Mencabut Nobel Suu-kyi

Aung San Suu-kyi, diduga telah terjebak dalam aksi berdarah di Rakhine, Myanmar. Sebagai pemimpin partai politik (parpol) pemenang pemilu sekaligus advisor pemerintahan, Suu-kyi, dianggap melakukan pembiaran. Sampai dituduh larut dalam aksi anti-etnis dan keagamaan untuk menindas kelompok etnis dan keagamaan lain. Hal itu tidak sesuai dengan visi pluralisme demokrasi dan HAM, yang pernah di-perjuangan-kan Aung San Suu-kyi.
Konsistensi Suu-kyi, mulai diragukan masyarakat internasional. Sehingga banyak yang mengusulkan, nobel perdamaian yang diterima pada tahun 1991, dicabut. Prinsip pro-demokrasi, tanpa kekerasan, yang diyakini Aung San, dianggap ambivalen. Buktinya, selama lebih setengah abad rakyat suku Rohingya muslim dianiaya, Aung San, bagai membisu. Aksi nyata pencabutan nobel yang pernah diterima Aung San Suu-kyi, dilakukan oleh Dewan Kota Oxford, Inggris.
Kota Oxford memberikan gelar kehormatan kepada Aung San Suu-kyi. Gelar Freem of Oxford, diberikan pada tahun 1997. Sejak awal dekade 1990-an Suu-kyi, dikenal mendunia, setara dengan Nelson Mandela (pemimpin Afrika Selatan). Namun masyarakat Oxford terkejut dengan berbagai pelaporan pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Rakhine. Padahal, beberapa kali Suu-kyi mengunjungi kota itu, sekaligus menghadiri pertemuan alumni Universitas Oxford. Tetapi Suu-kyi tidak pernah bercerita tentang etnis Rohingya muslim.
Diam-nya Suu-kyi, dianggap sebagai upaya menutupi (sekaligus pembiaran) penindasan rezim Myanmar terhadap etnis Rohingya. Dianggap tidak jujur, sehingga Dewan Kota Oxford, mencabut gelar kehormatan. Walau sebenarnya, pencabutan gelar dilakukan yang pertama kali. Aung San Suu-kyi, dianggap terlibat, karena kedudukan (jabatannya) sebagai advisor pemerintah Myanmar. Seharusnya Suu-kyi, bisa mencegah.
Pencabutan gelar kehormatan, dalam bentuk lain, juga dilakukan oleh perguruan tinggi, tempat belajar Aung San Suu-kyi (lulus tahun 1967). Diantaranya, pencopotan potret Suu-kyi yang dipajang di pintu masuk St Hugh’s, sejak tahun 1999. Salahsatu universitas terbaik di dunia (dan legendaris) itu, juga menyarankan markas Nobel di Norwegia,agar mencabut gelar (Nobel Perdamaian) yang diberikan pada tahun 1991.
Tetapi penghargaan Nobel, tidak bisa dicabut. Alasannya, penghargaan Nobel diberikan berkait dengan prestasi luar biasa seseorang pada zaman kejuangannya. Setelah melewati zaman kejuangan, panitia Nobel tidak bertanggungjawab. Prestasinya riil, dan telah dilakukan selama kurun waktu cukup lama. Zaman berubah, boleh jadi, sikapnya berubah. Yang bisa “di-ganjar-kan” kepada Aung San Suu-kyi, hanya kecaman, dan peng-hukuman sosial yang luas mendunia. Tetapi tidak menghapus penghargaan yang diterima.
Aktivis Indonesia juga telah meng-inisiasi pencabutan penghargaan Suu-kyi. Walau tidak akan berhasil, setidaknya telah dilakukan peng-hukuman sosial internasional. “Gajah di pelupuk mata nampak, kuman di seberang lautan tak tampak.” Itu bunyi pepatah, yang di-olok-olokkan oleh dunia muslim kepada Aung San Suu Kyi.  Prinsip pro-demokrasi, tanpa kekerasan, yang diyakini Aung San, dianggap ambivalen. Selama lebih setengah abad rakyat suku Rohingya muslim dianiaya, Aung San, bagai membisu.
Penzaliman terhadap muslim Rohingya, menjadi catatan terburuk (dan paling konyol) pelanggaran HAM se-dunia. Selain perbedaan etnis, juga ber-altar ke-agama-an sekaligus. Padahal warga Rohingya telah mendiami wilayah Rakhine sejak abad ke-15. Sebagian lagi dating pada abad ke-19 dan ke-20 pada masa kolonialisme Inggris. Sebenarnya rakyat Rohingya hanya meng-ingin-kan kedamaian hidup. Bisa diakui sebagai warga Myanmar.
Namun sejak tahun 1962, pemerintah Myanmar, memberlakukan kebijakan diskriminasi terhadap minoritas Rohingya. Situasi semakin runyam ketika Aung San Suu-kyi, menjadi advisor pemerintah. Diduga, popularitas Aung San Suu-kyi, digunakan untuk menutup tragedi penindasan berdarah rakyat Rohingya. Sampai Oxford merasa tidak pernah dikabari. Bahkan kini, dituding sebagai komunitas sarang radikalisme.

                                                                                                              ———   000   ———

Rate this article!
Mencabut Nobel Suu-kyi,5 / 5 ( 1votes )
Tags: