Nilai Buruk, Dindik Gencarkan UN Perbaikan

Pelaksanaan UNBK di salah satu SMA.

Pelaksanaan UNBK di salah satu SMA.

SMA 39,6 Persen di Bawah SKL, SMK 44,2 Persen
Dindik Jatim, Bhirawa
Harapan Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim untuk memperbaiki nilai Ujian Nasional (UN) SMA/SMK pupus sudah. Alih-alih berubah lebih baik, jumlah peserta yang mendapat nilai di bawah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) ternyata terus meningkat dari tahun lalu.
Kondisi ini pun mendesak Dindik Jatim untuk menggelar Ujian Nasional Perbaikan (UNP) lebih optimal. “Kita akan gencarkan sosialisasi UNP tahun ini. Jumlah peserta yang tahun lalu hanya 30 persen, ternyata sekarang meningkat,” tutur Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman, Minggu (8/5).
Saiful merinci, tahun ini peserta jenjang SMA/MA yang mendapat nilai di bawah SKL atau kurang dari 5,5 sebanyak 39,6 persen dari total 231.045 peserta . Sedangkan peserta UN SMK yang mendapat nilai di bawah 5,5 terdapat sebanyak 44,2 persen dari total 199.446. Hal senada juga terjadi dengan jenjang ujian kejar Paket C 35,9 persen dari total 27.478 peserta.
“SMK memang cukup tinggi tahun ini. Sepertinya mereka sudah terlena dengan program sertifikasi kompetensi yang diselenggarakan oleh setiap sekolah yang memiliki LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi),” tutur Saiful.
Kendati mengalami peningkatan tajam, mantan Kepala Badan Diklat Jatim ini menyebutkan variasi nilai UN cukup beragam. Hal ini menjadi tanda bahwa integritas UN mulai terbentuk. “Integritas ini juga tidak kalah penting dengan nilai. Persoalan nilai UN, bisa diperbaiki saat UNP,” tutur dia.
Karena itu, agar UNP tidak sepi peminat seperti tahun lalu, pihaknya akan menggencarkan UNP supaya banyak diikuti siswa Jatim.
Selain integritas, nilai rerata UN SMA di 38 kabupaten/kota se-Jatim juga terlihat cukup baik.  Hal itu dapat dilihat, dari 38 daerah, hanya Kabupaten Madiun dan Ngawi yang mendapat nilai rerata UN di bawah SKL. “Kalau hasil nilai UN yang tertinggi Bangkalan dengan rerata 75,15. Tapi kalau paling bagus indeks integritasnya adalah Surabaya. Sebab tahun ini, Surabaya sudah menggelar UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer) seratus persen,” tutur pria yang juga mantan Kepala SMKN 4 Malang ini.
Saiful mengakui, meski nilai rata-rata SMA di Surabaya semakin turun dibandingkan dua tahun terakhir namun yang patut diapresiasi adalah keseriusannya menjaga integritas. Berdasarkan data Dindik Jatim, nilai rata-rata UN Surabaya 2014 sebesar 72,00, pada 2015 sebesar 62,43 dan tahun ini hanya 60,99. “Hasil nilai UNBK ini tidak bisa dibandingkan dengan penyelenggara yang masih PBT (Paper Based Test),”terangnya.
Kabid Pendidikan Menengah Kejuruan Dindik Jatim Hudiyono menambahkan kendati nilai rerata UN SMK tidak sebaik tahun lalu, namun pihaknya mencatat ada perbedaan yang signifikan terhadap nilai ujian kompetensi siswa. Pihaknya merinci, rerata UN SMK Jatim untuk mapel Bahasa Indonesia hanya 68,18, Bahasa Inggris 52,52 dan Matematika 38,73. Tetapi untuk mata ujian kompetensi yang merupakan gabungan antara nilai praktik dan teori disebutnya cukup besar. Nilai rerata yang diperoleh Jatim mencapai 74,96. “Bagaimanapun juga SMK ini memang fokus pada kompetensinya. Jadi sangat dimaklumi kalau mapel lain tidak terlalu baik,” kata Hudiyono.
Selain itu, Hudiyono juga menyebut faktor rendahnya nilai UN SMK juga dipengaruhi karena penyelenggara UNBK paling tinggi dari jenjang SMK. “Faktanya, lima besar peraih nilai UN terbaik itu diraih oleh sekolah yang bukan penyelenggara UNBK. Jadi, tidak bisa disandingkan hasil UN kertas dan UNBK,” tandasnya.
Kabid Pendidikan Menengah Dindik Surabaya Sudarminto menuturkan dengan nilai rerata di atas SKL, secara otomatis peraih nilai di bawah SKL sangat sedikit.  Di Surabaya, untuk jurusan IPA nilai rata-rata sekolah tertinggi didapatkan SMAN 5 dengan nilai rata-rata 79,68. Sedangkan untuk jurusan IPS, diperoleh SMAN 15 dengan nilai rata-rata pelajaran IPS yaitu 77,87. [tam]

Tags: