Pekan Kebudayaan 2020

foto ilustrasi

Hanya wahana seni dan budaya yang bisa meng-ekspresikan gagasan yang bebas dari intrik politik pragmatis. Namun masih diperlukan campur tangan pemerintah melindungi aspek budaya terhadap pergulatan industri tontonan. Fasilitasi pelestarian budaya lokal juga dapat menjadi “media” pemersatu sosial pada tataran kerakyatan. Juga bisa menjadi wahana ekonomi kreatif rekreatif. Tetapi selama ini seni budaya masih harus “bergulat” dengan kesejahteraan pelaku seni.

Pekan Kebudayaan Nasional (PKN), akan berpuncak pada akhir pekan ini. Selama sebulan PKN melibatkan 4.800 pekerja seni dan budaya. Penyelenggaraan PKN dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang kukuh. Melalui daring! Walau tanpa penonton langsung, tak kalah meriah dan antusias. Terbukti, PKN diminati ribuan pekerja seni. Terdapat 27 tema konferensi, dan 93 pentas pagelaran. Juga dipajang (secara virtual) sebanyak 1.477 lukisan, dalam 5 pameran seni.

“Para seniman tidak mau menyerah oleh kesulitan dan tantangan yang dihadapi. Tidak peduli apa sukunya, agamanya, asal daerahnya. Semua berupaya membangun peradaban.” Begitu orasi presiden Jokowi, dipancar-luaskan televisi, dan disiarkan secara virtual dalam pembukaan PKN 2020. Mengusung tema “Ruang Bersama Indonesia Bahagia,” terasa mengukuhkan kebersatuan nasional. Terasa, kepeloporan seniman dalam kebangsaan ke-Indonesia-an.

Secara faktual pekerja seni tetap bekerja, walau tanpa jaminan kesejahteraan. Bahkan beberapa seni budaya lokal telah meredup. Sebagian hampir punah. Misalnya kesenian Ludruk (Jawa Timur), dan Wayang orang (Jawa Tengah). Sedangkan sebagian yang lain benar-benar punah. Antaralain, Kentrung, seni cerita diringi musik, yang dimiliki masyarakat pantai utara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pertunjukan Kentrung menjadi media pembelajaran sejarah di luar sekolah. Lebih mudah dipahami.

Kentrung merupakan bagian dari story-telling (mendongeng). Ilmuwan sosial di seluruh dunia meyakini, bahwa dampak teknologi, televisi, dan situs jaringan media sosial bisa “mematikan” imajinasi. Sedangkan mendongeng malah meningkatkan imajinasi. Pen-dongeng kaliber dunia (asal Inggris), Jo Blake Cave, menemukan realita, bahwa dalam dongeng bisa menemukan banyak kesamaan budaya antar negara, antar suku. Sangat sulit menemukan perbedaan dalam budaya dongeng.

Indonesia juga memiliki tokoh pen-dongeng kaliber regional (negara-negara rumpun Melayu), Agus PM Toh, asal Aceh. Ketika pentas di arena Jakarta Biennale 2017 (12 November 2017), sangat memukau kalangan dewasa. Pentas dongengnya (hikayat) bertema “Jiwa Laut,” meng-adopsi karya Hamzah Fansuri, sastrawan sekaligus sufi terkenal asal Sumatera, abad ke-16.

Pembacaan dongeng baru berjalan satu menit, sudah menghibur (sebagian sampai menitikkan air mata). Agus PM Toh, membuka hikayat dengan mengatakan, “Kisah ini terjadi di zaman dahulu kala, ketika hewan bisa bicara ….” Penonton sudah tertawa panjang. Penonton semakin terpukau pada saat Agus PM Toh mengangkat penutup ember berwarna merah sebagai metafora matahari senja. Penonton memberi applaus panjang.

Kentrung, dongeng, dan pembacaan hikayat, bisa menjadi tuntunan moralitas. Tetapi dibutuhkan media dongeng ke-kini-an. Antara lain melalui media mainstream (lagu, dan film), serta akun media sosial (medsos) khusus dongeng anak. Pemerintah bisa bekerjasama dengan budayawan, dan tokoh-tokoh agama memproduksi serial cerita anak. Beberapa televisi, sukses meraih rating tinggi pada tayangan serial kepahlawanan anak. Misalnya, film dengan “tokoh” Syifa (heroik), dan kesetiakawanan.

Indonesia memiliki UU Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Pada pasal 13 ayat (1), dinyatakan, perlunya menyusun strategi kebudayaan oleh pemerintah, dengan melibatkan masyarakat melalui para ahli yang memiliki kompetensi dan kredibilitas. PKN 2020 merupakan jalan merealisasi amanat UU Pemajuan Kebudayaan. Pentas seni budaya lazim menjadi pemersatu kebangsaan.

———- 000 ———–

Rate this article!
Pekan Kebudayaan 2020,5 / 5 ( 1votes )
Tags: