).

Prospektif, akan Terus Kembangkan Fruit Pulp Pare
Pembuatan fruit pulp ternyata dianggap potensial untuk dikembangkan lagi menjadi pengobatan dan terapi yang ampuh bagi penderita Diabetes. Menurut Dosen Farmasi yang sekaligu dosen pembimbing Felicya Tjokroaminjaya dan Adytya Dewanti, Farida Lanawati Darsono bahwa saat ini, masyarakat sudah mulai sadar untuk kembali lagi pada alam atau backto nature. Sehingga, Ia menilai jika fruit pulp mempunyai nilai prospektif, baik untuk dikembangkan, dijadikan lahan bisnis maupun di patenkan.
Farida sapaan akrab dosen berkacamata ini mengungkapkan jika kedepan pihaknya akan berencana untuk tetap melanjutkan penilitian tersebut dengan mengembangkan hasil produk fruit pulp pare.
“Rencananya kami akan meng-upgrade produk ini dengan dosis yang sudah ditentukan punya efek tadi, akan diolah menjadi bentuk kering (bubuk),” tuturnya. Sehingga lanjut dia, kami akan menerapkan teknologi spray dry untuk membuat fruit pulppare ini menjadi minuman instan.
“Pengembangan tersebut tidak mengurangi fek hasil penelitian dari mahasiswa kami” ungkapnya. Selain itu, imbuhnya, ke depan semua hasil karya inovasi mahasiswa akan diarahkan pada publikasi ilmiah dan jurnal.
“Untuk Produknya setelah sempurna akan diarahkan untuk di hak paten kan. Sementara ini kami fokus pada publikasi ilmiah,” pungkasnya. [ina]

Tags: