Membuka Pintu Rezeki dengan Menikah

Buku  Keajaiban Rezeki Setelah MenikahJudul Buku    : Keajaiban Rezeki Setelah Menikah
Penulis    : Rizem Aizid
Penerbit    : Safirah, Yogyakarta
Cetakan    : I, September 2014
Tebal    : 162 halaman
ISBN    : 978-602-255-503-2
Peresensi  : HENDRA SUGIANTORO
Pegiat Pena Profetik Yogyakarta

Alasan ekonomi memang menjadi salah satu alasan yang paling banyak diutarakan seseorang untuk tidak segera menikah. Salah satu fenomena di masyarakat itu perlu disikapi secara bijak. Buku ini menyajikan seputar hubungan antara rezeki dan menikah. Banyak pemuda lajang tak kunjung melamar pujaan hatinya, karena takut tidak bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga setelah menikah.
Soal kesiapan finansial sebenarnya tidak ada ketentutan mutlak. Seberapa besar ukuran “siap” dalam sisi keuangan bagi seseorang untuk segera menikah? Apakah harus sudah bekerja dengan gaji tetap sekian juta per bulannya, rumah lengkap dengan perabotannya, kendaraan tersedia, dan sebagainya? Bukan itu ukurannya. Buktinya, meskipun banyak orang yang hidupnya sudah mapan, tetapi tidak sedikit dari mereka yang masih takut menikah.
Bagi yang masih ragu menikah hanya karena alasan ketidaksiapan finansial, firman Allah SWT berikut ini layak direnungkan, “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan, Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”(QS. An-Nuur (24): 32). Allah SWT berjanji untuk memenuhi kebutuhan seseorang setelah menikah nanti. Allah SWT telah menjamin orang yang menikah dari segi finansial (hlm. 6-7).
Penting diketahui bahwa Allah SWT menulis takdir manusia dalam empat bentuk. Pertama, taqdir sabiq, yaitu takdir bagi seluruh makhluk di Lauh Mahfudz 50 ribu tahun sebelum penciptaan bumi dan langit. Kedua, taqdir umri, yaitu penulisan takdir bagi janin ketika berusia empat bulan. Ketiga, taqdir sanawi, yaitu penulisan takdir bagi seluruh makhluk setiap tahunnya pada malam Lailatur Qadar. Keempat, taqdir yaumi, yaitu penulisan terhadap setiap kejadian setiap hari. Keempat macam penulisan takdir tersebut memungkinkan terjadinya perubahan, kecuali taqdir sabiq (hlm. 19).
Rezeki merupakan bagian yang telah ditetapkan Allah SWT. Tugas manusia adalah berusaha atau berikhtiar. Allah SWT memang menentukan rezeki, tetapi kalau manusia bermalas-malasan dalam mencari rezeki, maka mustahil rezeki itu didapatkan (hlm. 45-46). Salah satu pintu rezeki itu adalah menikah. Tak sedikit seseorang yang setelah menikah ternyata banyak tawaran kerja dan peluang kerja (hlm. 51). Rasulullah SAW bersabda bahwa golongan manusia yang berhak mendapatkan pertolongan Allah SWT, salah satunya adalah seseorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya (HR. Ahmad, Nasa’i, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim). Bukalah pintu rezeki yang salah satu kuncinya dengan menikah (hlm. 73-74).
Menikah bukan penyebab seseorang menjadi miskin. Menikah malah dapat menjadi pemicu seseorang bisa hidup berkecukupan. Sebab, menikah berdampak positif terkait timbulnya rasa tanggung jawab menafkahi keluarga, terutama bagi seorang laki-laki yang menikah. Seorang laki-laki sebagai suami memang tulang punggung dalam sebuah keluarga. Penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga mutlak diperlukan. Atas dasar inilah, laki-laki yang bertanggung jawab cenderung memiliki keuletan, kreativitas, dan sikap pantang menyerah dalam bekerja mengais nafkah.
Soal mekanisme rezeki, Allah SWT yang memegang kendali. Dalam surat Ath-Thalaq ayat 2-3, Allah SWT berfirman, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan, barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.”(hlm. 120).
Maka, ketika setelah menikah yang terjadi adalah seretnya rezeki, pasangan suami-istri hendaknya melakukan muhasabah (introspeksi) terkait kehidupan rumah tangganya. Barangkali ada perintah-perintah Allah SWT yang dilalaikan atau ada larangan-larangan-Nya yang justru dilakukan. Akibat dosa, rezeki dalam rumah tangga tidak mengalir lancar. Satu hal yang juga perlu dicamkan adalah memohonlah kepada Allah SWT limpahan rezeki yang berkah. Berkah itu bukan soal banyak atau sedikitnya rezeki yang diperoleh. Meski jumlahnya sedikit, tetapi bila berkah akan selalu memberikan kecukupan dan menenteramkan batin setiap pasangan dalam rumah tangga. Ketakwaan harus ditegakkan dalam kehidupan rumah tangga agar pernikahan berkorelasi positif dengan peningkatan rezeki. Buku ini pun menyajikan19 kisah inspiratif keajaiban rezeki setelah menikah. Buku ini hendak melenyapkan segala kekhawatiran sejumlah orang dalam hal finansial saat menikah. Di samping itu, buku ini juga renungan berharga bagi pasangan yang telah menikah, namun rezekinya kurang lancar, padahal menikah itu sebenarnya salah satu jalan pembuka rezeki.

                                                                —————————– *** —————————–

Rate this article!
Tags: