Nobar Champions Pilkada

Tanding Real Madrid kontra Bayern Munchen, Rabu dinihari besok, akan menjadi tontonan paling akbar sedunia. Pertandingan itu niscaya akan digunakan oleh paslon pilkada DKI Jakarta untuk meraih simpati masyarakat pemilih. Menggelar nobar Liga Champions, sebagai cara pemungkas. Setelah matahari terbit sepenggalan, Rabu siang, coblosan pilkada putaran kedua dimulai. Lalu Rabu sore, hasil coblosan sudah dipapar oleh berbagai media, melalui metode quick count.
Liga Champions, harus diakui, memiliki magnitude terbesar di Indonesia (juga di dunia). Di Indonesia, fans penggila bola, ditaksir sebanyak 120 juta lebih. Di Jakarta, dengan suara pemilih sebanyak 7,2 juta, separuhnya merupakan penggila bola. Tak terkecuali perempuan. Maka leg kedua babak delapan besar (perempatan final) antara Real Madrid versus Bayern Munchen, tidak akan disia-siakan berlalu begitu saja. Lebih lagi, itu momentum akhir (hanya beberapa jam) sebelum coblosan pilkada.
Nobar (nonton bareng) Liga Champions, sudah lazim menjadi media mengumpulkan masa. Selama jeda pilkada putaran kedua, juga telah digunakan oleh paslon sebagai momentum “berkampanye diam.” Ini cara murah meriah yang dapat menjadi ajang pengumpulan masa dalam jumlah besar. Cara serupa juga telah digunakan oleh caleg (calon legislatif) pada pemilu lalu. Acara nobar tetap digemari walau mulai tayang lewat tengah malam.
Tekanan politik pilkada terasa makin berat, memasuki waktu paling kritis. Pada putara pertama, sudah banyak biaya dikeluarkan, segala cara telah dilakukan. Namun terasa masih kurang waktu, kurang biaya dan kurang cara. Sehingga harus bisa memanfaatkan momentum apapun, terutama dengan menggelar nobar Liga Champions Eropa 2017. Cara ini lebih murah, hanya menyediakan layar lebar, dengan hidangan sekadarnya.
Liga Champions Eropa, melebihi pagelaran apapun, termasuk mengalahkan Miss World maupun ajang pembagian piala Oscar. Dalam hal rating siar televisi, tiada penonton yang melebihi keramaian piala Champions. Di Indonesia, publik “gibol” (peng-gila bola) yang tersebar di berbagai daerah ditaksir sebanyak 120 juta-an. Liga Champions diikuti pemuncak liga di negara-negara Eropa yang memiliki fans “gibol” fanatik.
Lebih dari dua dekade, televisi Indonesia telah tayang langsung beberapa liga utama. Diantaranya, League Premier (Inggris), Serie A (Italia), serta La-Liga (Spanyol). Selusin klub (diantara 16 besar peserta Liga Champions) memiliki fans fanatik di Indonesia. Diantaranya, Real Madrid dan Barcelona FC (Spanyol), Juventus (Italia), Manchester City (Inggris). Seolah-olah telah memiliki hubungan emosional dengan “gibol” Indonesia.
Perbincangan klub maupun bintang utama lapangan tak kalah serunya dengan urusan politik. Misalnya, kekalahan telak Barcelona FC oleh Juventus dengan agregat 3-0. Itu tak habis dibahas selama sepekan, di warung kopi dan berbagai cafe. Liga Champions, terbukti memiliki magnet lebih kuat dibanding sinetron India. Dapat diandalkan menjadi media penyambung pesan politik.
Tetapi pekerjaan yang harus diselesaikan tim sukses paslon pilkada, bukan sekedar mengumpulkan masa. Melainkan merebut pemilih baru, terutama golput (golongan putih, tidak mendatangi TPS) yang belum pernah mencoblos dalam Pilkada. Golput, sebenarnya dapat dibujuk (diyakinkan) agar menentukan pilihan dalam coblosan Pilkada. Golput, bagai suara “tak bertuan” pada setiap pemilu (pemilihan umum).
Golput bukan “ideologis” masih bisa direbut. Pada Pilkada DKI Jakarta, juga masih terdapat suara “tak bertuan” sebesar 21%. Sekitar 2 juta hak pilih. Angka ini lebih besar dibanding perolehan suara paslon nomor urut 1. Maka paslon yang berhasil merebut suara “tak bertuan” pasti akan menang. Melalui nobar, boleh jadi, golput akan menentukan pilihan setelah bertemu paslon, dan difasilitasi tim sukses.
——— 000 ———

Rate this article!
Nobar Champions Pilkada,5 / 5 ( 1votes )
Tags: