Minimalkan Dampak Krisis Minyak, SKK Migas Siapkan Strategi

Elan Biantoro

Elan Biantoro

Blora, Bhirawa
Penurunan harga minyak dunia hingga di bawah 30 dollar AS per barrel disikapi serius oleh SKK Migas (Satuan Kerja Khusus Pelaksana Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi).  Sejumlah strategi dan antisipasi dilakukan oleh otoritas migas Tanah Air untuk menghadapi krisis minyak dunia agar penerimaan APBN tak kian tergerus.
Kepala Humas SKK Migas Elan Biantoro mengakui penurunan harga minyak berakibat pada penurunan belanja untuk investasi di sektor hulu migas yang diikuti dengan penurunan biaya.
“Secara global, penurunan biaya eksplorasi dan produksi sebesar kira-kira 20,3 persen. Ini penurunan yang sangat signifikan,” kata Elan kepada sejumlah pimpinan media massa se-Jatim, Jateng dan mitra SKK Migas dalam acara Lokakarya SKK Migas-KKKS Jabanusa di Hotel Arra, Cepu, Kabupaten Blora, Rabu – Kamis (16-17/3) kemarin.
Rendahnya harga minyak ini tentunya memiliki dampak kurang baik untuk jangka pendek, yaitu penurunan penerimaan negara, maupun dampak jangka panjang yakni kelanjutan kegiatan pencarian cadangan migas baru di Indonesia.
Untuk meminimalisasi dampak ini, lanjut Elan, SKK Migas telah melakukan sejumlah strategi. Salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan melakukan efisiensi pengeluaran kapital (capital expenditure) dan pengeluaran operasional (operational expenditure), optimasi kegiatan pengeboran, serta peningkatan kegiatan kerja ulang dan perawatan sumur.
Selain itu, industri hulu migas juga melakukan negosiasi harga dengan penyedia barang dan jasa serta mengevaluasi ulang proyek-proyek yang keekonomiannya terpengaruh harga minyak. “Saat harga minyak turun lalu ada proyek yang keekonomiannya tidak masuk, harus kita tinjau lagi,” ujarnya.
Meskipun ada sejumlah langkah efisiensi tersebut, SKK Migas tetap akan mempertahankan kegiatan-kegiatan eksplorasi dalam bentuk studi, survei, dan pengeboran. “Bahkan kami juga meminimalisir jumlah tenaga kerja dan optimalisasi pelaksanaan pekerjaan. Mulai penawaran pensiun dini dengan persyaratan dipermudah, pensiun alami hingga penundaan rekrutmen pegawai baru,” katanya.
Elan mengatakan minyak bumi menyumbang kebutuhan energi sebanyak 46 persen, sedangkan gas bumi menyumbang 19 persen. Sedangkan cadangan minyak saat ini sekitar 3,5 juta barrel, jika tidak ada sumber baru cadangan migas ini akan habis 11-12 tahun lagi.
Eksplorasi yang dilakukan SKK Migas saat ini menghasilkan 832.000 barrel per hari, sedangkan kebutuhan minyak sekitar 1,5 juta barrel per hari. “Seperempat produksi minyak ada di dekat sini (pengeboran di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu oleh ExxonMobil Cepu Limited)” kata Elan.
Kepala SKK Migas Perwakilan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Jabanusa) Ali Mashar menjelaskan ada dua tujuan kegiatan SKK Migas, yakni   memenuhi kebutuhan energi. Untuk diketahui, kebutuhan energi saat ini masih bergantung pada migas, yakni antara 70 persen hingga 80 persen. Kedua, untuk menambah pendapatan APBN.
Pada 2014, pendapatan negara dari sektor migas sebesar Rp 302 triliun. Namun, angka itu menurun jauh, yakni sekitar RP 177 triliun pada  2015 seiring turunnya harga minyak dunia. Dikhawatirkan penurunan berlanjut hingga tahun ini jika krisis minyak dunia masih terjadi. “Padahal sektor migas selama ini adalah pendapatan utama APBN,” ujarnya. [tis]

Tags: