Menulis Tidak Harus Ditulis

Ayu Faidza Azmi, SPd

Ayu Faidza Azmi, SPd
Era industri 4.0 ditandai dengan kecanggihan teknologi, salah satunya penggunaan teknologi yang dibawa oleh gadget atau gawai. Sayangnya, keberadaan gadget masih kurang dimanfaatkan oleh remaja atau pelajar secara maksimal. Mereka hanya menggunakan sebagai teman saja, bersosmed ria saja. Padahal di dalamnya ada program-program aplikasi yang sangat bermanfaat, diantaranya bisa menggerakan minat baca para pelajar.
Saat ditemui, kemarin (23/5) Ayu Faidza Azmi, S.Pd salah satu anggota HPBI (Himpunan Pengurus Bahasa Indonesia) yang ada di bawah naungan Balai Bahasa Jawa Timur memanfaatkan peluang tersebut, kepada anak didiknya untuk berkarya tulis, yakni ‘Menulis Tidak Harus Ditulis’.
Ia mengaku dalam memberikan tugas kepada siswanya untuk berkarya tulis itu sulitnya minta ampun. Setelah mengevaluasi dalam proses hasil belajar mengajar Bahasa Indonesia di SMA Antartika 2 Buduran selama tiga tahun berjalan ini, ternyata anak-anak harus berkarya terlebih dahulu. Padahal, dalam keseharian, siswanya sering mengeluh.
“Bu menulis itu susah, kita harus mengeluarkan labtop, belum lagi mencari charger, belum lagi idenya, mikirnya. Pokoknya ribetlah, alasan mereka,” ungkap alumni jurusan Bahasa Indonesia dan Sastra Unesa 2012 ini. Oleh karena itu, jelas Ayu bahwa sebenarnya kita menulis itu tidak perlu ditulis, kita bisa menggunakan sarana perekaman yang ada di HP kita. Dengan kita ‘ngomong’ saja itu sudah bisa terekam, bahkan sudah ada aplikasi dari pembicaraan itu, langsung keluar tulisannya. “Jadi kita sudah bisa memilih, ingin mendengarkan dari hasil rekaman, secara suara, maupun kita sudah bisa melihat langsung dalam bentuk tulisan,” jelasnya.
Setelah itu, mereka bisa merealisasikan dari hasil rekaman dengan menggunakan word document. Tulisan mereka dalam bentuk puisi, cerpen, esai atau apapun sudah langsung terwujud. “Dengan cara itulah, mereka bisa menggunakan kemampuannya untuk menganalisa atau membenarkan penerapan EYD nya ataupun titik komanya. Cara ini ternyata direspon anak-anak luar biasa.
“Begitu ada tugas menulis mereka langsung antusias memanfaatkan HPnya yang selaman ini hanya untuk Sosmed,” jelas Bu Ayu sapaan akrabnya.
Selain kepada siswa, sebagai anggota HPBI Jatim, ia juga mempunyai tugas keliling, safari bahasa di Jawa Timur, untuk memberikan pemahaman kepada guru, utamanya guru Bahasa Indonesia. Di antaranya sesuatu hal yang berhubungan dengan bahasa, penulisan bahasa, lomba puisi, cerpen, esai, musikalisai.
Ia juga membantu guru tentang penulisan artikel ilmiah sampai pada proses publikasinya.
“Jadi tidak ada alasan, utamanya guru bahasa Indonesia tidak mempunyai karya. Itulah yang saya tularkan kepada anak-anak didik hingga sekarang ini,” terang Bu Ayu yang mempunyai idola ibunya sebagai guru bahasa Indonesia. [ach]

Rate this article!
Tags: