Orientasi Siswa Harus dengan Santun

Kepala Dindik Surabaya Ikhsan memberi pembekalan penyelenggaraan LOS kepada ketua OSIS SMP/MTs se Surabaya, Rabu (27/4). [adit hananta utama/bhirawa]

Kepala Dindik Surabaya Ikhsan memberi pembekalan penyelenggaraan LOS kepada ketua OSIS SMP/MTs se Surabaya, Rabu (27/4). [adit hananta utama/bhirawa]

Dindik Surabaya, Bhirawa
Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya mulai berancang-ancang membuat konsep Layanan Orientasi Siswa (LOS) untuk peserta didik baru tahun ajaran 2016/2017 mendatang. Antisipasi bullying dan perploncoan masih menjadi topik utama. Karena itu, LOS harus digelar dengan mengedepankan kesantunan.
“LOS harusnya bisa membuat siswa baru itu senang dan bangga terhadap lingkungan pendidikannya. Karena itu, kakak kelas harus bisa menyajikan LOS dengan santun,” tutur Kepala Dindik Surabaya Ikhsan dalam pembekalan LOS bagi ketua OSIS SMP/MTs se Surabaya di Gedung Wanita Surabaya, Rabu (27/4).
Kesantunan, lanjut Ikhsan, menjadi tema utama LOS tahun ini. Selain itu, LOS diharapkan juga menjadi forum untuk mengenalkan strategi pendidikan di sekolah kepada orang tua. Sehingga, orang tua dapat mengerti dan mendukung program yang ada. “Setiap siswa baru itu membutuhkan motivasi. Kalian bisa mengundang tokoh atau alumni yang telah sukses untuk berbagi pengalaman,” tutur Ikhsan memberi saran.
Acapkali Masa Orientasi Siswa (MOS) sering menjadi ajang untuk tebar pesona siswa, dengan berbagai macam cara mulai dari yang positif hingga hal yang negatif (bullying, plonco, dll) pada prinsipnya menunjukkan senioritas yang berlebihan.Penggunaan kata LOS merupakan sebuah upaya menghilangkan stigma negatif akan kesan perploncoan yang akhir-akhir ini marak berkembang di masyarakat.
Ketua Organisasi Pelajar Surabaya (Orpes) Khusnul Prasetyo menambahkan, saat ini LOS bukan lagi menjadi momok bagi siswa baru. Sebaliknya, LOS justru menjadi kegiatan yang menyenangkan agar siswa punya rasa cinta dan kebanggaan telah memilih sekolah barunya.  “LOS ini bukan momok tapi pemersatu antar pelajar se-Surabaya”, tutur Prasetyo.
Hal senada juga diungkapkan anggota Komisi D DPRD Surabaya Fatchul Muid. Dia mewanti-wanti agar LOS tidak boleh adanya perploncoan, ataupun kekerasan dalam bentuk apapun. Kegiatan ini, lanjut dia,  harus menjadi forum untuk saling mengakrabkan antara kakak kelas dengan adik kelas. Selain itu, Muid juga berpesan agar pendidikan tidak hanya mencetak para siswa menjadi pegawai ataupun pekerja, melainkan menjadi enterpreneurship yang mampu membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. [tam]

Rate this article!
Tags: