Media (A)sosial

Oleh:
Sugeng Winarno
Pegiat Literasi Media, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang

Penyebaran berita bohong (hoax) masih terus bergulir di media sosial (medsos). Kampanye menolak hoax telah disuarakan banyak pihak. Pemerintah, kalangan akademisi, praktisi, jurnalis, kelompok pemerhati, dan masyarakat peduli media juga telah turun tangan. Hasilnya ternyata belum optimal, hoax dan penebar informasi abal-abal ini masih terus bergentayangan. Ulah para pembohong daring ini memang sulit dijaring.
Medsos yang idealnya hadir sebagai sarana memperbaiki hubungan sosial justru menjadi asosial. Medsos justru menjadi sarana perpecahan sosial. Fitnah dan adu domba muncul di medsos dan tidak jarang menimbulkan konflik sosial. Ujaran kebencian antara kelompok satu dengan yang lain tumbuh subur difasilitasi medsos. Kata sosial dibelakang kata media tidak lagi menyatu menjadi sebuah arti yang sebangun. Banyak fakta justru menguatkan pernyataan bahwa medsos justru menjadi media asosial.
Esensinya manusia itu adalah makhluk sosial, manusia yang tidak mampu hidup sendiri. Saling membutuhkan satu dengan yang lain itulah yang menjadi sifat hakiki manusia. Sejak kehadiran medsos, keberadaan manusia sebagai mahkluk sosial lebih eksis. Interaksi antar sesama manusia bisa lebih leluasa, meluas, dan tidak lagi dibatasi oleh jarak, waktu, perbedaan suku, etnis, bahasa, batasan wilayah geografis, dan beragam pembeda lain.
Wajah Buruk Medsos
Beragam kasus terjadi melalui medsos. Penipuan, provokasi, adu domba, fitnah, dan berita bohong terus saja menggelinding membesar lewat medsos. Dampak buruk medsos merasuk menyatu dengan sisi baiknya. Ada yang berhasil memilah sisi baik dan membuang buruknya, namun tidak jarang orang hanyut dalam arus negatif medsos.
Sebut saja contoh dalam kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di beberapa daerah. Dalam kontestasi Pilkada DKI misalnya, bermunculan medsos berisi caci maki, fitnah, adu domba, dan perang opini. Kebenaran menjadi sulit dipilah, karena yang benar dan yang hoax muncul begitu meyakinkan. Medsos memfasilitasi beredarnya informasi yang mengarah pada adu domba dan disintegrasi bangsa.
Informasi yang menyesatkan dengan cepat menyebar (viral) karena tingkat aksesibilitas orang pada medsos tergolong tinggi. Menurut Qmee, sebuah lembaga riset, tahun 2014 memublikasikan data bahwa dalam 1 menit ada sekitar 67 ribu foto yang diunggah di Instagram, 433 ribu teks di Twitter, dan 293 ribu status yang di update di Facebook. Semua data itu tersimpan di arsip digital dan siapa saja bisa mengaksesnya.
Hubungan sosial diantara orang yang berinteraksi melalui medsos tidak lagi berjalan dalam prinsip-prinsip relasi sosial yang saling menguntungkan. Interaksi sosial justru dibangun dengan prasangka, saling curiga, hingga memecah belah. Hubungan sosial yang dimediasi oleh medsos justru menjadikan relasi yang jauh dari sosial (asosial). Relasi sosial yang dibangun medsos justru tidak mendukung terjadinya ikatan sosial yang kuat, namun justru sebaliknya.
Degradasi hubungan sosial tumbuh subur lewat media yang idealnya menjadi kohesi sosial. Medsos telah menjadi sarana penyebaran berita hohong hingga timbul kegaduhan dan bikin runyam suasana. Sebenarnya medsos hanyalah sebuah alat. Penggunaannya sangat tergantung pada siapa yang memakai media ini (people behind the media). Untuk itu pengguna harus memahami media (media literate), pemerintah juga harus melakukan pengaturan dan penegakan hukum atas segala pelanggaran melalui media ini.
Medsos Lawan atau Kawan?
Sejak kemunculannya, medsos memang telah menjadi media yang bermanfaat bagi penggunanya. Namun pada sisi yang lain, lewat medsos kejahatan juga muncul tiada terkira. Dibalik sisi baik medsos ternyata tersimpan potensi dampak negatif yang sulit dihindari. Lantas, sebenarnya medsos itu lawan atau kawan bagi kita?
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi memang sebuah keniscayaan. Kita tidak bisa menolak lahirnya teknologi dalam kehidupan kita. Karena memang lewat teknologi terbukti bisa meringankan beban kerja manusia. Melalui perangkat teknologi pula, kehidupan antar manusia lebih bermakna. Hubungan sosial yang semula dipisahkan oleh jarak dan waktu, kini telah melebur.
Teknologi telah menghilangkan jarak geografis dan menjadikan dunia terhubung menjadi satu. Meminjam istilah Marshall Mc Luhan, dunia sekarang menjadi global, berwujud semacam desa yang terkoneksi satu dengan yang lain (global village). Medsos hadir menjadi salah satu medium perantara dalam mempersempit jarak dan waktu. Dari sisi ini medsos memang terbukti berjasa dalam meningkatkan hubungan sosial antar manusia.
Interaksi sosial kini bisa dilakukan dalam genggaman. Berinteraksi lewat medsos cukup dengan menggerakkan jari menekan tombol keypad di layar handphone. Thomas L. Friedman (2007) menyebut “the world is flat”, dunia semakin rata dan setiap orang bisa mengakses apapun dari sumber manapun. Orang bisa berkomunikasi secara terbuka tanpa ada rahasia. Richard Hunter (2002) mengatakan saat ini “the world without secrets”.
Jaringan sosial yang terbentuk di medsos melalui perangkat internet. Internet hadir tidak sekedar sebagai alat (tools), tetapi internet juga memberi kontribusi terhadap munculnya ikatan sosial, nilai-nilai, dan struktur sosial secara online. Manuel Castells (2002) mengatakan bahwa “The network is the message, and the internet is the messenger”.
Namun dalam perjalanan hubungan antar manusia tersebut medsos juga menyebarkan pengaruh yang luar biasa. Kalau konten yang positif tentu tidak perlu dirisaukan, namun bagaimana dengan munculnya kebohongan, ujaran kebencian, fitnah, tipu-tipu, upaya pecah belah, dan disintegrasi bangsa. Semua ini tentu tidak bisa dibenarkan. Kalau ini yang terjadi, maka medsos benar-benar harus di lawan, bukan berdamai dan menjadikannya kawan.
Kemampuan melek media sosial menjadi hal yang penting dimiliki oleh masyarakat. Ketika masyarakat pengguna media mengerti, memahami, dan menerapkan etika dalam berinteraksi di medsos maka hubungan sosial bisa terjalin harmonis. Namun ketika masyarakat tidak media literate maka bisa jadi medsos justru menjadi media yang dapat mencerai berai hubungan manusia. Mari kembalikan medsos menjadi media sosial bukan media asosial.

                                                                                                             ————- *** —————

Rate this article!
Media (A)sosial,5 / 5 ( 2votes )
Tags: