Orangtua Perlu Perhatikan saat Anak Isoman karena Covid-19

Dr Retno Asih Setyoningrum dr SpA(K)

Surabaya, Bhirawa
Beberapa bulan terakhir, usia anak – anak tak luput dari terjangkitnya Covid 19. Berdasarkan data resmi yang dirilis pada Juni 2021 menunjukkan bahwa jumlah anak yang positif Covid 19 sebanyak 250 ribu. Tingkat kematian anak akibat Covid 19 bahkan sudah mencapai 1,2% dari total keseluruhan.
Terkait hal itu, dosen Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair), Dr Retno Asih Setyoningrum dr SpA(K) mengatakan, gejala Covid 19 pada anak – anak sangat beragam mulai yang gejala ringan sampai berat yang mengancam nyawa.
“Gejalanya itu tergantung dari fase sakit, kondisi kesehatan sebelumnya, adanya penyakit komorbid, serta gambaran spesifik lainnya misalnya adanya kelainan bawaan,” katanya, Minggu (25/7).
Namun gejala demam menjadi gejala yang sering terjadi pada anak. Gejala lain yang dirasakan adalah gejala infeksi respiratori akut seperti demam, batuk, pilek sampai sesak. Meski demikian ada juga anak yang ternyata tidak memiliki gejala spesifik saluran pernapasan, ternyata terpapar Covid 19 dengan gejala pada saluran pencernaan seperti nyeri perut, diare, dan muntah.
“Ada juga yang munculnya gejala sistemik atau Multisystem inflammatory syndrome in Children (MIS-C),” tambah dia.
Retno menjelaskan, penanganan anak dengan Covid-19 tergantung derajat sakitnya. Pada kasus tertentu dapat dilakukan dengan isolasi mandiri. Tetapi ada beberapa ketentuan yang harus terpenuhi seperti tidak bergejala, mengalami gejala ringan seperti batuk, pilek, demam, diare, muntah, dan ruam-ruam, anak aktif dan bisa makan minum, menerapkan etika batuk, memantau gejala atau keluhan, melakukan pemeriksaan tubuh dua kali sehari pada pagi dan malam hari, lingkungan rumah atau kamar memiliki ventilasi yang baik.
“Alat yang harus disediakan di rumah ketika anak terpapar Covid-19 adalah termometer dan oximeter,” ujar Retno.
Selain itu ada beberapa obat yang perlu disiapkan di rumah yaitu obat demam, vitamin C (1-3 tahun maksimal 400 mg/hari, 4-8 tahun maksimal 400 mg/hari, 9-13 tahun maksimal 1200 mg/hari, dan 14-18 tahun maksimal 1800 mg/hari), zink 20 mg/hari yang diberikan selama 14 hari, vitamin D3 (usia kurang 3 tahun 400 IU/hari anak 1000 IU/hari, remaja 2000 IU/hari, remaja obesitas 5000 IU/hari).
Retno menegaskan, dalam penanganan anak yang sedang isolasi mandiri tidak ada ketentuan harus mengkonsumsi nutrisi tambahan seperti susu yang dijual di pasaran. ”Intinya itu nutrisi yang bergizi, tidak ada khusus harus susu,” ucapnya.
Kendati demikian ada beberapa keluhan yang harus diwaspadai oleh orang tua saat merawat anak yang tengah isolasi mandiri. Keluhan tersebut adalah anak banyak tidur, napas cepat, ada cekungan di dada dan hidung kembang kempis, saturasi oksigen kurang dari 95%, mata merah, terdapat ruam, leher bengkak, demam lebih dari tujuh hari, tidak bisa makan dan minum, mata cekung, buang air kecil berkurang, dan terjadi penurunan kesadaran.
“Jika anak mengalami gejala tersebut maka segeralah bawa ke RS,” tutupnya. [ina]

Tags: