Manuskrip Lembar Kertas dari Kulit Kayu Favorit Pameran Naskah Kuno

Edi Santoso. Guru Seni dan Budaya di SMAN 3 Kota Malang pecinta manuskrip kuno yang kini tengah memamerkan koleksinya ke hadapan publik.

Kota Malang, Bhirawa
Di etelase sederhana, Lulut Edi Santoso,  menyajikan 10 buah, manuskrip kuno kepada para pengunjung Perpustakaan Kota Malang. Lembaran-lembaran lawas itu sangat favorit di tengah pamarean naskah kuno yang digelar di Loby Perpustakaan Kota Malang.
Luut yang seorang guru Seni dan Budaya di SMAN 3 Kota Malang itu telah cukup dikenal bagi kalangan sejarawan. Ia merupakan pecinta manuskrip kuno yang kini tengah memamerkan koleksinya ke hadapan publik. Naskah lainnya masih tersimpan rapi  baik di kediamannya.
Fasilitas yang diberikan memang terbatas karena jadwal persiapannya juga sangat dekatDi tengah lobi Perpustakaan Umum Kota Malang nampak seorang pria setengah baya tengah membolak-balikkan sebuah kumpulan kertas. Kertas itu berwarna kuning, bahkan terlihat sangat lapuk sehingga perlu kehati-hatian saat menyentuhnya.
“Saya baru diajak ngobrol dua hari lalu, saya bingung jadi menyiapkan seadanya, termasuk etelase ini mendadak pinjam dari Pasar Klojen. Semuanya sangat terbatas, buku yang dibawa juga terbatas,” kata pria yang kini berusia 54 tahun tersebut.
Adapun 10 manuskrip yang dipamerkan, beberapa di antaranya berbahan kertas daluwang. Daluwang berarti kertas tradisional yang dibuat dari kulit kayu. Sebagian lainnya adapula yang memakai kertas Eropa.
Lebih detail, Lulut turut menampilkan koleksi manuskrip Quran yang ditulis di atas daluwang. Koleksi ini diperoleh dari Mataram bersamaan dengan naskah tasawuf Islam. Dia juga mempunyai Babad Demak, Jenggala, dan Kerajaan Panjalu.
Selain itu, ia juga menghadirkan dua jenis tulisan perhitungan primbon. Pertama, naskah yang ditulis dalam aksara dan bahasa Jawa. Sementara primbon jenis lainnya ditulis dalam bahasa Belanda. “Terus ada Babad Tong Tya yang berisikan kisah daratan Cina dalam bahasa Jawa,” tambah pria berbaju putih tersebut.
Dia berharap, koleksi yang ditampilkan ini dapat memberi manfaat kepada masyarakat. Para generasi muda bisa terdorong untuk mempelajari sejarah Nusantara, Hindia-Belanda dan Indonesia. Yang pasti, dia berharap, kesenangannya dalam melestarikan budaya Indonesia dapat tertularkan ke lainnya.
Ia juga bercerita, kumpulan manuskrip yang ditampilkan ini tidak lepas dari hobinya. Kesenangannya mengoleksi manuskrip kuno telah dimulai sejak 2008 atau 2009. Lebih tepatnya ketika dirinya sudah memeroleh tunjangan sertifikasi guru.
Semenjak serius menekuni hobinya, Lulut berhasil menemukan manuskrip-manuskrip tertua yang diduga telah ditulis sejak 1600-an. Sementara manuskrip termudanya diperkirakan pertama muncul sekitar awal abad 19. [mut]

Tags: