Selama Pandemi Covid-19, Aktifitas Anak Disarankan di Rumah Saja

Anak-anak Desa di Probolinggo Diajak Belajar di Alam Bebas Saat Pandemi. [wiwit agus pribadi]

Anak-anak Desa Diajak Belajar di Alam Bebas Saat Pandemi
Probolinggo, Bhirawa
Kasus penderita Covid 19 anak meningkat seiring dengan peningkatan jumlah kasus Covid di Indonesia. Data dari Studi menyatakan hampr 20% anak – anak terinfeksi Covid 19 tidak menunjukkan gejala, sehingga berpotensi menjadi sumber penularan di komunitas.
Juru Bicara Ketua Pelaksana Satgas Penanganan Covid 19 Kabupaten Probolinggo, dr Dewi Vironica, Minggu (25/7) mengatakan, dalam rangka momentum Hari Anak Nasional (HAN) tahun 2021, ada beberapa informasi terkait perlindungan anak terhadap Covid 19. Tanda gejala umum Covid 19 pada anak demam, batuk hingga sulit bernafas, lesu, nyeri otot, sakit kepala, hilang indera rasa atau penciuman, sakit tenggorokan, mual sampai diare.
Menurut Dewi, gejala Covid 19 pada anak sulit dibedakan dengan gejala sakit lain. Saat anak demam batuk/pilek, segera lakukan isolasi mandiri sembari menunggu hasil PCR. Bila anak sakit, batasi jumlah orang yang mengasuh langsung, orang tua dan pengasuh memakai masker.
“Buang popok sekali pakai, bungkus rapat dengan kantong plastik, lalu buang di tempat sampah. Penggunaan kamar mandi sendiri atau bila tidak ada, anak yang terkonfirmasi menggunakan kamar mandi paling akhir. Selama pandemi anak – anak disarankan untuk melaksanakan kegiatan sehari – hari di rumah,” tegasnya.
Dewi menjelaskan, anak – anak memerlukan perhatian khusus saat pandemi Covid 19. Studi menunjukkan pasien anak membutuhkan perhatian khusus. Beberapa situasi yang dinilai berisiko menularkan Covid 19 kepada anak -anak diantaranya kunjungan kerabat, asisten rumah tangga atau rumah makan, tempat ibadah, pernikahan kerabat serta kegiatan yang dilakukan di ruangan tanpa ventilasi udara yang cukup.
Selain itu, pandemi Covid 19 membuat siswa tidak maksimal belajar. Kondisi ini coba difasilitasi sejumlah pemuda Desa Opo – Opo, Krejengan, Probolinggo, dengan mengajak anak-anak belajar di alam bebas di bawah Lereng Gunung Argopuro.
Dengan dibimbing sejumlah pemuda desa yang saat ini masih berkuliah di perguruan tinggi, anak – anak desa ini mendapat tambahan ilmu dari belajar di alam bebas. Sebelum tiba di alam bebas yakni di area hutan di bawah rindangnya Pohon Kesambi, anak – anak ini terlebih dulu harus menyeberangi sungai kecil aliran dari hulu Gunung Argopuro. Mereka mendapat pengawalan dari anggota Koramil dan Polsek Krejengan yang selalu mengawasi dari dekat.
Sebelum belajar dimulai, anak – anak wajib melakukan senam sehat terlebih dulu dan diberi edukasi tentang pentingnya menerapkan Protokol Kesehatan, dari selalu memakai masker hingga menjaga jarak. Tidak hanya siswa setingkat SD saja yang mengikuti pembelajaran metode ini, siswa TK juga diajak. Mereka sangat antusias mengikuti belajar di alam bebas.
Salah satu pelajar, Muhamad Bayu Pratama (9), siswa Madrasah Ibtidaiyah desa setempat mengaku senang dapat belajar tatap muka meski tidak di sekolah formal. Selain bisa belajar sambil bermain, suasana di alam bebas terasa sejuk di saat jenuh di rumah saja.
“Jenuh lama tidak sekolah karena pandemi Corona. Jadi senang belajar di alam bebas dan sejuk seperti ini. Belajar di sekolah sudah bosan. Hari ini diberi pelajaran Bahasa Inggris,” ujar Bayu, Minggu (25/7).
Oleh pemuda Desa Opo – Opo, yang menggelar pembelajaran ini, belajar di alam terbuka ini diberi nama Terus Belajar Ceria (Teberia). Mereka prihatin kini pelajar tidak maksimal belajar di sekolah karena masih dalam kondisi pandemi Covid 19.
“Program kami ini bersama teman – teman mahasiswa dari Kecamatan Krejengan, Programnya sekolah alam karena kami melihat pandemi Corona sangat lama. Dan daerah kami merupakan desa pelosok, kami mencari inovasi untuk memberi mata pelajaran secara rileks sambil bermain,” ujar Samiudin, salah satu pemuda pengajar sekolah terbuka di alam bebas.
Program ini membuat anak – anak lebih senang dan gampang menyerap ilmu yang diberikan. Kesulitannya mereka sulit diberi arahan. Tapi materinya cocok sehingga langsung bisa dicerna. Mereka dipantau mulai dari berangkat sampai pulang, tim pengajar dibagi dua kelas, dari Paud dan SD.
Kepedulian pemuda desa ini mendapat apresiasi dari pemerintah desa setempat meski belajar di alam bebas ini hanya setiap hari Minggu saja. Mereka mendapat transportasi, minuman, dan makanan gratis dari Kepala Desa Opo – Opo.
“Kami memberi suport dari inovasi mahasiswa Desa Opo – Opo ini. Pemerintah desa memberikan support bantuan kekurangan apapun dalam proses belajar di alam bebas ini. Kami sangat bangga dengan terobosan para adik-adik mahasiswa di saat pandemi Covid 19 yang banyak anak – anak sudah lama tidak belajar di sekolah. Semoga bermanfaat,” tandas Kepala Desa Opo – Opo,” Didik Sugianto. [wap]

Tags: