Media Sangat Membantu Penanganan Kebencanaan

Surabaya,Bhirawa
Pemberitaan media akan sangat membantu penanganan kebencanaan.  Informasi yang tepat dari media bisa mengkondisikan masyarakat hingga tanggap atas potensi dan resiko bencana yang dihadapi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta media massa di Jawa Timur bisa ikut ambil peran dalam hal penanggulangan bencana.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho  menyatakan peliput berita harus memahami sudat pandang kebencanaan terutama saat di lokasi bencana.  Selain itu, pemahaman metode kebencanaan bisa menyelematkan peliput berita dari resiko bencana itu sendiri.
“Ini agar wartawan bisa paham sudut pandang pemberitaan dalam lokasi bencana. Yang penting wartawan juga mengerti cara meliput korban, jangan sampai wartawan menjadi korban sendiri,” ujar Sutopo, Selasa(15/4).
Dalam pelatihan yang digelar 15-17 April di Surabaya ini, dijelaskan  pula pengertian manajemen bencana, memahami karakteristik gunung api di Indonesia, pengelolaan data informasi dan kehumasan dalam penanggulangan bencana, jurnalisme empati dalam bencana dan sebagainya.
Seluruh perwakilan jurnalis dari berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik di Jawa Timur mengikuti Forum Komunikasi Wartawan (FKW) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) 2014. Acara yang di gelar di Hotel Somerset Surabaya, mulai selasa (15/4) hingga Kamis (17/4) jurnalis akan diberi pelatihan, wawasan, dan pengetahuan, kebencanaan di Indonesia.
Beberapa pemateri yang dihadirkan antara lain Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Subandrio, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jatim Sudarmawan, Jurnalis senior LKBN Antara Maria Dian Andriana dan beberapa pembicara lainnya.
Lebih lanjut Sutopo menjelaskan, penanggulangan bencana urusan bersama pemerintah dan masyarakat, termasuk peran media sangatlah penting. Peran wartawan sangat penting baik pada pra bencana, bencana terjadi, pasca bencana.Media dianggap bisa mempengaruhi kebijakan politik dan menyelamatkan nyawa korban bencana melalui tulisannya.
Pelatihan manajemen bencana bagi wartawan ini pernah digelar sebelumnya di Sumsel, Jakarta dan Jawa Tengah. BNPB akan memberikan seluruh teori manajemen bencana secara menyeluruh dan praktik lapangan.
“Ini agar wartawan bisa paham sudut pandang pemberitaan dalam lokasi bencana. Yang penting wartawan juga mengerti cara meliput korban, jangan sampai wartawan menjadi korban sendiri,” imbuhnya.
Selain materi, pelatihan ini juga akan melatih wartawan cara pendirian tenda lapangan, penggunaan GPS, pendirian dapur umum dan “water treatment”, pertolongan pertama serta perahu karet dan evakuasi.
Menurut dia, BNPB mengharapkan obyektivitas dalam pemberitaan sesuai fakta di lapangan. Selama ini, lanjut Sutopo, media terkadang masih ada yang menulis bahwa pemerintah terkesan lamban menangani bencana dan bantuan terlambat datang ke korban.
“Ini karena pemberitaan yang kurang komprehensif, malah membuat korban bencana tidak tangguh. Jadi, pelatihan bencana ini penting bagi wartawan, BNPB dan masyarakat korban bencana,” pungkas Sutopo. [geh]

Tags: