Mendalami Konsep Parenting Masa Kini

Judul Buku : #SharingnyaSinta
Penulis : Amalia Sinta
Penerbit : Noura Book
Cetajan : 2017
Tebal : 253 Halaman
ISBN : 978-602-285-322-9
Peresensi : Ahmad Wiyono
Pegiat Literasi, tinggal di Pamekasan Madura

Semua orangtua sudah pasti memiliki mimpi yang sama yaitu menhabiskan waktu bersama anak-anaknya dengan penuh cinta dan kemesraan. Tidak ada orang tua yang ingin melewati tumbuh kembang buah hatinya dengan tanpa mebangun keceriaan dan cerita berharga, itu sebabnya, orangtua selalu menacri cara agar selama masa asuh putera puterinya berjalan dengan baik.
Jika dijumpai ada banyak masalah dalam proses tumbuh kembang anak, itu harus dimaknai sebagai sesutu yang wajar, karena pergerakan tumbuh kembang anak pasti diwarnai dengan beragam dinamika, maka solusinya adalah orangtua harus peka dan mampu mengusai pola asuh yang baik yang bisa membantu proses perkembangan anak baik secara mental, fisik maupun psikologis.
Buku berjudul Sharingnya Sinta ini merupakan kisah inspratif dari seorang Amalia Sinta seputar dunia parenting, banyak pelajaran berharga yang diulas secara gamblang dalam buku ini, terutama yang berkiatan dengan cara mengasuh, mendidik dan mengarahkan anak, semuanya diurai dengan menggunakan bahasa ringan nan renyah, karena hampir semua tulisan ini adalah curahan hati penulis yang pernah dituangkan dalam beragam media, termasuk media ssosial.
Salah satu curhatan penulis yang dituangkan dalam buku terbitan Noura Book ini adalah tentang gambaran kegelisahan seorang ibu ketika menghadapi seorang anak yang nyaris “menempel” setiap waktu pada ibunya, kegelisahan yang timbul adalah sang ibu merasa sulit untuk melakukan aktivitas lain karena anaknya tidak bisa lepas dari dirinya. Nah, penulis menawarkan solusi cerdas, tanpa harus mengganggu keinginan dan kemauan si buah hati.
Para ibu sering mengeluh tidak bisa mengerjakan banyak hal karena si anak menempel terus. Nah, kenapa tidak sekalian melibatkan anak dalam pekerjaan rumah?. Bonusnya, kedekatan batin kita dengan anak selalu terjaga karena moment kebersamaan yang selalu terjali ini. seperti membereskan mainan. Kemudian bisa lanjut menaruh piring kotornya di tempat cuci piring, menaruh baju kotornya di keranjang, dan membereskaan tempat tidur. (Hal. 61).
Orangtua, terutama seorang ibu dituntut untuk memiliki jiwa sabar dalam proses mendidik anak, harus ada beragam upaya agar tidak terjadi keputus asaan dalam proses mengasuh mereka. Sekompleks apa pun perosalan yang dilahirkan oleh anak kita, tetap harus dicarikan jalan keluar yang cukup membantu terhadap masa depan anak-anak itu sendiri. Yang terpenting lagi adalah membangun keyakinan bahwa setiap anak pasti memiliki potensi yang berbeda, dan potensi itu harus digali, karena kadang bermula dari sifat jelek yang ditampakkan.
Tiap anak pasti memiliki kelebihan kok, Moms. Kembangkan itu buat menyeimbangkan perasaan sebal kalau masalahnya lagi melanda. Sedihnya lagi, kalau kita gagal menemukan kelebihan anak, dia akan jadi anak yang dimarahin terus, tanpa pernah dipuji dan dijunjung tinggi harga dirinya. Akhirnya dia jadi mender dan merasa jadi biang masalah terus. Dia akan tumbuh jadi pribadi yang enggak percaya diri dan bisa-bisa enggak suriviv dikehidupannya sendiri kelak, kasihan kan… (Hal. 91).
Tugas lainnya dari setiap orangua adalah menggali kecerdasan anak, orangtua harus menguasi metode yag tepat bagi tumbuhnya kecerdasan anak-anak mereka. Maka, jangan sekali-kali orangtua mementingkan penampilan ketimbang kecerdasan. Penulis buku ini menegaskan bahwa sangat disayangkan bila orangtua lebih mementingkan penampilan luar dari pada mengembangkan kecerdasan anak. (Hal. 114). Maka, buanglah sifat lebih suka mendengar pujian orang atas barang yang melekat di badan dari pada isi jiwa anaknya.
Curhatan Sinta dalam buku setebal 253 halaman ini bisa dijadikan rujukan bacaan oleh setiap orangtua dalam upaya memperbaiki kualitas asuh terhadap putera-puterinya. Sehingga, anak-anak bisa menemukan sentuhan manis para orangtua yang berimplikasi pada lahirnya kecerdasan sang buah hati itu sendiri. Ingat, anak ibarat kertas kosong, orangtualah yang akan menorehkan warna pada kertas tersebut. Selamat membaca.
———- *** ————-

Rate this article!
Tags: