Menyiapkan Generasi Haus Prestasi

Prof Akh Muzakki

Prof Akh Muzakki
Hadirnya generasi yang haus prestasi akan memastikan bahwa bonus demografi yang akan mulai dirasakan tahun 2035 benar-benar menjadi bonus dan bukannya justru menjadi bencana. Spririt inilah yang kini menjadi perhatian Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur periode 2016-2021 Prof Akh Muzakki.
“Kita siapkan generasi kedepan itu generasi champion. Generasi champion itu ditandai dengan kebutuhan untuk berprestasinya kuat (need of achievement). Kalau ada yang merasa tidak butuh, ini bencana,” katanya.
Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya telah mempersiapkan kedepan melalui sektor pendidikan tenaga kerja yang terampil. Bentuk support Dewan Pendidikan, katanya, soal mindset. Pasalnya, sebuah partner itu tidak akan berfungsi kalau tidak setara. “Setara bagi pemerintah provinsi, bagi masyarakat dan juga legislatif. Jadi posisi Dewan Pendidikan ini adalah menjadi partner dari tripartit ini,” bebernya.
Muzakki menuturkan bahwa pendidikan di Jatim harus dipersiapkan menyongsong pasas bebas ASEAN. Ia khawatir jika tidak dipersiapkan dari sekarang akan lahir pendidikan tenaga kerja yang tidak terampil (Unskilled Labor).
“Sebaliknya, untuk menyongsong tantangan kedepan bahwa pendidikan Jatim harus siap mencetak lulusan dan sumber daya manusia yang kuat dari sisi tenaga kerja yang terampil,” katanya.
Kebutuhan untuk berprestasi, kata Muzakki, harus diterjemahkan kedalam desain pendidikan yang berbasis pada inovasi. Bukan hanya kecerdasan kognitif yang dimunculkan, tetapi juga kecerdasan psikomotorik. Karena itulah pihaknya terus mendukung desain Pemprov Jatim yang 70 persen pendidikan berbasis vokasi dan 30 persen SMA.
“Kebutuhan Jatim ini porsinya adalah level yang paling tinggi dan besar itu operasional teknisnya. Nah, karena itu kita support bersama-sama,” terangnya.
Capaian Dewan Pendidikan yang terlihat saat ini, kata Muzakki, memperpendek jarak antara lulusan dengan pasar kerja. Dibandingkan dulu yang harus melalui rantai yang panjang.
“Sekarang ini diperpendek. Meski masih ada ruang tapi jaraknya tidak terlalu lebar,” ujarnya.
Kedua, lanjutnya, lulusan saat ini dengan serapan pasar kerja itu tergolong dekat. Artinya, ketika siswa lulus langsung bisa dipakai tanpa harus perusahaan mengeluarkan cost kembali. “Jadi lulus siap pakai. Dengan cara apa, maka kemudian memperkuat sinergi antara dunia usaha industri dengan sekolah. Dan Dinas Pendidikan harus memfasilitasi itu semua,” tambahnya. Oleh sebab itu, pihaknya menegaskan bahwa perlu adanya perancangan grand design mulai saat ini. Mulai dari sisi desain pendidikan, penyiapan tenaga guru, kebijakan, dan juga kesiapan orangtua. Para pengambil kebijakan, kata Muzakki, sangat mensupport tantangan di masa depan.
“Sambil kita perkuat dengan pola kepengasuhan. Supaya apa yang ada di sekolah itu seiring dengan perkembangan yang ada di rumah tangga,” tutur pria yang juga sebagai Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim ini. [geh]

Rate this article!
Tags: