Nenek Armona Luput dari Perhatian Kab.Situbondo

Nenek Armona, didampingi tetangganya Artiono dan pemerhati masalah sosial saat menyerahkan bantuan, kemarin. [sawawi/bhirawa].

Nenek Armona, didampingi tetangganya Artiono dan pemerhati masalah sosial saat menyerahkan bantuan, kemarin. [sawawi/bhirawa].

Situbondo, Bhirawa
Memiliki nasib kurang beruntung, tak mampu, mata buta dan hidup sebatang kara, kerap kali menimpa seseorang. Stigma inilah yang mendera salah seorang nenek tua renta di Kabupaten Situbondo yang bernama Armona. Nenek yang hidup dengan kondisi memprihatinkan itu tinggal di lingkungan Karang Asem, RT 01 RW 04, Kelurahan Patokan, Kecamatan Kota Situbondo. Yang memilukan, hingga saat ini, nenek Armona belum pernah tersentuh bantuan dari Pemkab Situbondo.
Informasi Bhirawa menyebutkan, nenek Armona sudah bertahun-tahun hidup seorang diri. Sejak ditinggal suaminya 10 tahun lalu, sang nenek yang kini berusia 86 tahun itu hidup sebatang kara. Ironisnya, sepeninggal suami sang nenek mengalami kebutaan permanen.
“Jangankan untuk bekerja, untuk sekedar mandi saja sang nenek harus dituntun. Kondisi ini sudah berjalan selama bertahun-tahun. Kini kondisi sang nenek sangat memperihantinkan, karena hanya bisa makan dari belas kasihan tetangga,” aku tetangga dekat Nenek Armona, Artiono, kemarin (7/1).
Nenek Armona, kata Artiona, tidak hanya tak bisa mencari makan sendiri, melainkan juga tinggal digubuk gedhek ukuran dua meter persegi. Gubuk tersebut dibangun di atas tanah milik warga. “Jika sewaktu-waktu diusir pemilik tanah, sang nenek terancam tak memiliki tempat tinggal lagi. Namun perlahan, nenek kini mulai ada perhatian dan bantuan dari beberapa warga dan komunitas pemerhati sosial di Kota Santri,” terang Artiono, yang dikenal peduli kepada nasib Nenek Armona tersebut.
Saat sejumlah wartawan menemuinya, nenek Armona sempat menangis. Itu karena sang nenek mengaku belum makan sejak pagi hari. Kejadian semacam itu konon sudah kerapkali terjadi kepada nenek Armona. “Jika tak ada tetangga yang memberi makan, sang nenek hanya meminum air putih saja. Ini sudah ia jalana dalam waktu cukup lama,” papar Artiono lagi.
Nenek Armona, lanjut Artiono, tidak buta sejak lahir. Dia mulai mengalami kebutaan sejak beberapa tahun terakhir ini. Sebelumnya sang nenek dikenal pekerja keras, meski hanya bekerja sebagai buruh tani. “Bahkan, semasa tidak buta, sang nenek masih bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dia dikenal sebagai pekerja keras dan pekerjaan apa saja dilakukan asal bisa menghasikan uang,” ungkapnya.
Menurut Artiono, sang nenek hidup sebatang kara sudah bertahun-tahun. Sejauh ini, kata Artiono, tidak banyak tetangga yang memperhatikan nasibnya. Artiono menambahkan, saat ini sang nenek memang membutuhkan bantuan, terutama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Ia juga mengaku, dirinya bersama beberapa temannya telah mengumpulkan dana untuk disumbangkan. “Rencananya dana yang sudah terkumpul tersebut akan dipergunakan merenovasi gubuk sang nenek yang sudah tak layak huni. Sebab dikhawatirkan gubuk tersebut akan ambruk pada musim penghujan ini,” pungkas Artiono. [awi]

Tags: