Pameran I3E 2017 Disumbang 2 Juta Poundsterling

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir (tengah) didampingi Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf saat melihat karya inovasi berupa tank tanpa awak di pameran Inovator Inovasi Indonesia Expo (I3E) 2017 di Grand City Convex Surabaya, Kamis (19/10) kemarin. [Gegeh Bagus Setiadi]

Surabaya, Bhirawa
Karya inovasi anak bangsa kini telah dipandang dunia memiliki potensi besar. Melalui pameran Inovator Inovasi Indonesia Expo (I3E) 2017 dinilai mampu memberi nilai tambah dan menjaga kesinambungan inovasi. Tanpa kolaborasi dengan bisnis, karya inovasi hanya dicatat di laboratorium atau kampus tanpa memberi manfaat nyata bagi masyarakat maupun Inovatornya.
Hal ini diungkapkan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Muhammad Nasir disela pembukaan I3E 2017 di Grand City Surabaya, Kamis (19/10) kemarin. Menurutnya, dunia telah memandang Indonesia memiliki potensi besar dalam bidang teknologi.
“Negara Inggris sendiri telah menyatakan juga dan akhirnya indonesia mendapatkan bantuan sebesar 2 juta poundsterling untuk mengembangkan bisnis di Indonesia melalui Start Up Company ini,” katanya.
Menurut Nasir, Provinsi Jawa Timur memiliki potensi cukup besar seiring Indonesia mulai berkembang dalam berbasis teknologinya. Dibandingkan dengan Negara Singapura yang kini mencapai 7 persen, Malaysia 5,5 persen, dan Thailand 4,5 persen.
“Kalau kita lihat perkembangan usaha itu kita baru 1,6 persen dari jumlah penduduk indonesia. Dan yang berbasis teknologi itu masih belum mencapai 1 persennya. Jadi di Indonesia itu masih berbasis lingkungan, belum berbasis teknologi,” terangnya.
Ia memastikan, di dalam start up tahun ini semuanya berbasis riset. Sebab, perkembangan start up terutama perusahaan pemula berbasis teknologi di Indonesia sudah mulai ada pertumbuhan yang cukup baik.
“Dulu yang tidak mendapatkan perhatian serius, sekarang pemerintah mulai memperhatikannya secara serius. Karena pertumbuhannya cukup signifikan,” papar Nasir.
Pameran yang melibatkan 458 peserta dari seluruh Indonesia ini, lanjut Nasir, menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa. Pasalnya, dari tahun 2015 yang hanya 52 start up, tahun 2016 521 start up, dan tahun ini dari yang ditarget 400 justru mencapai 458 start up dari seluruh Indonesia.
“Ini adalah pertumbuhan yang luar biasa. Oleh karena itu UMKM itu adalah berbasis pada teknologi. Bukan berbasis pada perkembangan yang biasa itu. Karena dengan perkembangan berbasis teknologi ini akan menjadi nilai tambah bagi pengusaha itu sendiri,” jelasnya.
Pameran ini sendiri diikuti dari peserta yang terdiri dari 8 bidang fokus yakni pangan, energi, transportasi,  material baju, bahan baku,  Hankam, TIK, Kesehatan obat yang merupakan binaan Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti tahun 2017.
Sementara, dalam kesempatan yang sama Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Jusuf menegaskan bahwa pihaknya dalam hal ini Pemerintah tinggal memfasilitasi nya dari segi pembiayaan. “Agar mereka bisa terus meningkatkan kualitasnya,” imbuhnya. [geh]

Tags: