Optimistis Suplai Energi Cukupi Kebutuhan Industri Jatim

Menteri ESDM Ignasius Jonan meresmikan penyaluran gas dari lapangan TSB fase kedua milik Kangean Energy Indonesia Ltd di Sheraton Hotel Surabaya, Rabu (20/3).

Surabaya, Bhirawa
Optimisme terhadap kebutuhan energi untuk industri di Jatim semakin menguat. Hal ini ditandai dengan terus bertambahnya kegiatan usaha hulu migas di Jatim yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan industri.
Salah satunya yang baru diresmikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan adalah penyaluran gas dari lapangan Terang Sirasun Batur (TSB) fase kedua milik Kangean Energy Indonesia Ltd, Rabu (20/3).
Jonan mengatakan, penyaluran gas dari TSB fase kedua ini menunjukkan berkembangnya investasi kegiatan usaha hulu migas. Selain investasi, efek berantai juga dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia, khususnya wilayah Jatim.
“Jatim belakangan ini sudah teriak-teriak kekurangan gas, jadi dengan beroperasinya lapangan TSB tahap dua, ada tambahan kurang lebih 160 juta kaki kubik gas bumi per hari (MMSCFD). Ini lumayan, bisa jadi penyangga pasokan gas di Jatim,” kata Jonan.
Jonan mengapresiasi selesainya proyek ini dengan tepat waktu. Selain itu, dia juga mengapresiasi penghematan yang berhasil dilakukan dalam proyek pembangunan fasilitas produksi bawah laut ini. Biaya proyek ini adalah senilai US$165 juta, atau menghemat US$49 juta dari yang disetujui dalam Authorization for Expenditure (AFE) sebesar US$214 Juta.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas ESDM Jatim Setiajit menuturkan, pertumbuhan industri di wilayah Jatim memang harus dibarengi dengan suplai energi yang mencukupi. Sehingga, semakin tinggi produksi hulu migas, maka industri tidak perlu lagi khawatir dengan kekurangan energi.
“Sebenarnya sampai saat ini kebutuhan energi kita sudah mencukupi. Tetapi kalau tidak ditambah, tahun depan akan kekurangan. Karena pertumbuhan industri kita terus meningkat 8 – 15 persen, maka harus ditambah terus,” tutur Setiajit.
Dalam perhitungannya, saat ini kebutuhan energi Jatim mencapai 388 MSCFD. Sementara persediaan yang ada sebesar 350 MSCFD. Karena itu, dengan ada tambahan 160 MSCFD maka kebutuhan energi di Jatim masih akan lebih dari cukup. “Di Tiung Biru, Bojonegoro kita juga ada kegiatan hulu migas yang mampu menyuplai 315 MSCFD. Baru dikontrak PLN sebesar 100 MSCFD, sehingga masih ada sisa 215 MSCFD yang bisa digunakan,” tutur Setiajit.
Dengan penambahan kegiatan hulu migas, baik di Kangean maupun di Bojonegoro, Setiajit optimis suplai energi di Jatim akan sangat mencukupi. Sehingga, dengan kebutuhan industri yang besar Jatim juga dapat melakukan produksi energi yang cukup besar pula. Namun, ketersediaan energi juga diharapkan tidak terlalu berlebih dari kebutuhan yang ada.
“Gas itu kalau tidak digunakan akan menjadi mubazir, karena tidak bisa disimpan lama karena akan berkurang. Sehingga harus disesuaikan antara produksi dengan kebutuhan energi. Kalau pun jika berlebih juga akan didistribusikan ke provinsi lain,” pungkas Setiajit. [tam]

Tags: