Sediakan Tempat Bermain-Program Matikan TV

Gerakan mematikan televisi

Gerakan mematikan televisi

Lima Kelurahan di Probolinggo Jadi Pilot Project KLA
Probolinggo, Bhirawa
Deklarasi Kota Probolinggo sebagai Kota Layak Anak (KLA), ditindaklanjuti Badan Pengembangan dan Perencanaan Daerah (Bappeda) dengan membentuk kampung ramah anak di 5 kecamatan. Agenda ini bahkan sudah dijalankan sejak Agustus 2015.
Kepala Bappeda Ir H Imanto MM, mengatakan, di masing-masing kecamatan akan ada 1 kampung ramah anak sebagai pilot project. Bedanya dengan kampung lain adalah adanya kesepakatan warga yang diwujudkan dalam peraturan RT, yang berkaitan dengan hak-hak anak di lingkungan setempat. “Misalkan larangan merokok di dalam ruangan, penyediaan tempat bermain anak, dan mematikan televisi pada saat jam belajar anak,” katanya, Senin (5/10).
Jika sukses, pembentukan kampung ramah anak akan dikembangkan menjadi satu kelurahan satu kampung. “Untuk memastikan tujuan kampung ramah anak tercapai, para pengurus di setiap kampung pilot project akan mendapat pelatihan mulai hari ini,” sebutnya.
Komitmen kepemimpinan Wali Kota Probolinggo Hj Rukmini SH MSi kepada pelajar, mungkin baru pertama kali terjadi di Jatim. Hal ini menyusul adanya beberapa kegiatan khusus untuk pelajar dan anak-anak, katanya.
Terbukti, adanya komitmen sebagai Kota Layak Anak (KLA). Kali ini, Pemkot Probolinggo meluncurkan transportasi pelajar. wali kota meresmikan dalam dalam upacara memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2015 kemarin.
Bertempat di Alun-alun, wali kota resmi me-launching transportasi pelajar. Dengan menyerahkan kartu transportasi pelajar kepada sejumlah murid dan sopir angkot. Sedikitnya, 93 murid menaiki 9 angkutan kota (angkot) yang siap mengantar pergi pulang sekolah. Per bulan, mereka dikenai Rp 150 ribu. Tapi mereka hanya membayar Rp 120 ribu, karena yang Rp 30 ribu dibantu perusahaan melalui CSR.
Pemkot menargetkan, ke depan akan lebih banyak lagi murid yang menikmati transportasi pelajar. Pelajar yang diupayakan mendapatkan sarana transportasi adalah pelajar yang sekolahnya tidak dilalui angkot, tambahnya.
Saya harap murid yang mendapatkan subsidi transportasi, bisa dengan nyaman dan mudah dalam pergi ke sekolah menuntut ilmu. Penyediaan transportasi pelajar ini, memberikan kemudahan dan kenyaman bagi pelajar dalam menempuh pendidikan,  ujar Hj. Rukmini.
Setelah membentuk kampung ramah anak di Lima Kecamatan di Kota Probolinggo, yaitu Kecamatan Mayangan, Kanigaran, Kedopok, Wonoasih  dan Kecamatan Kademangan, kemudian ditindaklanjuti dengan gerakan mematikan televisi saat jam belajar.
Gerakan mematikan televisi saat jam belajar ini dilakukan serentak di lima kelurahan dari tiap kecamatan yang menjadi pilot project kampung ramah anak, yaitu Kecamatan Kademangan di Kelurahan Pilang, Mayangan di Kelurahan Jati, Kanigaran di Kelurahan Tisnonegaran, Kedopok di Kelurahan Sumberwetan, dan Kecamatan Wonoasih di Sumbertaman, mulai pukul 18.00 hingga pukul 22.00, tandasnya.
Sementara itu Ketua RT 2 RW 2 Kelurahan Pilang Sutarji mengungkapkan, kampung ramah anak di tempatnya ini dibentuk di Kelurahan Pilang 8 Agustus lalu dan Kelurahan Pilang salah satunya di Kecamatan Kademangan dengan tujuan untuk kepentingan anak, serta mendengarkan pendapat dan pandangan anak, menghormati hak anak dan tidak mendiskriminasi hak anak.
Mematikan televisi ini, untuk mendukung kegiatan wajib belajar 12 tahun, agar anak lebih baik dalam mengaji dan belajar serta adanya kampung ramah anak, bisa berbicara dengan anak dan memenuhi hak anak,  kata Sutarji.
Bedanya kampung ramah anak dengan kampung lain, adanya kesepakatan warga yang di wujudkan dalam peraturan RT, yang berkaitan dengan hak-hak anak di lingkungan setempat, misalkan larangan merokok di dalam ruangan, penyediaan tempat bermain anak dan mematikan televisi pada saat jam belajar anak, tambahnya. [wap]

Tags: