Melawan Teroris Berandalan

Karikatur TerorisGeng berandal (baru), kini berani menteror “jantung” Jakarta. Kawasan paling strategis di ibukota, dijadikan arena aksi berandalan. Meledakkan pos polisi di perempatan jalan Thamrin. “Meng-gelar” baku tembak dengan polisi. Ini menantang aparat keamanan (Polisi dan TNI). Ini  modus baru terorisme. Sangat mungkin, teror dilakukan kelompok  ISIS, yang biasa ber-aksi bagai “Rambo” di Eropa. Badan Intelijen Negara mesti waspada.
Biasanya, teror dilakukan secara diam-diam. Modusnya, peledakan dilakukan oleh “pengantin” martir. Tetapi teror yang terjadi di depan kedai kopi mewah kawasan Thamrin, Jakarta (Kamis 14 Januari 2016), tidak biasa. Modus (keberaniannya) mirip kebiasaan ISIS ((Islamic State in Iraq and Syria). Yakni, mengirim video ancaman serangan, sebagaimana terjadi di Paris (Perancis) dan London. Lalu ancaman direalisasi dengan pengeboman dan baku tembak.
Kerja Kepolisian patut diapresiasi. Berandal (terduga ISIS) bisa dilumpuhkan, ditembak mati. Ada pula yang ditangkap hidup. Bisa dijadikan bekal penting penegak hukum menelisik kelompok berandal yang beraksi. Sehingga polisi (dan TNI) bisa segera menumpas seluruh ancaman keamanan. Sebab serangan kelompok bersenjata di dalam negeri, mesti dipahami bukan sekadar gangguan ketenteraman. Melainkan ancaman keamanan yang nyata.
Sistem Hankamrata (pertahanan dan keamanan rakyat semesta) mesti ditegakkan. Termasuk melibatkan seluruh rakyat, dengan TNI dan Polisi berada di garda depan. Sebagaimana diamanatkan UUD pasal 30 ayat (2), bahwa “Untuk pertahanan dan  keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat  semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.”
ISIS, merupakan gerakan bawah tanah yang meng-klaim bakal mendirikan negara Islam. Teritorialnya (sesuai namanya) terbatas di Irak dan Suriah. Namun ternyata, ISIS juga meng-aneksasi negeri tetangga lainnya. Yang terdekat adalah Yordania, Lebanon dan Israel. Konon, juga akan masuk Arab Saudi, untuk menghancurkan Ka’bah. Agaknya “peta” ISIS yang lebih luas itu menggetarkan PBB, dengan memvonisnya sebagai gerakan teroris.
Maklumat PBB itu direspons cepat di dalam negeri. BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) juga menyatakan hal serupa. Sehingga, manakala terdapat warga negara Indonesia yang bergabung dengan kelompok tersebut bisa dikatakan sebagai anggota teroris. BNPT akan mencabut status kewarga-negaraan pendukung ISIS. Apalagi, BNPT mendapatkan laporan bahwa di beberapa daerah telah terdapat kelompok ISIS.
Kawasan yang diincar, terutama sub-urban, dan yang memiliki perguruan tinggi (termasuk di Malang, Jawa Timur). Dus BNPT dalam posisi waspada ISIS. Maka BNPT mesti seksama mencari akar permasalahan, agar paham terorisme tidak semakin merebak. Beberapa tokoh agama (dan negarawan) sebenarnya telah meng-identifikasi suburnya gerakan terorisme. Penyebabnya adalah, kemaksiatan makin subur, penyimpangan demokrasi, serta pemanjaan terhadap isu “ekstrem kiri.”
Beberapa tokoh negarawan juga merekomendasikan kegiatan dakwah agama tanpa kekerasan, dan tanpa olok-olok. Misalnya, lebih banyak kegiatan istighotsah bersama. Syukur, selama ini pada tingkat grass-root (kerakyatan) terdapat penangkal gerakan ekstrem kanan. Yakni, makin suburnya kegiatan pembacaan shalawat (diongkosi beberapa pengusaha), serta istighotsah. Tetapi area kampus masih sangat jarang menyelenggarakan kegiatan shalawat secara kolosal.
Pada sisi lain, pemerintah juga harus mewaspadai gerakan ekstrem kiri yang makin leluasa. Seolah-olah memperoleh “panggung,” tampil lebih terang-terangan. Berbagai propaganda (ekstrem kiri) terasa menyakitkan, bisa menyulut dendam ekstrem kanan. Pemerintah bisa dianggap lebih condong (setidaknya) abai terhadap ekstrem kiri. Padahal ekstremitas, kanan maupun kiri, sama bahaya. Juga sama-sama mengancam keutuhan NKRI.
Maka konsep bela negara, mesti di-sinergikan dengan kegiatan dakwah keagamaan yang santun. Istighotsah sembari ber-dakwah cinta (bela) negeri.

                                                                                                          ———– 000 ————

Rate this article!
Tags: