Mantapkan Diri Sebagai Barometer SMK Seni Indonesia

Pertunjukan sendratari oleh guru dan siswa memeriahkan pembukaan lustrum ke-1 SMKN 12 Surabaya , Selasa (12/12) malam.

Komitmen Cetak Pelaku Ekonomi Kreatif di Lustrum ke-1 SMKN 12 Surabaya
Surabaya, Bhirawa
Kemeriahan pameran karya seni siswa dan guru mewarnai malam peringatan lustrum ke-1 SMKN 12 Surabaya, Selasa (12/12). Berbagai potensi yang dimiliki sekolah dengan mayoritas jurusan seni itu dipertontonkan. Memukau setiap mata yang hadir menyaksikannya.
Kesempatan itu sekaligus menjadi pelecut bagi sekolah untuk totalitas memajukan kesenian di Indonesia. Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim wilayah Surabaya Dr Sukaryantho berharap, SMKN 12 Surabaya kelak akan menjadi barometer SMK seni di Indonesia. Optimisme itu muncul lantaran berbagai perkembangan pesat yang ditunjukkan oleh sekolah.
SMKN 12 menjadi salah satu sekolah yang direvitalisasi Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud bersama 209 sekolah di Indonesia. Selain itu, keahlian siswa SMKN 12 Surabaya diakui Sukaryantho telah berhasil mewarnai industri kreatif di Indonesia.
“Surabaya ini tempat berbagai resources berkumpul. Perguruan tinggi terbaik di Jatim, pusat pemerintahan, kantor perwakilan negara asing, dan bermacam-macam industri. Ini potensi yang harus digandeng sekolah agar bisa berkembang,” terang Sukaryantho di sela-sela pembukaan Lustrum ke-1 SMKN 12 Surabaya.
Kepala SMKN 12 Surabaya Bhiwara Sakti Pracihara menuturkan, pihaknya ini menjadikan sekolah sebagai salah satu pusat pengembangan dan pelestarian seni budaya. Yakni dengan melahirkan lulusan yang kelak akan menjadi tumpuan industri kreatif. Dengan demikian, tekad menjadi barometer SMK seni di Indonesia akan tercapai.
Mengangkat tema Dengan Budaya, Membangun Bangsa, lustrum ke-1 ini akan diisi dengan berbagai pertunjukan, pameran dan lomba karya seni selama sepekan non stop. Selain itu, sekolah juga menggelar forum ilmiah seputar pendidikan seni dan gerakan seniman masuk sekolah. “Pada hari terakhir, Sabtu (16/12) akan ada pertunjukan wayang yang digelar oleh siswa dan guru dari jurusan pedalangan,” tutur pria yang akrab disapa Praci ini.
Dalam kesempatan tersebut, SMKN 12 juga membuka galeri karya seni yang berisi lukisan, produk kriya kayu, kriya logam, kriya kulit, batik dan masih banyak lagi. Pemandangan itu juga berhasil menarik sejumlah pelajar dari Amerika, Denmark, Brazil dan Jepang untuk datang menyaksikannya. “Ke depan kita ingin membuka galeri ksenian untuk menampung karya-karya guru dan siswa. Lokasinya di depan sekolah sehingga bisa langsung diakses oleh masyarakat umum,” terang Praci.

Melukis Pendidikan di Atas Kanvas
Kanvas tak hanya menjadi media lukis. Bagi para perupa, kanvas adalah ruang ekspresi untuk mengungkapkan pikirannya melalui goresan kuas. Seperti yang tersirat dari puluhan lukisan karya guru SMKN 12 Surabaya berderet di ruang galeri sekolah.
Salah satunya ialah karya Bhiwara Sakti Pracihara. Kepala sekolah itu menyempatkan diri melukis sosok loro blonyo yang biasa digambarkan dengan patung sepasang lelaki dan perempuan. Namun dalam lukisannya, loro blonyo diganti dengan dua patung perempuan yang sedang bermain dakon. “Orang dulu belajar menghitung dengan bermain dakon ini. Jadi pasti menyenangkan. Tidak seperti pelajaran matematika yang seolah-olah menjadi momok siswa,” terang Praci.
Selain Praci, Chusnul Bahri, guru seni rupa SMKN 12 juga mempersembahkan karya lukis berupa mimpi si Gareng. Sosok Gareng mewakili orang-orang miskin yang termarjinalkan. Seperti dalam cerita pewayangan, di antara Gareng, Petruk, Bagong dan Semar (Punakawan), Gareng adalah yang paling melarat. “Di lukisan itu Gareng saya beri sayap dan buku-buku di bawahnya. Artinya, kalau orang miskin ini mau terbang atau bangkit jalannya harus dengan ilmu (Pendidikan),” kata Bahri. [tam]

Tags: