Menyongsong PON Remaja I

uploads--1--2013--10--16646-logo-pon-jabar-puslatda-jatim-dipusingkan-4-cabor-baru-untuk-2016Sebanyak 706 atlet dan 360 official dikomandani oleh Gubernur Jawa Timur Pakde Karwo, diberangkatkan ke ajang PON XVIII di Riau, akhir Agustus 2012.  Besarnya kontingen secara nyata menunjukkan tekad: Mempertahankan predikat juara umum, sebagai “harga mati.” Tetapi pada pertengahan September, kontingen ini pulang dengan kepala tertunduk. Jawa Timur gagal mempertahankan predikat juara umum PON XVIII.
Harus diakui, sangat sulit mempertahankan juara umum PON sampai ketiga kali berturut-turut. Tak kalah sulit dengan mempertahankan juara Liga Champions tiga kali berturut-turut. Tetapi Amerika Serikat, bisa menjadi juara Olympiade (sama dengan PON se-jagad) sampai lebih dari empat kali. Kuncinya, pasti pada sistem pembinaan prestasi olahraga. Memang menuntut konsekuensi, terutama pendanaan. Serta yang terpenting, paradigma (dan penghargaan) terhadap prestasi olahraga.
Apa (dan siapa) yang salah? Memang perlu evaluasi. Tetapi setidaknya pasti terdapat pelemahan pola pembinaan olahraga prestasi, dibanding propinsi lain. Setidaknya, pada saat upaya propinsi lain meningkat sampai 300%, Jawa Timur hanya meningkat hanya meningkat 50%! Peningkatan upaya (dan bandingkan dengan daerah lain) menjadi sangat perlu. Diperlukan kepedulian berbagai pihak untuk berinovasi, termasuk melibatkan pengusaha.
Daerah lain, kini gencar melibatkan kalangan swasta dengan menjaring Corporate Social Responsibility (CSR), tanggungjawab sosial perusahaan). Sampai “menembak” perusahaan multi-nasional. Itu sudah dilakukan oleh Kalimantan Timur, Riau, dan Jawa Barat. Hasilnya sangat positif, beberapa atlet daerah mampu berprestasi pada ajang internasional, termasuk Olympiade. “Penembakan” swasta multi-nasional langsung melibatkan Kepala Daerah-nya.
Boleh jadi, Jawa Timur belum berupaya keras dalam CSR yang melibatkan pengusaha swasta multi-nasional. Maka jangan-jangan, Jawa Timur tidak akan pernah menjadi juara umum PON lagi? Kemana tradisi yang dulu selalu berhasil membawa medali? Pada PON XVIII di Riau, Hanya menempati posisi ketiga dibawah Jawa Barat. Pada PON 2016 mendatang di Jawa Barat, posisi juara umum bagi Jawa Timur juga hampir mustahil.
Sebagai kenangan, Jawa Timur pernah menjadi juara umum PON dua kali berturut-turut. Yakni, ketika menjadi tuan rumah pada tahun 2004, dan pada perhelatan PON XVII di Kalimantan Timur 2008. Kenangan pada penutupan PON XVII (17 Juli 2008), bertambah-tambah manis, karena diikuti sukses dalam pertandingan cabang olahraga yang paling ditunggu-tunggu: sepakbola (melawan Papua dengan skor tipis 1-0).  Sukses pada PON XVII seolah paripurna.
Sebagai juara umum, Jawa Timur memperoleh total 363 medali, terdiri dari 139 emas, 113 perak dan 111 perunggu. Sedangkan pada PON XVIII tahun 2012 di Riau, yang dapat diraih hanyalah sebanyak 258 keping medali (terdiri 87 emas 88 perak dan 83 perunggu). Prestasi ini jauh jika dibandingkan dengan kesertaan pada PON XVII di kalimantan Timur, hanya sekitar 71%. Sebagai juara umum, saat itu kita dapat meraih sebanyak 363 keping (139 emas, 113 perak dan 111 perunggu).
Jika menilik jejak ke-prestasi-an PON, menunjukkan bahwa Pakde Karwo sebagai Gubernur tidak akan pernah menjadi juara umum PON. Walau beberapa Pengda cabang olahraga sering menjadi juara pada single even dalam kejurnas. Misalnya, panahan, dayung, serta drumband. Tetapi tidak menutup kemungkinan rezim KarSa menjadi juara umum PON. Karena pemerintah akan memulai (yang pertama) menggelar PON Remaja.
PON Remaja, tak kalah gengsinya karena menjadi titik-tolak prestasi. Juga terdapat hierarkhis hingga tingkat Asia (Asian Youth Games) dan tingkat dunia (Youth Olympics). Hampir seluruh atlet peraih medali pada Asian Games dan Olympiade, merupakan alumni even serupa tingkat remaja. Konon pula, PON Remaja akan diselenggarakan di Surabaya. Kemungkinan besar, Jawa Timur akan menjadi juara umum
———   000   ———

Rate this article!
Menyongsong PON Remaja I,5 / 5 ( 1votes )
Tags: