Menyambut Bulan Puasa dengan Riang Gembira

Oleh :
Oryz Setiawan
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat (Public Health) Unair

Jika ada salah satu partai politik memiliki jargon politik riang gembira, meski dalam pesta demokrasi 14 Februari kemarin masih terjadi kesimpangsiuran hasil pemungutan suara dan dugaan ketidakberesan dalam proses pemilu. Namun demikian secara umum pemilu kemarin berjalan dengan lancar. Problem masyarakat saat ini beralih pada fenomena kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. Realitanya pasca pencoblosan 14 Februari, saat ini menjelang Bulan Ramadhan dihadang dengan meroketnya bahan-bahan pokok masyarakat seperti beras, cabe, daging, telur ayam dan lain-lain. Bahkan misalnya komoditas beras sebagai salah satu bahan pangan pokok masyarakat, harga beras terus melonjak. Bahkan, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), harga beras pada Februari 2024 relatif tertinggi sepanjang sejarah. Rata-rata harga beras di penggilingan kualitas premium, menurut BPS sebesar Rp 14.525 per kilogram naik sebesar 6,31 persen bila dibandingkan dengan bulan lalu. Bahkan dipasaran sudah menyentuh kisaran harga Rp 17.000-18.000 per kilogram Melonjaknya harga beras itu tentu patut diwaspadai karena dapat mendorong inflasi.

Apalagi, kini menjelang Ramadan dan Idul Fitri, biasanya kenaikan harga beras diikuti komoditas pangan lainnya. Pemerintah perlu ekstra hati-hati. mengelola urusan perberasan itu memang tidak mudah. Mantan Presiden Soeharto dulu memang pernah membawa negeri ini swasembada beras, bahkan menjadikan Indonesia sebagai salah satu eksportir beras. Akan tetapi, karena terlena dengan pembangunan industri manufaktur, sektor pertanian disepelekan. Lahan-lahan pertanian produktif terus menyusut dengan berbagai cara untuk kepentingan industri. Indonesia pun kembali menjadi importir beras, bahkan hingga hari ini. Selain itu kaum petani acapkali dirugikan, Ketika panen raya harga gabah rendah sedangkan biaya operasional seperti pupuk, tenaga, Ironis memang namun itulah fakta dan realitas yang terjadi saat ini yang harus diterima oleh masyarakat. Mau tidak mau suka tidak suka harus diterima dengan lapang dada dan kebesaran jiwa.

Persiapan All Out
Menjelang Bulan Suci Ramadhan dibutuhkan persiapan-persiapan sehingga aktivitas ibadah di dalamnya dapat kita tunaikan dengan maksimal. Setidaknya ada dua hal yang perlu kita siapkan dalam menyambut dan memaksimalkan keistimewaan Bulan Ramadhan yakni persiapan lahir dan batin. Selain persiapan lahiriah, penting juga untuk melakukan persiapan batiniah dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Pada persiapan awal yang pantas dan bisa dilakukan adalah dengan menanamkan kegembiraan dalam hati, rasa dan pikiran. Sebab secara psikologis, perasaan dan pikiran gembira saat menyambut sesuatu akan menumbuhkan motif, dorongan dan perasaan kecintaan dalam melakukan sesuatu. Selanjutnya jika motif dan perasaan cinta sudah tumbuh saat melakukan sesuatu, maka pasti akan dapat mencapai perolehan hasil yang maksimal.

Rasulullah Muhammad SAW telah mengingatkan dalam sebuah hadis kepada ummatnya untuk senantiasa menghadirkan perasaan dan pikiran gembira menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan. Kegembiraan dan perasaan suka ria ini juga niscaya bakal diganjar dengan sebuah keistimewaan pula. Dengan berpuasa, orang yang beriman agar menjadi kelompok orang – orang yang bertakwa yakni berpuasa seperti puasanya ulat bukan seperti puasanya ular. “Berpuasalah seperti ulat bukan berpuasa seperti ular. Sebagaimana kita ketahui bahwa puasanya ular adalah untuk mengganti kulitnya sehingga dapat memperbesar ukuran ular tersebut. Namun sebenarnya, rupa dan bentuknya yang menakutkan tidak berubah. Tapi jika berpuasa seperti ulat dimana ketika ia berpuasa, maka ia berubah menjadi kepompong kemudian menjadi kupu – kupu. Begitupun dengan keberadaannya saat menjadi ulat merupakan parasit bagi tumbuhan namun setelah menjadi kupu – kupu ia malah memberikan manfaat bagi tumbuhan tersebut. Selain itu bentuk fisik kupu-kupu begitu indah menawan.

Puasa adalah menahan diri dari makan, minum, dan berjimak disertai niat yang ikhlas karena Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung karena puasa mengandung manfaat bagi kesucian, kebersihan, dan kecemerlangan diri dari percampuran dengan keburukan dan akhlak tercela. Dalam Kitab Ihya Ulumiddin Karya Imam Al Ghazali, puasa memiliki dua dimensi yaitu, demenis lahir dan batin. Untuk terpenuhinya syarat puasa lahir adalah dengan menjalankan aspek syariat tentang puasa, seperti berniat, tidak makan dan minum, menghindari berhubungan suami-istri di siang hari dan lain sebagainya. Sementara untuk mendapatkan derajat puasa secara batin harus niat puasanya karena Allah, mengendalikan nafsu-nafsu yang ada dalam organ tubuh, munajat dan dzikrullah, dan terus memelihara takwa kepada Allah SWT. Semoga niat lahir batin yang kita ikhtiari dalam menyambut bulan suci Ramadhan yang sebentar lagi kita jelang, dapat dimaksimalkan dayaguna dan pemanfaatannya dalam mencapai esensi maqashid syariah ibadah puasa Ramadhan yakni mencapai derajat muttaqin.

————– *** —————

Tags: