Mensos Awali Pembangunan RS-RTLH di Kab.Pasuruan

Mensos RI, Khofifah Indar Parawansa meletakkan batu pertama pembangunan Rehabilitasi Sosial-Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) di Dusun Kalisanget, Desa Krengih, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, Minggu (1/5) petang. [hilmi husain/bhirawa]

Mensos RI, Khofifah Indar Parawansa meletakkan batu pertama pembangunan Rehabilitasi Sosial-Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) di Dusun Kalisanget, Desa Krengih, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, Minggu (1/5) petang. [hilmi husain/bhirawa]

Kab.Pasuruan, Bhirawa
Menteri Sosial (Mensos) RI, Khofifah Indar Parawansa melakukan peletakan batu pertama pembangunan Rehabilitasi Sosial-Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) di Dusun Kalisanget, Desa Krengih, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, Minggu (1/5) petang.
Peletakan batu pertama tersebut dilakukan Mensos menandai pembangunan 50 unit RS-RTLH di kawasan pedesaan dan perkotaan di Pasuruan dengan masing-masing unit rumah mendapatkan bantuan sebesar Rp 15 juta. “Di Pasuruan raya total dana untuk RS-RTLH mencapai Rp750 juta untuk 50 unit rumah. Peletakkan batu pertamanya di rumah Saadah (36) warga tak mampu yang selama ini rumahnya hanya terbuat dari anyaman bambu berlantaikan tanah,” ujar Khofifah Indar Parawansa.
Menurutnya, bantuan tersebut 70 persen untuk penerima program PKH. Pasalnya, bantuan PKH tidak mencukupi untuk membangun rumah. “Kami prioritaskan 70 persen untuk penerima program PKH. Sebab jika mereka terima bansos PKH itu dengan kondisi rumah seperti tadi, pastilah tak mencukupi untuk bisa mengintervensi rehabilitasi rumahnya. Makanya, pemerintah yang harus intervensi rehab rumahnya,” paparnya.
Tak hanya itu, Khofifah juga meminta uluran tangan dari Pemerintah Provinsi hingga Pemerintah Daerah. Karena bantuan sebesar Rp 15 juta itu tidak akan cukup untuk membangun rumah baru. “Tentu harus ada cost sharing dari APBD Provinsi maupun tingkat dua dan keswadayaan masyarakat ini. Sehingga bisa membangun rumah yang baru dengan harapan masyarakat tak mampu makin sejahtera dan rumah yang dihuni juga layak,” kata Khofifah Indar Parawansa.
Mendapati rumahnya akan dibangun total, membuat Saadah terharu. Karena selama bertahun-tahun dirinya tinggal di dalam rumah bambu berukuran 5×4 meter. Bahkan, selain tak punya tanah, Saadah juga tidak punya pekerjaan tetap. Ia hanya seorang buruh tani yang digaji Rp 13.000 per hari.
“Terima kasih ibu menteri. Akhirnya saya mempunyai rumah baru berkat bantuan dari Ibu Khofifah. Saya ini hanyalah buruh tani yang setiap harinya di gaji Rp13 ribu. Saya tinggal bersama anak saya. Saya senang sekali, sekali lagi terima kasih sanget,” kata Saadah sembari meneteskan air matanya. [hil]

Tags: